Thursday, 9 Syawwal 1445 / 18 April 2024

Thursday, 9 Syawwal 1445 / 18 April 2024

Wakil Ketua MPR: Kesenjangan Bikin Potensi Perpecahan Besar

Senin 21 May 2018 15:58 WIB

Red: Ani Nursalikah

Wakil Ketua MPR RI Muhaimin Iskandar saat menyampaikan Kuliah Umum di hadapan Civitas Akademika Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia (UKI), Senin (21/5).

Wakil Ketua MPR RI Muhaimin Iskandar saat menyampaikan Kuliah Umum di hadapan Civitas Akademika Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia (UKI), Senin (21/5).

Foto: MPR
Muhaimin meminta bangsa menjadikan peringatan Harkitnas agar mampu bersaing.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menyinggung pentingnya peringatan hari kebangkitan Nasional 20 Mei, Wakil Ketua MPR RI Muhaimin Iskandar meminta segenap bangsa Indonesia menjadikan peringatan Hari Kebangkitan Nasional sebagai spirit menjadi negara maju. Hal itu sekaligus menjadi kekuatan agar bangsa Indonesia mampu bersaing, berdiri sama tinggi, dan duduk sama rendah dengan negara-negara lain di dunia.

Pernyataan itu disampaikan Muhaimin usai menyampaikan Kuliah Umum di hadapan Civitas Akademika Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia (UKI). Kuliah Umum dalam rangka Dies Natalis ke 60 Fakultas Hukum UKI, itu berlangsung di Kampus UKI Cawang Jakarta Selatan, Senin (21/5). Pada kesempatan itu, Cak Imin membawakan tema "Mempertahankan Semangat Nasionalisme di Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia".

Menurut Muhaimin, sudah banyak keberhasilan yang dicapai bangsa Indonesia selama era reformasi. Tetapi, masih banyak juga kekurangan yang harus segera di benahi, salah satunya adalah persoalan kesenjangan yang masih terus memprihatinkan. “Semangat Hari Kebangkitan Nasional harus mampu membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju, tidak tertinggal oleh bangsa-bangsa lain”, kata Muhaimin.

Saat menyampaikan kuliah umum, Muhaimin mengingatkan ada berbagai tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia untuk mempertahankan NKRI, antara lain adalah munculnya aliran-aliran baru yang ada di tengah masyarakat. Selain itu, timbulnya kesenjangan yang makin lebar. Bahkan, kalau kesenjangan tersebut tidak segera diatasi, potensi terjadinya perpecahan bangsa semakin besar.

Pada saat berlangsung reformasi, berbagai pengamat luar negeri meramalkan bangsa Indonesia akan terpecah menjadi negara-negara kecil seperti yang menimpa Yugoslavia. Alasannya, karena Indonesia terdiri dari berbagai keragaman. Ramalan itu tidak benar, dan hanya Timor Timur yang terpisah dari ibu pertiwi.

 

“Waktu itu kita berhasil menutup ekspansi masuknya nilai-nilai asing dari luar, dan mampu mengikat persatuan, sehingga kita terhindar dari perpecahan yang lebih besar. Tetapi keberhasilan itu harus segera diimbangi dengan pemerataan kesejahteraan yang lebih nyata bagi seluruh warga Indonesia agar NKRI ini tertap terjaga," kata Muhaimin.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler