Ahad 15 Jan 2017 16:00 WIB

Dua Buku Sastra Berbahasa Lampung Siap Masuk Pasar

Red:

Di tengah sepinya kelahiran buku-buku berbahasa daerah, dua buku sastra berbahasa Lampung yang terbit akhir tahun 2016 siap menyapa khalayak.

Buku-buku itu siap  diluncurkan di Krui, Pesisir Barat, Lampung. Menurut Udo Z Karzi atau Zulkarnain Zubairi, di Bandar Lampung, Kamis (12/1), dua buku tersebut adalah Novel Negarabatin karyanya sendiri  dan kumpulan sajak Sekekejungni Pesiser Sememanjangni Angangon karya Elly Dharmawanti dan SW Teofani.

Elly, salah satu penulis yang berdomisi di Krui, Pesisir Barat memastikan kedua buku yang diterbitkan Pustaka LaBRAK dan Aura Publishing ini akan didiskusikan di aula SMAN 1 Pesisir Barat, Sabtu (21/1) nanti.

Ketua Panitia Peluncuran Buku Indra Saputra menambahkan, buku Sekekejungni Pesiser Sememanjangni Angangon serta novel Negarabatin sangat tepat dibaca pelajar.

"Kedua buku itu selain menggunakan bahasa Lampung yang masih hidup di daerah kami, juga memuat potensi daerah kami dalam bidang pariwisata dan budaya lokal," ujar ketua OSIS SMAN 1 Pesisr Barat itu pula.

Indra mengaku,  suka membaca Sekekejungni Pesiser Sememanjangni Angangon karena memuat tempat-tempat yang dikenalnya dan kini dikenal sebagai destinasi wisata di Pesisir Barat.

Begitu pula dengan Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS )SMA Pesisir Barat Putrawan Jayaningrat yang menyebutkan kedua buku berbahasa Lampung ini sangat penting keberadaannya untuk menunjang pengajaran bahasa dan sastra Lampung.

"Buku-buku berbahasa Lampung akan sangat membantu siswa dalam belajar bahasa Lampung. Saya setuju jika buku-buku bacaan bahasa semacam ini diperbanyak dan disebarkan ke sekolah-sekolah," kata dia. Novel Negarabatin karya Udo Z Karzi berkisah tentang rindu-dendam Uyung, tokoh utamanya terhadap kampung halamannya, Negarabatin.

Novel setebal 200 halaman ini ber-setting alam perdesaan di Liwa, Lampung Barat tahun 1970-1986. Di dalam tergambar bagaimana Uyung pernah berkali hilang dan mencoba lari dari pekonnya, tetapi berkali-kali pula karena adanya ikatan batin yang begitu kuat, ia kembali pulang ke desanya itu.

"Sakik nihan atiku jama pekonku tenggalan. Kidang, aga repa kidah. Senyuwoh-nyowohni nyak jama Negarabatin, pagun mak nihan dapok kik aga titokko (Sakit benar hati terhadap kampungku sendiri. Tapi, bagaimana pula. Seberapa bencinya aku dengan Negarabatin, tetap tak mungkin jika hendak dibuang)," begitu kata tokoh utama di novel tersebut.

Sedangkan, Sekekejungni Pesiser Sememanjangni Angangon berisi sajak-sajak Elly Dharmawanti dan SW Teofani yang berlatar tempat di Kabupaten Pesisir Barat. Elly memungut syair dari banyak tempat di sepanjang pantai Pesisir Barat seperti dapat disimak pada judul-judul sajak Tenumbang, Labuhan Jukung, Tanjung Setia, Kuala Stabas, Slalau, dan Pahmung.

Begitu juga dengan SW Teofani yang menulis sajak menyebutkan tempat-tempat seperti Pasar Krui, Repong Damar, Pesisir Tengah, Canguk, Sepapa, Ranau, Way Haru, dan Pahmungan. Keduanya menuangkan berbagai perasaan, rindu, mimpi, ingatan, dan angan-angan dalam sajak yang kental dengan nuansa Lampungnya.     antara, ed: Nina CH

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement