Senin 18 Jan 2016 13:00 WIB

HARGA MINYAK MASIH LIAR

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,

OLEH RAKHMAT HADI SUCIPTO 

Tidak ada pihak atau analis yang mampu menebak harga minyak mentah dunia.

Harga minyak mentah dunia sempat turun sampai di bawah 30 dolar AS per barel pada perdagangan Selasa (12/1) lalu. Ini harga terendah sejak terjadi terakhir kali pada Desember 2003. Hari berikutnya, Rabu (13/1), harga minyak mentah di Nymex juga masih loyo, hanya 31,22 dolar AS per barel.

Harga minyak mentah Brent bahkan sempat diperdagangkan di bawah 30 dolar AS, tepatnya pada angka 29,96 dolar AS per barel pada Kamis (14/1) sebelum akhirnya reboundpada harga 30,22 dolar AS per barel.

Berdasarkan analisis BBC, harga minyak sudah merosot hingga 70 persen dalam 15 bulan terakhir.

Anjloknya harga minyak mentah ini mengancam kinerja banyak perusahaan minyak, bahkan perusahaan kelas kakap yang sudah masuk level internasional sekalipun. Perusahaan raksasa British Petroleum (BP) Plc pun mengumumkan akan memberhentikan 4.000 karyawannya di bagian eksplorasi dan produksi. Perusahaan pelat merah Brasil Petroleo Brasileiro SA menyatakan akan memang kas target produksi minyaknya dan me - ngurangi anggaran investasi hingga seperempat anggaran yang sudah direncanakan. 

Manajemen Petroleo mengaku terlalu optimistis memasang target harga minyak 2016.

Faktanya, pada awal tahun harga minyak kembali merosot ke level sangat rendah.

Bank Sentral Dallas khawatir rendahnya harga minyak mentah dunia bisa memengaruhi peluang pembukaan lapangan kerja baru. Semula bank sentral ini memperkirakan akan terjadi pertumbuhan lapangan kerja sebesar 1,4 persen pada tahun 2016 ini. Bila harga minyak masih saja merosot, diperkirakan tak akan tercipta lapangan kerja baru.

Bahkan, yang terjadi justru pengurangan tenaga kerja.

\"Ancaman terbesar dari perkiraan ini justru bila harga minyak masih pada level 20 hingga 30 dolar AS per barel,\" ungkap ekonom senior Dallas Fed Keith Phillips, seperti dilaporkan the Wall Street Journal, beberapa waktu lalu. Phillips menilai, masalahnya akan makin rumit. Harga minyak mentah yang rendah tak hanya menjadi ancaman serius karena bisa menambah pengangguran atau sulit menciptakan lapangan kerja baru, tetapi juga akan mengganggu sektor finansial.

Pengurangan tenaga kerja BP terbesar bakal terjadi di Angola, Azerbaijan, dan AS yang menjadi lokasi terbesar produksi minyak dan gas (migas) perusahaan ini. Kemungkinan besar 600 orang tenaga kerja akan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dari lapangan operasi di Laut Utara.

Saat ini di lokasi tersebut BP mempekerjakan 3.000 orang tenaga kerja. Sementara, di seluruh dunia BP sudah mempekerjakan 24 ribu orang karyawan, baik di sektor eksplorasi maupun produksi. 

Namun, menurut BBC, total karyawan BP di seluruh dunia mencapai 80 ribu orang. Sementara, jumlah karyawan di Inggris sebanyak 3.000 orang. \"Kami ingin menye derha - nakan struktur dan mengurangi biaya tanpa mengorbankan keselamatan.

 
Secara global, kami berharap jumlah pegawai di hulu berada di bawah 20 ribu pada akhir tahun ini,\" kata juru bicara perusahaan. Dengan PHK tersebut karyawan BP berkurang 5,0 persen.

Merosotnya harga minyak mentah ini sangat memukul BP. Pada 2014 lalu, perusahaan ini juga mengumumkan menyiapkan anggaran hingga 1,0 miliar dolar AS khusus untuk mendukung langkah PHK besaranbesaran sebagai dampak dari bencana di Teluk Meksiko. 

Graves

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement