Rabu 06 Dec 2017 19:42 WIB

Kasus Doping, Rusia Dilarang ke Olimpiade Musim Dingin 2018

Rep: Anggoro Pramudya/ Red: Endro Yuwanto
Olimpiade Musim Dingin 2018 di Pyeongchang, Korsel.
Foto: Wikipedia
Olimpiade Musim Dingin 2018 di Pyeongchang, Korsel.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Olimpiade Musim Dingin 2018 di PyeingChang, Korea Selatan, tidak akan dihadiri oleh Rusia karena terganjal masalah doping. Hal tersebut diputuskan oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC) setelah memeriksa bukti doping selama Olimpiade Musim Dingin 2014 di Sochi, Rusia.

IOC memutuskan untuk segera membekukan Komite Olimpiade Rusia, namun untuk atlet Rusia masih akan diperbolehkan berkompetisi di Olimpiade PyongChang asalkan menggunakan seragam Atlet Olimpiade dari Rusia (OAR) di bawah bendera Olimpiade dan juga iringan lagu Olimpiade yang akan dimainkan dalam upacara.

Melalui mantan presiden Swiss Samuel Schmid, yang juga memimpin komisi penyelidikan, penyelidikan IOC selama 17 bulan telah mengkonfirmasi manipulasi sistemik anti-doping di Rusia selama Olimpiade Sochi 2014 kemarin.

"Ini adalah serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada integritas Olimpiade dan olah raga. Sebagai atlet, saya merasa sangat kasihan pada semua atlet yang bersih," ujar Presiden IOC Thomas Bach seperti dilansir laman resmi Olimpiade, Rabu (6/12).

Sebelumnya, komisi independen WADA yang dipimpin oleh Profesor Richard McLaren mengeluarkan laporan bahwa Rusia menjalankan program doping dengan dukungan negara untuk secara ilegal meningkatkan kemampuan para atlet Negeri Beruang Merah.

Hasil laporan tersebut dilakukan berdasarkan pengakuan para mantan kepala laboratorium anti-doping Moskow, Grigory Rodchenkov yang pergi ke Amerika Serikat pada akhir 2015 dan menjadi informan bagi WADA.

Skandal itu menyebabkan banyak atlet dan ofisial Rusia dilarang ikut ambil bagian dalam Olimpiade dan Paralimpiade Rio 2016. Skandal juga memunculkan pertanyaan soal partisipasi tim nasional Rusia dalam Olimpiade Musim Dingin 2018 di PyeongChang, Korea Selatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement