Senin 15 Jun 2015 06:29 WIB
SEA Games 2015

Timnas Basket Putra, Janji Ito, dan Doa yang Terkabul

Timnas Basket Putra Indonesia
Foto: PP Perbasi
Timnas Basket Putra Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, Fictor Gideon Roring menjadi salah satu pusat perhatian sesaat sebelum laga grand final NBL Indonesia musim 2014-2015 berlangsung di Hal Basket Senayan, Jakarta, pada 10 Mei lalu. Ada saja yang menyapa pelatih timnas basket putra pada SEA Games 2015 tersebut. 

Mulai dari teman-temannya sesama pelatih, pengurus klub, wartawan, hingga penggemarnya. Ia nyaris tak punya waktu sendiri. Selalu ada yang mengajaknya berbicara atau sekadar bertegur sapa.

Ada yang menarik ketika ia mengakhiri pembicaraan dengan hampir semua orang. Ito, panggilannya, tak pernah lupa memohon doa bagi kesuksesan timnya.

“Doakan timnas basket putra ya. Doakan kami biar sukses. Mohon dukungannya,” ujar dia kepada satu perempuan tua yang merupakan salah satu pengurus klub basket besar di Tanah Air.

Wajahnya terlihat tulus. Tak ada kesan basa basi. Bahkan, tersirat pengharapan besar ketika rangkaian kata itu keluar dari bibirnya.

ROL pun tergelitik bertanya. Dan, jawaban pria yang pernah mengantarkan timnas basket Indonesia meraih perak di SEA Games 2001 sebagai pemain dan 2007 sebagai pelatih ini membuat kening saya berkerut.

"Saat ini, tim basket kita butuh doa yang lebih-lebih kuat dari sebelumnya. Bukan sekadar doa, tapi doa yang sungguh-sungguh karena beratnya tantangan yang kita hadapi," tutur Ito dengan mimik wajah serius.

Pelatih yang berkibar bersama Satria Muda Britama ini tak mempersoalkan Indonesia yang tergabung di Grup A bersama raksasa Asia Tenggara Filipina serta rival berat Malaysia di SEA games nanti. Pelatih berusia 42 tahun itu bahkan melihat undian ini sebagai keuntungan. 

Sebab pasukannya dipastikan terhindar dari Filipina di semifinal. Timnas basket putra harus berusaha keras mengeliminasi Malaysia. Serta tak besar kepala kala menghadapi Timor Leste yang diprediksi hanya menjadi pelengkap agar bisa memastikan tiket berlaga di semifinal.

Ito hanya galau melihat perkembangan basket di Indonesia tak sepesat negara-negara tetangga. Ia mencontohkan Singapura yang delapan tahun lalu masih bisa ditaklukkan dengan marjin hingga 40 poin, sekarang jadi salah satu rival berat selain Malaysia dan Thailand. 

“Singapura menunjuk pelatih sejak tujuh tahun lalu. Itu membuat tim mereka kompak dan solid karena sudah lama bermain di bawah arahan pelatihnya. Sementara kita hanya beberapa bulan sebelum SEA Games, masih harus menyesuaikan dengan jadwal kompetisi lokal, dan hanya sekali uji coba ke luar negeri,” ungkapnya.

Ia membandingkan dengan kondisi di Indonesia. Menurut Ito, timnas basket di negara kita ibarat proyek dadakan. Dibentuk jelang SEA Games bergulir dengan pelatih yang terus berganti. Padahal negara lain mempersiapkan tim dengan terencana dan dalam jangka waktu lama sehingga tim mereka lebih solid. 

Ito juga menyoroti permainan basket yang semakin mengarah kepada adu kekuatan fisik. Wasit tak sembarangan meniup meski terjadi kontak fisik. Berbeda dengan di sini. Ia menilai para wasit di Indonesia terlalu ‘lembut’.

Satu lagi kritikannya, jadwal liga yang kurang bersahabat dengan pemusatan latihan timnas. Ia berharap ke depan operator liga, korps wasit dan PP Perbasi bisa duduk bersama mencari solusi terbaik permasalahan ini. Ito tak mau basket Indonesia makin tertinggal.

“Dengan waktu mepet dan segala kesulitan itu, tak berarti kami menurunkan target (meraih medali) atau gentar. Tim ini akan jadi tim paling fight yang pernah ada. Saya berjanji,” ujarnya dengan tegas kala itu.

Janji itu dipenuhi. Timnas basket putra Indonesia tampil garang. Semuanya bermain sepenuh hati, berjuang habis-habisan sesuai kapasitasnya. Melihat para pemain timnas basket putra menjatuhkan badan atau beradu fisik dengan lawan lebih besar sekadar untuk mempertahankan bola sesuatu yang lazim terlihat dalam setiap pertandingan.

Doa-doa itu juga terkabul. Pada laga penyisihan Grup A, timnas basket putra membabat Timor Leste 135-21, kalah dari Filipina 52-81, dan membungkam musuh bebuyutan Malaysia 67-59 untuk lolos ke semifinal. 

Pada babak semifinal, tim Merah Putih secara mengesankan menaklukkan Singapura 87-74 untuk menembus partai puncak. Hebatnya, selain harus meladeni tim tuan rumah, para pemain kita mesti berjuang menjaga emosi dan fokus menghadapi serangkaian keputusan buruk pengadil di lapangan.

Janji telah dipenuhi. Doa juga sudah terkabul. Target medali perak tercapai. Tapi masih ada emas menanti meski amat berat untuk digapai. Timnas basket putra harus menaklukkan Filipina, pemilik 16 medali emas bola basket sepanjang sejarah penyelenggaraan SEA Games pada Senin (15/6) ini.

Mission impossible? Tidak buat timnas basket putra. “Nggak ada yang nggak mungkin. Beban ada pada mereka karena mereka unggulan,” kata center Rony Gunawan.

"Nggak gampang, tapi sangat-sangat mungkin," timpal Ito.

Kekalahan tipis Thailand dari Filipina pada semifinal pertama menjadi inspirasi bagi Indonesia. Berbekal permainan ngotot, Thailand mampu memaksa Filipina bermain ketat sebelum akhirnya menyerah 75-80.  

"Kalau kita fokus, mudah-mudahan. Doakan saja dan doanya harus kuat-kuat," pinta Ito. 

Kami pasti berdoa. Semoga berhasil, coach!

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement