Senin 03 Oct 2016 13:00 WIB

Kantong Plastik, Antara Dampak Positif dan Program tak Efektif

Red:

Foto : Republika/Tahta Aidilla  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menghentikan program kantong plastik berbayar yang dijalankan toko ritel modern di seluruh Indonesia terhitung 1 Oktober 2016 sampai dengan diterbitkannya peraturan pemerintah yang berkekuatan hukum. Penerapan program kantong plastik tidak gratis ini tidak lain untuk mendukung upaya pemerintah dalam mengurangi jumlah penggunaan kantong plastik di Tanah Air. Sebelumnya, uji coba plastik berbayar dijalankan selama periode 21 Februari hingga 31 Mei 2016.

Program kantong plastik berbayar diakui berdampak positif terhadap pengurangan jumlah kantong plastik yang dikeluarkan peritel. Kepala Toko Indomaret MT Haryono, Kota Tangerang, Dewi Asti Arini, mengaku, selama program tersebut diterapkan, perusahaannya dapat menghemat stok kantong plastik. Dengan perbandingan 1:100 per harinya.

Saat penerapan, Dewi hanya mengeluarkan setengah boks kantong plastik per hari. Tetapi, setelah menggratiskannya lagi, ia dapat menghabiskan sekitar empat sampai lima boks kantong plastik. "Iya sih, sangat berdampak. Selain pengurangan penggunaan kantong plastik oleh masyarakat, juga penghematan biaya operasional perusahaan," ujarnya, Sabtu (1/10).

Senada dengan Dewi, staf toko Alfamart MT Haryono Kota Tangerang, Arief, mengakui pengurangan signifikan dari program kantong plastik berbayar. Menurut dia, banyak konsumen yang akhirnya beralih untuk membawa kantong sendiri dari rumah atau meminta dibungkus dengan kardus bekas jika belanjaannya banyak.

Namun, sejak sebulan lalu, kedua peritel itu sudah menggratiskan kembali kantong plastiknya. Mereka mengaku karena alasan persaingan dengan kompetitor, banyak kompetitor yang sudah menggratiskannya terlebih dahulu.

Kebijakan kantong plastik berbayar memang menuai pro kontra dari masyarakat. Selain karena belum dikeluarkannya peraturan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dampaknya juga dirasa kurang signifikan. Peritel Metro salah satu peritel yang tidak pernah menerapkan program tersebut. Supervisor Metro Mal Taman Anggrek, Ari, mengaku pihaknya tetap menggratiskan kantong plastik karena harus memberikan pelayanan yang baik terhadap konsumen.

"Kami mengedepankan service. Meskipun tetap kami gratiskan, kami menggunakan kantong plastik yang mudah terurai," ujar Ari, Sabtu (1/10).

Menurut Ari, percuma jika kantong plastik berbayar, tapi masih menggunakan kantong plastik yang sulit terurai. Terlebih, karena harga plastik hanya Rp 200 per kantong.

Selama ini konsumen mempertanyakan penggunaan uang hasil kantong plastik berbayar. Sesuai dengan surat edaran yang dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, uang tersebut digunakan untuk biaya pengolahan sampah oleh peritel.

Kepala Toko Indomaret MT Haryono, Kota Tangerang, Dewi Asti Arini, mengaku, uang hasil penjualan kantong plastik dimasukkan ke dalam akun sales atau penjualan. Selanjutnya, dia tidak mengetahui bagaimana mekanisme di perusahaan pusat dalam mengatur hasil kantong plastik berbayar tersebut. "Kalau di kami masuknya sales, tapi tidak tahu di pusat bagaimana ngaturnya," katanya.

Sementara, Dewi mengaku sudah menggratiskan kantong plastik sejak kurang lebih sebulan lalu. Meskipun, Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo) baru menghapuskan program tersebut per Sabtu (1/10). Oleh Crystal Liestia Purnama ed: Endro Yuwanto

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement