Kamis 07 Jan 2016 17:00 WIB

Bank Syariah Andalkan Induk untuk Tambah Modal

Red:

JAKARTA -- Beberapa bank umum syariah (BUS) menyerahkan kebijakan terkait kewajiban penambahan modal kepada bank induk. Kewajiban tersebut dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai antisipasi pembiayaan yang berlebihan, terutama untuk bank umum syariah pelat merah, seperti BRI Syariah dan Bank Mandiri Syariah.

Direktur Utama BRI Syariah Hadi Santoso menyatakan, pada prinsipnya penambahan modal adalah keputusan BRI sebagai induk. Pada prinsipnya, BRI Syariah hanya mengajukan prinsip penambahan modal.

Terkait modal, Bank Syariah Mandiri (BSM) menyatakan sudah menerima tambahan dari induk sebesar Rp 500 miliar pada triwulan tiga 2015 lalu. ''Revaluasi aset juga sudah selesai dilakukan sehingga ada tambahan Rp 340 miliar,'' ungkap Direktur Utama BSM Agus Sudiarto baru-baru ini.

Sementara, dua bank syariah lainnya, yaitu BTPN Syariah dan BJB Syariah, sudah mengantisipasi terkait permintaan Bank Indonesia kepada perbankan untuk menaikkan modal saat kondisi ekonomi sedang baik. Keduanya mengaku memiliki modal cukup.

Direktur Utama BTPN Syariah Hary A Sukadis menyampaikan, BTPN Syariah baru menerima tambahan modal dari pemegang saham di 2015 yang membuat mereka masuk sebagai bank BUKU II.

Tahun ini, BTPN Syariah belum berencana penambahan modal baru. Rasio kecukupan modal (CAR) BTPN Syariah di akhir 2015 sekitar 21-22 persen setelah memperhitungkan risiko operasional.

Direktur Operasional BJB Syariah Hamara Adam mengatakan, BJB Syariah sudah menerima tambah modal dari induk sebesar Rp 400 miliar yang secara formal akan diserahkan Maret mendatang. Dengan begitu, BJB Syariah juga sudah sudah masuk BUKU II dengan modal menjadi sekitar Rp 1 triliun. ''Sebelum BI mengimbau, kami sudah antisipasi,'' kata Hamara, Rabu (6/1).

Mengingat kondisi 2016 masih belum pasti, penambahan modal BJB Syariah juga sekaligus sebagai penyangga salah satunya jika terjadi perburukan kualitas aset. Dengan tambahan modal dari induk, CAR BJB Syariah berada di level 22,5 persen.

Dengan rencana bisnis yang sudah terukur serta target sesuai RBB, BJB Syariah berharap modal bisa mencukupi untuk dua tiga tahun ke depan. Kebutuhan penambahan modal jika dibutuhkan akan tergantung kebijakan pemegang saham.

Ekspansi BJB Syariah tahun ini kemungkinan bisa 15-30 persen dari akhir 2015. Karena belum besar, ekspansi BJB Syariah bisa lebih besar dari rata-rata industri. Kinerja BJB Syariah sepanjang 2015 lalu diakui Hamara masih baik.

Restu OJK untuk menjalankan layanan keuangan syariah host to host dengan induk BJB yang akan segera diluncurkan juga diharapkan bisa menambah dana murah (CASA). ''Ini juga dukungan induk terhadap anak untuk bisa menambah CASA,'' kata Hamara.

Presiden Direktur Karim Consulting Indonesia Adiwarman Karim mengatakan, tambahan modal yang diminta BI kepada perbankan termasuk bank syariah sudah disiapkan lama untuk mengikuti ketentuan Basel. Ia menilai wajar jika countercyclical buffer tahun ini nol dengan pertimbangan faktor ekonomi.

Meski masih kecil, ia yakin bank syariah menyanggupi jika diminta menambah modal. ''Bank syariah masih bisa mengejar,'' kata dia.

CAR perbankan syariah per Juni 2015 sebesar 14,09 persen, turun dari 16,21 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara secara umum, CAR perbankan nasional mencapai 21,05 persen per Oktober 2015.

Bank Indonesia (BI) mewajibkan bank membentuk tambahan modal saat kondisi ekonomi sedang baik (boom period). Kewajiban ini harus dipenuhi perbankan untuk mengantisipasi kerugian dari pertumbuhan kredit atau pembiayaan yang berlebihan (countercyclical buffer). Besaran countercyclical buffer bersifat dinamis antara nol persen sampai dengan 2,5 persen dari aset tertimbang menurut risiko (ATMR) bank. ed: ichsan emrald alamsyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement