Wednesday, 15 Syawwal 1445 / 24 April 2024

Wednesday, 15 Syawwal 1445 / 24 April 2024

Lakon Pandawa Sederhanakan Bahasa Sosialisasi Empat Pilar

Kamis 20 Dec 2018 11:41 WIB

Red: Dwi Murdaningsih

Sosialisasi Empat Pilar dengan metode wayang di Lampung.

Sosialisasi Empat Pilar dengan metode wayang di Lampung.

Foto: mpr
Sosialisasi Empat Pilar dilakukan dengan metode pagelaran seni budaya.

REPUBLIKA.CO.ID, LAMPUNG -- Lapangan Pasopati, Kelurahan Putera Buyut, Kecamatan Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, Rabu (19/12) tak seperti biasanya. Bila dalam keseharian, lapangan itu sepi dan gelap namun malam itu terlihat keramaian.

Keramaian di lapangan itu karena ada acara Sosialisasi Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika atau Empat Pilar MPR dengan metode wayang. Lakon yang diunggah oleh Ki Haryo Purbo Kusumo adalah Pandawa Prawirayudha. Kisah klasik Mahabarata ini menceritakan dinamika di Kerajaan Astina antara Pandawa sebagai simbol kebaikan bertarung dengan Kurawa sebagai simbol keburukan. Peran yang dimainkan Puntadewa itulah yang membuat kebaikan selalu menang atas kejahatan.

Anggota Fraksi PAN MPR Alimin Abdullah sosialisasi lewat pagelaran budaya asal Jawa karena seni ini dianggap yang paling tokcer alias mantap. Disebut keistimewaan sosialisasi lewat wayang kulit karena pertunjukannya aman, tenang, bisa ditonton mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, serta mampu mendatangkan berbagai pedagang ke tempat acara.

Putra asli Lampung itu mengungkapkan bangsa Indonesia bisa tegak berdiri karena memiliki Empat Pilar. Keempat pilar inilah yang menjadi landasan, pilar, dan pegangan bangsa Indonesia yang terdiri dari beragam suku, agama, bahasa, dan keragaman lainnya. "Meski beragam namun kita bersatu," kata dia.

Keragaman yang ada, menurut Alimin disaksikan sendiri saat dirinya berkeliling Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Persatuan yang ada dikatakan salah satunya karena ada bahasa Indonesia. Di Kecamatan Gunung Sugih khususnya Kampung Putera Buyut, selain suku Jawa, juga ada Sunda serta suku lainnya.

"Beragam suku ada di sini namun saya bisa nyambung karena menggunakan bahasa Indonesia," ucapnya.

Layanan Informasi Setjen MPR Muhamad Jaya menuturkan dirinya gembira sebab masyarakat antusias mengikuti acara itu. Dikatakan, pagelaran wayang kulit malam itu merupakan salah satu metode memasyarakatkan Empat Pilar di samping metode lain seperti TOT, outbond, seminar, FGD, lomba cerdas cermat.

Bagi Muhamad Jaya, pertunjukan seni budaya tak sekadar mensosialisasikan Empat Pilar namun juga sebagai upaya menjaga dan melestarikan budaya bangsa. "Lewat pentas seni, Empat Pilar bisa teraktualisasikan," kata dia.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler