Sabtu 14 Jan 2017 17:00 WIB

Bekasi Garap Lahan Kosong

Red:

BEKASI  -- Perubahan susunan organisasi tata kelola (SOTK) yang memgacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi, Jawa Barat, menghasilkan sebuah dinas baru bernama Dinas Pertanian dan Perikanan.

Dinas yang baru ini menjadikan urban farming sebagai alternatif menyiasati minimnya lahan pertanian di Kota Bekasi.

Dengan populasi penduduk mencapai 2,6 juta jiwa dan posisinya sebagai kota penyangga DKI Jakarta, Kota Bekasi cenderung dominan di sektor perniagaan dan jasa.

Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Momon Sulaeman mengatakan, potensi pertanian yang bisa dikembangkan di Kota Bekasi berupa urban farming atau pertanian perkotaan.

"Yang ingin dioptimalkan adalah lahan-lahan kosong yang ada di Kota Bekasi. Masih ada 10 persen dari tanah di Kota Bekasi ini yang bisa dikembangkan untuk pertanian," kata Momon kepada Republika, Jumat (13/1).

Momon mengingatkan, sektor pertanian dari dulu hingga sekarang merupakan tumpuan negara. Kemajuan sektor industri dan transportasi tetap harus diseimbangkan dengan sektor pertanian yang merupakan kebutuhan pokok manusia.

Menurut Momon, lahan pertanian aktif di Kota Bekasi masih tersedia sekitar 10 persen dari total luasan wilayah. Lokasinya tersebar di Kota Bekasi, seperti Bekasi Utara, Bantargebang, Mustikajaya, sebagian Kranji, dan beberapa daerah pinggiran lain.

Adapun, lanjut dia, total petani di Kota Bekasi belum dilakukan pendataan. 

Lahan pertanian aktif ini, sambung Momon, bergabung dengan permukiman di tiap kelurahan dan kecamatan. Sebagian lagi sudah berada di tangan pengembang untuk diolah menjadi hunian atau kawasan komersial.Dari 10 persen itu juga banyak lahan pertanian yang sudah menjadi milik pengembang. Nanti kami kerja sama dengan para pengembang," ujar dia.

Momon mencontohkan, lahan milik PT Timah di Kampung Babakan, Kelurahan Mustikasari, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi. Daripada lahan tersebut menjadi lahan tidur, Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengusulkan supaya dikerjasamakan dengan Dinas Pertanian dan Perikanan untuk dijadikan lahan pertanian.

Daripada teknik pertanian yang membutuhkan areal persawahan, Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Bekasi ini menekankan soal urban farming. Teknik ini lebih cocok dengan kondisi Kota Bekasi.

Momon mencontohkan, warga yang tinggal di perumahan bisa menanam cabai atau sayur-sayuran dengan menggunakan pot. Ketika harga-harga mahal, warga tidak perlu membeli.Minimal (kalau) ada halaman di rumah jangan dibiarkan. Di samping mungkin ada tanaman obat-obatan, juga bisa sayur-mayur. Jangan sampai ada yang kosong. Kalau beli cabai di pasar mahal, kita tetap bisa (konsumsi cabai) kalau punya pohonnya sendiri," ujar dia.

Anggota Komisi II DPRD Kota Bekasi, Kurniawan, mengatakan, Dinas Pertanian dan Perikanan Bekasi perlu melakukan identifikasi ragam dan teknik pertanian yang sesuai mengingat keterbatasan lahan.

"Tantangan terbesar Dinas Pertanian Kota Bekasi ini adalah melakukan identifikasi persoalan, termasuk di dalamnya potensi pengembangan teknologi pertanian yang tidak hanya berbasis lahan karena lahan di Kota Bekasi terbatas," kata Kurniawan.

Kurniawan melanjutkan, keberadaan dinas ini juga harus dapat memastikan ketersediaan produk pertanian primer di Kota Bekasi serta melakukan koordinasi dengan stakeholders pertanian.Jangan sampai dinas ini tidak berjalan optimal, sayang anggarannya, ujar politisi PKS ini.

Pertahankan lahan pertanian

Pemkot Depok juga berkomitmen tetap mempertahankan lahan pertanian. Saat ini setidaknya masih tersedia 10 persen lahan pertanian yang bisa dimanfaatkan petani untuk menggarap tanaman. Selain untuk melestarikan hasil bumi, upaya mempertahankan lahan pertanian ini diharapkan juga dapat meningkatkan kesejahteraan petani seiring berkembangnya usaha pertanian.

"Saat ini ada 10 persen lahan yang bisa kita manfaatkan dan kita jaga. Namun, melihat tanah yang tidak dimanfaatkan tampaknya masih jauh lebih luas. Persoalan itu milik siapa dan boleh tidaknya dimanfaatkan lahannya itu kan kami tidak tahu.

Kami berharap, tanah investor tersebut bisa dimanfaatkan karena hasilnya cukup menjanjikan, ujar Wakil Wali Kota Depok Pradi Supriatna saat membuka kegiatan Pasar Tani 2017 di halaman Balai Kota Depok, Jumat (13/1).

Menurut Pradi, selain daerah Tapos, tanah yang masih tersisa dan bisa dimanfaatkan untuk pertanian adalah daerah Sawangan dan Limo. Sedangkan, untuk lahan yang kritis, yaitu Beji. Untuk itu, pihaknya terus mendorong dan mendukung petani agar melestarikan serta mempertahankan hasil budi daya baik hasil pertanian maupun perikanan.

 rep: Kabul Astuti, Rusdy Nurdiansyah, ed: Endro Yuwanto

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement