Sabtu 04 Jun 2016 18:32 WIB
Mengenang Muhammad Ali

Kenangan Wartawan Cilik Republika Mewawancarai Muhammad Ali

Muhammad Ali bersama penyiar olahraga Howard Cosell pada 13 April 1981.
Foto: AP Photo/Richard Drew
Muhammad Ali bersama penyiar olahraga Howard Cosell pada 13 April 1981.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Petinju legendaris Muhammad Ali tutup usia akibat komplikasi pernafasan dan penyakit parkinson. Ia meninggal dalam usia 74 tahun.

Koran cilik (Korcil) Republika berhasil mewawancarai Muhammad Ali saat berkunjung ke Jakarta pada 1996. Berikut kami hadirkan kembali artikel Korcil pada Ahad, 27 Oktober 1996 untuk mengenang sang legenda.

 

Terkena Parkinson karena Bertinju

Siapa yang tak mengenal Pak Muhammad Ali? Di saat ia masih kuat bertinju, semua orang menjagokannya. Bahkan, orang di pelosok kampung di Indonesia menghentikan pekerjaannya, demi menonton Pak Ali bertinju melalui layar teve. Pak Ali lahir di Louisville, Kentucky, Amerika Serikat pada 17 Juni 1942. Namanya semula Cassius Clay. Tapi ia mengganti namanya menjadi Muhammad Ali [gabungan nama Rasullah dan sahabatnya] setelah memeluk Islam pada 1963.

Wah, selama menjadi petinju, Pak Ali telah 61 kali bertanding. Dari pertandingan tersebut, dia mencatat 56 kemenangan, 37 di antara kemenangan itu, diperoleh dengan merubuhkan lawannya. Dia pun lima kali kalah. Ia pun memperoleh gelar juara dunia tiga kali. Tapi, Pak Ali sempat kehilangan gelar juara dunia.

Penyebabnya, ia menolak wajib militer [di saat itu, pemerintah Amerika mewajibkan para pemudanya, memasuki dinas militer] pada 1967. Mengapa dia menolak? ''Beperang itu tidak sesuai dengan kemanusiaan,'' katanya memberi alasan. Akibatnya Mahkamah Agung memutuskan Pak Ali bersalah karena menolak wajib militer.

Pak Ali kembali bertinju pada 1970. Ia pun sempat dua kali menang. Namun, Joe Frazier mengalahkannya, pada 8 Maret 1971. Ia kembali melawan Joe Frazier pada Januari 1974. Kali ini, Pak Ali menang angka. Ia pun meraih gelar juara dunia kelas berat, setelah mengalahkan George Foreman, pada 30 Oktober 1974.

Pak Ali kehilangan gelar tersebut setelah dikalahkan Leon Spinks pada 1978. Wah, Pak Ali rupanya enggan menyerah. Pada tahun itu juga, dia merebut kembali gelar juara dunia. Setahun kemudian [1979], Pak Ali mengundurkan diri.

Namun, pada Oktober 1980, dia kembali bertinju karena ditantang Larry Holmes dan Treyor Berbick. Pak Ali baru betul-betul mengundurkan diri pada Desember 1981. Akibat sering bertinju, Pak Ali di masa tuanya [pada 1981], menderita penyakit Parkinson [gerakannya serba lamban karena syarafnya sakit].

Ia pun susah berbicara. Meski demikian, ia tetap giat melakukan syiar Islam

sumber : Dokumen Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement