Thursday, 16 Syawwal 1445 / 25 April 2024

Thursday, 16 Syawwal 1445 / 25 April 2024

Ideologi Transnasional Ini Perlu Diwaspadai

Jumat 20 Apr 2018 17:38 WIB

Red: Budi Raharjo

Wakil Ketua MPR, Ahmad Basarah

Wakil Ketua MPR, Ahmad Basarah

Foto: Humas MPR
Dua kekuatan ideologi itu adalah liberalisme/kapitalisme dan radikalisme/terorisme

REPUBLIKA.CO.ID,SIDOARJO -- Pergerakan Wanita Nasional (Perwanas) menjalin kerja sama dengan MPR. Kedua pihak menyelenggarakan Sosialisasi Empat Pilar MPR dengan tema "Perwanas Siap Menjadi Pelopor Penggerak Pengamalan Empat Pilar Dalam Berbangsa dan Bernegara" bertepatan dengan Hari Kartini di Aula Tenis Sidoardjo, Jawa Timur, Jumat (20/4).

Wakil Ketua MPR, Ahmad Basarah, dalam sambutannya mengatakan bangsa ini harus sadar dan waspada karena di tengah-tengah masyarakat sedang terjadi eksperimen dan tarik menarik. Bahkan terjadi turbulensi antara dua kekuatan ideologi transnasional yakni fundamentalisme pasar (liberalisme/kapitalisme) dan fundamentalisme agama (radikalisme/terorisme) yang beroperasi secara terstruktur, sistematis dan massif.

Ideologi Liberalisme/kapitalisme mengagung-agungkan kebebasan dan individualisme. Misalnya gaya hidup LGBT, gaya hidup konsumtif dan asosial. "Sedangkan radikalisme/terorisme mewujud dalam ajakan untuk berperilaku intoleran, mengafirkan orang lain, mengobarkan ujaran kebencian antar pemeluk agama hingga paling ekstrem adalah tindakan kekerasan yang menelan korban jiwa," ujar dia.

Kedua ideologi itu beroperasi membonceng kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sebagai alat perjuangan propaganda. Dalam laporan Indonesia Digital Landscale 2018, seluruh segmen usia mulai dari usia 18 tahun hingga lebih dari 31 tahun ke atas paling banyak aktivitasnya di smartphone adalah mengakses media sosial (87 persen) disusul dengan chatting (84 persen) dan mendengar musik dan menonton video (61 persen).

Melalui media sosial inilah propagandis-propagandis ideologi transnasional menjalankan misinya merusak kepribadian nasional bangsa Indonesia. Basarah melanjutkan perempuan bukan sekadar Ibu dalam keluarga melainkan lebih dari itu,  yang dalam istilah Bung Karno, disebut sebagai "Tiang Negeri".

Apabila baik perempuan baik, baiklah negeri. Apabila rusak perempuan, rusaklah negeri". Oleh karena itu, perempuan tidak hanya berhenti dalam memperjuangkan kemerdekaan melainkan ikut serta menyelamatkan republik dan menyusun negara yang berkepribadian nasional.

Untuk menyelamatkan bangsa dari kepungan ideologi transnasional, keluarga harus menjadi benteng paling utama. Karena keluargalah unit sosial terkecil dimana seseorang mendapat sosialisasi nilai dan norma. "Di tengah fenomena globalisasi yang membawa nilai dan norma asing yang belum tentu sesuai dengan kepribadian bangsa, bangsa ini perlu peran perempuan yang tidak hanya sebagai ibu keluarga tetapi juga sebagai ibu generasi masa depan," ujar Ahmad Basarah.

Disfungsi peran perempuan dalam penanaman nilai dan norma mengakibatkan anak-anak akan mencari rujukan nilai dan norma di luar keluarga. "Jamak dilihat anak-anak zaman sekarang malah lebih mengidolakan tokoh-tokoh luar yang pemikirannya bertentangan dengan kepribadian bangsa," kata Basarah yang juga Wakil Sekjen DPP PDI Perjuangan ini.

Oleh karena itu, sifat-sifat dasar perempuan seperti kelemahlembutan, kasih sayang dan perhatian menjadi antitesa kondisi bangsa kita saat ini yang dipenuhi oleh amarah, dendam, kebencian dan kekerasan. Keluarga Indonesia hendaknya menjadi keluarga yang di dalamnya hidup dan menyala-nyala api Pancasila yang penuh dengan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan keadilan, pungkasnya.

Acara tersebut dihadiri oleh 38 DPC Perwanas  se-Jawa Timur dan  dihadiri oleh Sekretaris Jenderal DPP Perwanas, Rosa Muhammad, Ketua Bidang Organisasi DPP Perwanas, Leny Sihaloho serta tamu dan undangan lainnya.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler