Rabu 19 Sep 2012 19:49 WIB

Lagi, Foke Ajak Warga Pilih Pemimpin yang Amanah

Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo sedang memberikan penjelasan saat diskusi dengan Redaksi Harian Republika di Jakarta, Jumat (3/8). Dalam penjelasannya Foke mengungkapkan sejumlah persoalan di DKI antara lain mengenai kemiskinan dan E-KTP.
Foto: Musiron
Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo sedang memberikan penjelasan saat diskusi dengan Redaksi Harian Republika di Jakarta, Jumat (3/8). Dalam penjelasannya Foke mengungkapkan sejumlah persoalan di DKI antara lain mengenai kemiskinan dan E-KTP.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Meski memasuki masa tenang pada Pemilukada DKI Jakarta, ajakan untuk memilih dan tidak golput terus dilakukan berbagai pihak. Termasuk calon gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo,

Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo mengajak seluruh warga Jakarta untuk memilih pemimpin yang amanah pada 20 September 2012 dengan menggunakan hak pilihnya dengan baik, karena golput bukan pilihan politik.

"Saya mengajak seluruh warga DKI Jakarta untuk memilih pemimpin yang amanan, yang mampu membawa kota Jakarta ke arah yang semakin baik dan meningkatkan kesejahteraan warganya," kata Fauzi Bowo saat menjadi Inspektur Upacara (IRUP) dalam Apel Akbar Peringatan Rapat Raksasa IKADA 1945 di Monas, Rabu (19/9).

Foke juga mengajak seluruh warga DKI Jakarta agar menyukseskan pelaksanaan putaran kedua Pemilukada DKI 2012 pada 20 September itu. "Golput bukan pilihan, gunakan hak pilih anda dengan sebaik-baiknya untuk kemajuan kota Jakarta," ujarnya.

Fauzi meminta seluruh PNS dan warga DKI Jakarta dapat lebih memahami makna penting peristiwa Rapat Raksasa IKADA 1945 serta momentum menggelorakan semangat membangun Kota Jakarta.

Semangat juang generasi muda yang ditujukan pada saat rapat raksasa IKADA, harus menjadi sumber motivasi bagi warga DKI Jakarta untuk meneruskan perjuangan mengisi kemerdekaan.

Pada era globalisasi dan modern yang penuh persaingan, lanjut Foke, semangat juang harus menjadi kata kunci untuk meraih kejayaan bangsa dan negara. Dengan wujud pengamalan yang disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan zaman.

"Tugas besar membangun Kota Jakarta harus mampu kita laksanakan bersama, dengan terus memadukan seluruh potensi dan kekuatan, dalam wujud semangat kebersamaan persatuan dan kesatuan," tuturnya.

Dalam catatan sejarah bangsa Indonesia, peristiwa Rapat Raksasa di lapangan Ikatan Atletik Djakarta (IKADA) merupakan peristiwa berkumpulnya sekitar 300 ribu rakyat Indonesia yang terdiri para pemuda, mahasiswa, pelajar dan rakyat Indonesia untuk mendesak pemindahan kekuasaan pemerintahan segera dilakukan. Yaitu dari kekuasaan pemerintahan tentara Jepang kepada Bangsa Indonesia.

Komponen pemuda yang membanjiri lapangan IKADA pada 19 September 1945 atau sebulan setelah hari diproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, menegaskan kepada dunia bahwa negara RI masih tetap tegak bersatu dan berdaulat. Presiden Soekarno didampingi Wakil Presiden Muhammad Hatta mendatangi lapangan IKADA.

Selanjutnya, Soekarno meminta seluruh pemuda dan rakyat Indonesia untuk pulang dengan tenang, meninggal rapat ini dan tunggu berita dari para pemimpin yang tengah berjuang untuk melakukan pemindahan kekuasaan dari Jepang ke tangan rakyat Indonesia. Akhirnya, rakyat Indonesia membubarkan rapat raksasa IKADA tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement