Senin 14 Nov 2016 17:00 WIB

Tuhan, Jangan Tinggalkan Aku (31)

Red:

"Harus, ya?" Fatin menatapnya bimbang.

"Apa ada yang membuatmu harus menolaknya?"

"Bukan begitu, aku, hmm…." "Ayolah, kita harus wisata dulu. Masa seminggu di Lombok tidak tahu ke mana-mana?

Lombok ini pulau indah sampai disebut surga yang tersembunyi," ceracau Rieki.

"Bang Rieki, aku ingat Abah," tukas Fatin. "Maksudku, sepulang dari sini aku minta izin dulu untuk menengoknya."

"Jangan kuatir soal Abah. Telepon langsung makanya, Dek. Kamu sudah punya ponsel keren."

Fatin tersipu malu. "Hmm, tidak punya pulsa, Bang…." "Ya ampuuuun! Kenapa gak bilang? Sejak kapan?"

"Sejak sampai di Jakarta…." "Ampuuun! Pantaslah tak pernah kulihat kamu pake ponsel." Beberapa saat Rieki mengirimkan pulsa untuk ponsel Fatin. "Sudah masuk, ayo, teleponlah!" pinta Rieki.

Gadis itu mencoba menelepon Heri. Sebab di rumahnya tak ada telepon dan tidak ada seorang pun yang memiliki ponsel. "Abah sudah dirawat dengan baik di rumah sakit swasta di Bandung. Sekarang kondisinya mulai membaik. Tenang saja, ya Neng," kata Heri dari seberang.

"Oh, alhamdulillah…. Tapi dari mana biayanya, Pak?" "Tenang saja, semua sudah diurus. Ada titipan dari Pak Rimbong melalui Pak Rieki." Fatin memutus sambungan jarak jauh. Ditatapnya wajah Rieki lurus lurus.

"Jelaskan, mengapa beri duit kepada keluargaku tanpa bilangbilang?" Rieki belum sempat menjawab ketika sosok mirip Sean Penn muncul di belakangnya. "Aku yang memintanya begitu, Fatin. Anggap saja sebagai pinjaman. Kelak kalau kamu sudah ada silakan dikembalikan, tetapi bukan kepadaku," ujar Rimbong dalam nada bijak dan tulus.

"Kepada siapa?" buru Fatin. "Untuk anak-anak miskinlah. Ayo, kita berangkat sekarang!" Fatin tak berkomentar lagi. Sudah seharusnya jika ia berte- rima kasih atas kemurahan Pak Direktur. Perlakuannya selama ini pun terbilang sopan, ramah, simpatik dan gentle. Betapa sering dipergokinya lelaki ini mengutamakan perempuan sepanjang konferensi berlagsung.

Mulai dari memberikan tempat duduk, menyilakan perempuan mendahuluinya saat masuk lift atau mengambil makanan ala prasmanan.

Perilaku Rimbong seperti yang suka dibacanya di novelnovel. Pernah Fatin melihat-lihat album di ruang kerjanya. Foto bersama istrinya terkesan romantis, penuh perhatian dan kasih sayang.

Seharusnya lelaki ini sudah berbahagia dan hidupnya sempurna. Namun, jelas sekali wajahnya sering terlihat tak bersemangat, menatap hampa ke kejauhan.

(Bersambung)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement