Rabu 07 Jan 2015 17:10 WIB

Menjadikan Ruko Aset Menarik

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID, Ada beragam jenis produk properti yang dapat dijadikan aset investasi, seperti rumah, apartemen, perkantoran, lahan, atau pabrik. Namun, tidak sedikit pula masyarakat yang melirik rumah toko (ruko) sebagai aset investasi mereka. Selain lokasi strategis, posisi ruko yang berdekatan dengan perumahan menjadi nilai tambah tersendiri bagi calon investor ruko.

“Begitu pengembang memasarkan ruko, semua langsung terjual habis,” kata Head of Business Development Ray White Indonesia Erwin Karya. Kondisi itu membuktikan masyarakat masih memiliki antusiasme yang cukup tinggi terhadap ruko lantaran ruko yang dipasarkan pengembang memiliki potensi bisnis yang baik. Bahkan, menurutnya, dari semua produk di industri properti, ruko merupakan produk yang paling cepat terjual. Ini merupakan bukti ruko adalah instrumen favorit dalam industri properti.

Ruko yang diminati masyarakat adalah yang memiliki potensi bisnis baik. Karena itu, mayoritas pengembang membangun ruko di kawasan yang memiliki potensi bisnis, seperti di kawasan hunian. Saat membangun sebuah kawasan, pengembang fokus untuk menyelesaikan kawasan hunian terlebih dahulu. Setelah hunian mulai ditempati masyarakat, pengembang mulai memasarkan ruko. Strategi itulah yang membuat ruko selalu laris manis. Jika hunian sudah mulai ramai, ruko yang dipasarkan akan memiliki pasar yang sudah jelas, yakni para penghuni perumahan tersebut.

Salah satu contoh ruko yang paling laris adalah ruko di kawasan Kelapa Gading yang terbilang sangat mahal. Kondisi serupa juga terjadi di beberapa wilayah strategis di Jakarta dan sekitarnya, termasuk wilayah lain di Indonesia. Lokasi strategis dan memiliki potensi bisnis adalah syarat mutlak dari sebuah ruko. Nantinya ruko akan difungsikan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan ekonomi melalui perdagangan barang dan jasa sehingga memudahkan konsumen dalam melakukan transaksi bisnisnya. Selain itu, lahan parkir yang cukup luas juga merupakan persyaratan agar ruko dilirik oleh masyarakat. “Parkir luas merupakan hal yang cukup penting agar memudahkan pengunjung ruko,” kata Erwin.

Karakter konsumen

Konsumen ruko memiliki beberapa karakter yang berbeda. Beberapa di antaranya lebih tertarik  membeli ruko sebagai portofolio dalam investasinya dalam bidang properti. Namun, tidak sedikit yang tertarik  membeli ruko dan menggunakanya sendiri untuk lokasi bisnisnya. Beberapa konsumen lainnya lebih memilih untuk hanya menyewa ruko yang juga akan digunakan untuk lokasi bisnis.

Namun, apa pun pilihannya, ruko yang rata-rata harganya tidak lebih murah dibandingkan rumah dapat digunakan sebagai instrumen investasi. Konsumen dapat memperoleh keuntungan dengan menjual kembali ruko itu beberapa tahun kemudian dengan harga yang menguntungkan. Pemilik juga dapat memperoleh keuntungan dengan menyewakan ruko terlebih dahulu sambil menunggu waktu yang tepat untuk menjualnya. Sedangkan, konsumen yang membeli dan menggunakannya untuk lokasi usaha adalah pengusaha yang memiliki modal cukup besar untuk membeli ruko. Perbankan umumnya juga merupakan konsumen dari bangunan ruko. Mayoritas kantor cabang perbankan menggunakan ruko dengan sistem sewa karena perbankan terikat oleh regulasi dari Bank Indonesia.

Erwin juga  mengatakan, meski kini mulai banyak didirikan mal yang tersebar di beberapa wilayah, ruko masih memiliki potensi bisnis yang baik. Hal ini disebabkan ruko memiliki segmen pasar yang berbeda dengan mal. Salah satu pengembang yang memasarkan produk properti berupa ruko adalah PT Prioritas Land Indonesia.

Public Relation Manager PT Prioritas Land Indonesia (PLI) Dihar Dakir mengatakan, pihaknya membangun ruko sebagai sarana penunjang dari kawasan hunian milik mereka. Agar penghuni apartemen mendapat kemudahan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, pihaknya mendirikian ruko dalam kawasan Serpong. Apartemen milik PLI di kawasan Sepong terdiri atas 900 unit yang dihuni oleh sekitar 1.600 orang. Sedangkan, bangunan komersial yang disediakan berjumlah 40 unit yang terdiri dari 20 ruko dan sisanya adalah berupa kios dan small office and home office (SOHO).

Ruko di kawasan itu mulai dipasarkan pada 2013 dan kini seluruh ruko yang ada telah habis terjual. Saat ini, yang masih tersisa hanyalah beberapa kios dan SOHO. Ruko yang dipasarkan memiliki luas unit sebesar 93 meter persegi hingga 306 meter ersegi. Semuanya terdiri atas dua lantai dan dipasarkan dengan harga sekitar Rp 1 miliar. Bagi konsumen yang menginginkan lokasi bisnis dengan harga yang lebih terjangkau, pihaknya juga menyediakan 35 unit SOHO dengan luas sekitar 36 meter persegi hingga 50 meter persegi dengan harga Rp 300 juta hingga Rp 700 juta. Mayoritas konsumen dari ruko itu adalah pelaku usaha kecil menengah (UKM). Mereka memilih untuk menggunakan ruko sebagai lokasi usaha dan tempat tinggal.

Dihar juga mengatakan, konsumen lebih memilih ruko di kawasan yang akan berkembang karena umumnya harga ruko lebih terjangkau dibandingkan dengan kawasan yang sudah berkembang. Pihaknya juga hanya memasarkan ruko dengan sistem pembelian. Jika ada pengguna ruko yang menggunakanya secara sewa, itu berarti mereka menyewa kepada pembeli pertama bukan melalui PT PLI. Konsep itu telah memberikan keuntungan bagi berbagai pihak. Penghuni di apartemen mendapat kemudahan dengan adanya ruko dan pengguna ruko mendapat konsumen yang pasti dengan memiliki lokasi usaha di kawasan apartemen.  c72 ed: hiru muhammad

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement