Selasa 22 Aug 2017 09:27 WIB

Ancaman 'Desmodovi' di Lintasan MotoGP

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Andri Saubani
Pembalap MotoGP Italia Andrea Dovizioso dari tim Ducati saat balapan MotoGP di motor Austria Grand Prix di Red Bull Ring di Spielberg, Austria, Minggu (13/8).
Foto: AP
Pembalap MotoGP Italia Andrea Dovizioso dari tim Ducati saat balapan MotoGP di motor Austria Grand Prix di Red Bull Ring di Spielberg, Austria, Minggu (13/8).

REPUBLIKA.CO.ID, SPIELBERG -- Pembalap Ducati Corse, Andrea Dovizioso menghidupkan kembali tawaran gelar juara dunia MotoGP yang sejak awal musim hanya mengerucut ke tiga nama, yaitu Marc Marquez, Valentino Rossi, dan Maverick Vinales. Penampilan pada paruh kedua menunjukkan pembalap Italia berkostum merah ini tak boleh dianggap remeh.

Jurnalis Motosport, Oriol Puigdemont membeberkan penilaiannya terhadap pembalap kelahiran Forlimpopoli, 31 tahun silam itu dalam sebuah artikel berjudul 'MotoGP's 2017 title race is tailor-made for Dovizioso.' Dovi pada masa lalu dikenal sebagai pembalap yang kurang agresif di jalurnya, namun di Red Bull Ring beberapa pekan kemarin dia berjuang melawan Marc Marquez dalam pertarungan intens sampai tikungan terakhir.

"Desmosedici-nya tampil di level sama dengan Marquez dan Hondanya. Padahal, penonton justru menantikan bangkitnya duo Yamaha, Rossi dan Vinales," tulis Puigdemont, dilansir dari Motosport, Selasa (22/8).

Dalam momen terbaik kariernya, Dovi beruntung berada di garis terdepan sebuah kejuaraan dunia yang seolah dibuat hanya untuknya. Itu karena keahliannya menyusun strategi.

Pengendara yang cerdas memilih ban pada balapan tahun ini dipastikan menjadi pembalap tercepat di lintasan. Desmodovi - demikian istilah Desmosedici dan Dovizioso - mendekati race demi race dengan cara berbeda.

Dovi membutuhkan waktu tujuh tahun untuk bisa tampil gemilang seperti sekarang. Kemenangan pertamanya di MotoGP adalah 2009, tepatnya di Donington Park, disusul kemenangan kedua di Malaysia tahun lalu. Kini, hanya dalam 10 bulan terakhir, Dovi berhasil meraih empat kemenangan di mana tiga di antaranya berdiri sebagai juara di podium satu.

Pengalaman dan DNA balapnya menjadikan Dovi analis terbaik bagi tunggangannya. Dia tahu Desmosedici lebih baik dari siapapun, termasuk cara mengelola motornya menghadapi kondisi lintasan yang berubah-ubah.

Mugello, Barcelona, dan Austria adalah tiga kemenangan penting putra kebanggaan Antonio Dovizioso ini. Desmosedici tampil paling kuat di Mugello. Strategi terbaik membuat Dovi mampu tampil berbeda di Barcelona. Semangat juang mengantarnya menuju kemenangan di Austria.

"Ini adalah uji coba kekuataan. Ini membuat Anda yakin bahwa Anda bisa memainkan kartu Anda dan mencoba meraih kemenangan saat berada di level sama dengan siapapun lawan Anda," kata Dovi beberapa waktu lalu.

Jorge Lorenzo bergabung di Ducati dengan beban berat di pundaknya. Dia digadang-gadang mengantar The Reds ke puncak juara dunia, dan tampaknya hal ini memicu semangat Dovi untuk tak mau kalah dengan keistimewaan yang diberikan untuk Lorenzo.

Beban di pundak Lorenzo di sisi lain sedikit memberi rasa nyaman untuk Dovi. Ayah dari Sara Dovizioso ini bisa membalap dengan santai dan tak perlu takut dicap gagal jika tak menang. "Saya lebih percaya diri dari sebelumnya," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement