Senin 31 Oct 2016 17:00 WIB

Tuhan, Jangan Tinggalkan Aku (19)

Red:

"Pilihlah yang sesuai dengan selera dan keyakinanmu," katanya sambil bergerak meninggalkan Fatin di kamar yang mewah dan full AC itu, menyingkir ke ruangan sebelah.

Beberapa saat lamanya Fatin celingukan, bingung sendiri. Sampai diingatkan suara bariton dari ruang sebelah.

"Hanya sepuluh menit, oke?" "Oh, iya, insya Allah!" Fatin tergagap.

Seumur hidupnya ia telah terbiasa bekerja keras. Membantu orang tua di rumah, di sawah atau di kebun. Ketika temanteman sibuk bermain, pergi ke Mall, nonton film atau konser. Ia sibuk mencari cara bagaimana bisa menguasai bahasa Inggris tanpa kursus.

Akhirnya ia berhasil menemukan cara yang tepat, tanpa pergi ke tempat kursus, sekaligus gratis. Menjadi pengasuh anak Ibu Lina, guru bahasa Inggris di sekolahnya.

Ibu Lina dengan senang hati menerima tawarannya. Menyerahkan pengasuhan anaknya yang masih Balita di tangan Fatin. Terutama jika ia ada kuliah akhir pekan, karena sedang pasca sarjana di Bandung.

Sementara suaminya sudah lama meninggalkannya demi perempuan lain.

Beberapa jenak Fatin mengamati koleksi gaun di lemari. Agaknya Rimbong memang sengaja telah menyediakan gaun yang pantas untuk seseorang.

Kebetulan saja yang sekarang membutuhkan adalah dirinya, gadis desa Bojongsoang yang telah dipercayai untuk mendampinginya ke even berskala Nasional.

Demikianlah yang terlintas dalam benak Fatin. Ia menghormati lelaki yang lebih tua dari ayahnya itu, sebagaimana menghormati orang tua.

Ia tak peduli dengan gosip negatif yang berseliweran. Direktur menyukainya hanya sebagai anak muda yang bisa diharapkan sebagai karyawan hotelnya. Begitu pulalah menurut Rieki yang sering menasehatinya.

Ternyata lebih dari satu kodi gaun di lemari ini adalah busana Muslimah. Belakangan ia diberi tahu Rieki bahwa koleksi busana di kamar Bos adalah sponsor dari seorang perancang busana terkemuka Indonesia, sahabat Rimbong.

Fatin hanya membutuhkan sekitar lima menit untuk ganti seragam sekolah, jaket almamater dengan sepotong busana Muslimah yang anggun.

"Sudah, bajunya yang ini saja, Pak," kata gadis cantik itu saat menghampiri sang Direktur di sebelah yang ternyata ruang keluarga dan bar.

Rimbong menoleh ke arahnya, seketika menatapnya dengan kagum. "Wooow!" serunya berdecak takjub.

Fatin kini mengenakan busana Muslimah rancangan Rudy Margen. Sebuah gaun terusan pulas hijau tosqa, model sederhana, lengan panjang kerah berdiri dengan jilbab modis.

(Bersambung)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement