Rabu 19 Sep 2012 23:06 WIB

Jika Pemilukada Digelar 11/9, Jokowi-Ahok Pemenangnya

Jokowi-Ahok
Foto: Antara
Jokowi-Ahok

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Jelang pemungutan suara Pemilukada DKI Jakarta yang akan dilakukan pada Kamis (20/9) besok, berbagai lembaga survei merilis berbagai perkiraannya. Tentunya, perkirakan tersebut didasari pada elektabilitas dan popularitas masing-masing calon pasangan gubernur dan wakil gubernur.

Nah, pada 'partai final' putaran kedua besok, pasangan Joko Widodo- Basuki Tjahja Purnama (Jokowi-Ahok) diperkirakan akan kembali mengungguli rival terberatnya pada putaran pertama lalu, yakni Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Foke-Nara).

Adalah lembaga Survei Riset Kebijakan dan Otonomi Daerah (Rekode) menyimpulkan pasangan nomor urut tiga tersebut untuk kedua kali memenangi duelnya dengan pasangan Foke-Nara. Namun, kemenangan yang diraih itu akan menjadi nyata jika, pemilihan kepala daerah dilakukan pada 11 September kemarin, dan dihadiri seluruh pemilih.

"Hasil survei yang dilakukan Rekode menyimpulkan pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama bisa menang dengan selisih perolehan suara sampai 20 persen, jika dilakukan pada 11 September 2012 dan dihadiri oleh seluruh pemilih," kata politisi PDI Perjuangan, Dolfi Palit, di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu.

Namun, lanjut Dolfie, hasil survei tersebut menunjukkan responden yang menyatakan memastikan akan hadir di tempat pemilihan suara (TPS) pada hari pemberian suara, Kamis (20/9), hanya sebanyak 59,0 persen.

Selebihnya, kata dia, sebanyak 11,0 persen menyatakan kemungkinan besar tidak akan datang ke TPS, sebanyak 20,8 persen kemungkinan besar datang meskipun belum memastikan, serta 9,3 persen tidak menjawab pertanyaan.

Menurut Dolfi, persoalan lainnya yang terungkap dari hasil riset tersebut adalah, sebanyak 27,1 responden terpengaruh oleh isu SARA yang menguat setelah putaran pertama dan menjelang putaran kedua Pilkada DKI Jakarta.

Kemudian, kata dia, sebanyak 28,0 persen responden menyatakan mendengar dan terpengaruh oleh isu negatif yang ada selama periode usai putaran pertama dan menjelang putaran kedua Pilkada DKI Jakarta.

"Responden yang terpengaruh isu SARA dan isu negatif itu komposisinya beririsan, sehingga jumlahnya bukan merupakan kumulatifnya," katanya.

Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan ini menjelaskan, persolan yang dihadapi PDI Perjuangan adalah, jika responden diasumsikan sebagai pemilih maka hanya sekitar 60 persen pemilih yang memastikan memberikan hak suaranya di TPS.

Menurut dia, jika 60 persen pemilih itu asumsinya sebagian besar memilih pasangan Jokowi-Ahok, maka pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jakarta yang diusung oleh PDI Perjuangan dan Partai Gerindra tersebut akan menang.

Sebaliknya, kata dia, jika sebanyak dari 60 persen pemilih yang hadir, sebanyak 27 persen di antaranya adalah pemilih yang terpengaruh isu SARA, maka pasangan Jokowi-Ahok bisa kalah.

Sementara itu, peneliti senior Rekode, Yunandar, mengatakan, survei tersebut dilakukan dengan metode wawancara tatap muka terhadap 400 responden dari 42 kelurahan di Jakarta yang dipilih secara acak.

Survei dilakukan, kata dia, dengan metode, 'multistage random sampling' dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan sampling error 4,9 persen.

Yunandar menegaskan, Rekode adalah lembaga survei independen yang sudah berdiri di Jakarta sejak 2007 dan cukup aktif melakukan survei pada pilkada.

"Sejak 2007 hingga saat ini kami sudah melakukan survei untuk sekitar 40 pilkada dan saat ini mendapat order dari PDI Perjuangan untuk melakukan survei pada Pilkada DKI Jakarta," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement