Kamis 12 Jan 2017 18:00 WIB

Tuhan, Jangan Tinggalkan Aku (81)

Red:

Sejak itu Fatin pun semakin mantap merawat, mengayomi, dan membesarkan anaknya serta adik angkatnya Victor Hartland.

Termasuk menemani Oma Lience Hartland yang sudah dianggap sebagai bagian keluarganya. "Mari kita kerjasama untuk bangkit dari dukacita ini, ya Oma Lience," ajaknya kepada saudari kandung mendiang pendeta Hartland.

"Aku sudah tua, Anakku, tidak bisa diharapkan berbuat banyak selain berdoa," kata perempuan sepuh yang lama hidup bersama suaminya di Brazil.

Mereka tidak dikaruniai keturunan, tetapi memiliki banyak anak asuh di negeri suaminya.

Saat ia memutuskan pulang ke Belanda suaminya belum lama tewas dalam kerusuhan. "Doa Oma sungguh sangat penting bagi kami," hibur Fatin. "Kamu percaya kekuatan doa?"

"Tentu saja, mengapa tidak?" "Meskipun kita tidak satu keyakinan?"

Fatin tertegun dan mendegut ludahnya yang mendadak serasa kesat. Ia menatap wajah lansia di hadapannya yang terkesan serius sekali.

"Menurut teman-teman di pengajianmu itu," katanya pelan - pelan. "Hanya orang Islam yang bisa masuk surga. Mereka juga tidak mau mendoakan non Muslim. Tidak mau memberi selamat saat kami merayakan Hari Natal…."

Bla, bla, bla!

"Mengapa engkau tidak sama dengan mereka, Nak?" tanyanya mengejutkan sekali.

"Tidak sama, bagaimana, Oma?"

"Engkau tidak sekeras teman-temanmu itu."

"Tidak keras bagaimana?" Fatin bingung.

"Aku merasa engkau ini berada di zona abu-abu…."

Itulah penilaian pertama yang pernah disampaikan seseorang kepada dirinya. Lama sekali Fatin merenungkannya. Bahkan teman-teman di komunitasnya pun tidak ada yang menyampaikan penilaian mereka terhadap dirinya.

Mungkin menenggang perasaannya, mengingat ia adalah anak kesayangan keluarga Hartland. Biar bagaimanapun, ia bersama keluarga Hartland telah banyak memberi kontribusi kepada komunitas Muslim di kota kecil itu.

Beberapa waktu lamanya Fatin dan Oma Linece Hartland masih membahas perihal perbedaan keyakinan ini. Sesuatu yang selama tinggal dan diayomi oleh keluarga Hartland, tidak pernah dipermasalahkan.

"Jangan salah paham, Anakku," kata Oma Lience Hartland. "Aku bukan mempermasalahkan keyakinanmu, bu-kan begitu.

Entah mengapa, be-lakangan ini perasaanku galau, gundah sekali. Apalagi sejak sering memperhatikanmu bergaul dengan teman-teman pengajian itu.

Kemudian melihat dan mendengar sendiri, bagaimana kalian mengkaji keislaman…."

"Baik, Oma, aku percaya niatan mulia Oma.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement