Sabtu 27 Sep 2014 12:36 WIB

Kekalahan Keempat PDIP

Red: operator

PDIP memperkirakan Koalisi Merah Putih akan terus melemahkan Jokowi-JK.

JAKARTA -PDI Perjuangan kembali menelan kekalahan politik dari Koalisi Merah Putih. Setelah kalah dalam jumlah suara di parlemen, UU MD3 (MPR, DPR, DPD, DPRD), pembahasan tata tertib, mereka kembali dikalahkan dalam pengambilan keputusan RUU Pilkada di DPR.

Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Firman Noor mengatakan, faktor utama dari kekalahan kubu PDI Perjuangan adalah soliditas Koalisi Merah Putih. "Lobi apa pun yang dilakukan PDIP sampai saat ini tidak bisa membongkar soliditas Koalisi Merah Putih. Apakah Koalisi Merah Putih ini bersikap asal beda, atau karena memiliki alasan rasional secara objektif," kata Firman kepada Republika, Jumat (26/9).

Ia mengatakan, terbentuk sebuah pemetaan yang memperlihatkan check and balance antara DPR dan pemerintah. Tidak seperti dulu, saat DPR berada di dalam rangkulan eksekutif. Kini, menurutnya, DPR menjadi lembaga yang bisa lebih galak dari posisinya sebagai penyeimbang pemerintah.

Dalam hal ini, kontrol terhadap pemerintah akan lebih efektif. Pemerintah, tuturnya, tidak bisa main-main dalam mengajukan sebuah rancangan undang-undang dan dalam menjalankan pemerintahan.

Sementara dari sisi negatif, situasi tersebut dapat membuat pemerintah tidak efektif. Menurutnya, setiap undang-undang akan dibahas lebih mendalam sehingga membutuhkan waktu pembahasan yang lebih panjang.

Anggota Komisi II DPR dari Fraksi PDIP Yasonna Laoly mengatakan, Koalisi Merah Putih yang mendeklarasikan diri sebagai koalisi penyeimbang dan Partai Demokrat dengan si kap netral justru dianggap sebagai pi hak yang melakukan langkah politik un tuk melemahkan Jokowi-JK. Sikap yang ditunjukkan koalisi tersebut di pandang sebagai permainan politik yang akan terus dilakukan ke depannya.

Baik saat pembahasan anggaran maupun pengajuan UU yang diajukan pemerintah untuk mendukung kebijakan pemerintah. "Itu grand scenario terbesar. Itulah sebenarnya, mulai dari UU MD3 (MPR, DPR, DPD, DPRD), UU Pilkada, dan kebijakan strategis selanjutnya," kata Laoly.

Laoly mengatakan, Koalisi Merah Putih akan selalu cenderung menempuh langkah yang menguntungkan kelompok mereka saja. Melakukan pragmatisme politik dengan mengambil sikap yang selalu berbeda dengan pemerintahan Jokowi-JK. "Mereka akan selalu menghalang-halangi, membuat sulit pemerintahan akan datang. Karena, ini asal beda aja. Bukan melihat aspek terbaik bagi bangsa," ujar dia.

Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical) meminta agar Koalisi Merah Putih tidak sombong. "Dengan empat kemenangan, jangan besar kepala, jangan sombong," kata Ical.

Empat kemenangan yang dimaksud Ical, yaitu mayoritas suara di parlemen, pembahasan tatib, UU MD3 dan yang terakhir adalah RUU Pilkada melalui DPRD. Ical mengatakan, kemenangan itu adalah perjuangan untuk menuju ke demokrasi Pancasila.

"Yang kita perjuangkan posisi-posisi itu memungkinkan kita untuk mengembalikan demokrasi kita ke demokrasi Pan casila?" ucap Ical.

Faktor Megawati Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, Pangi Syarwi Chaniago, mengatakan, kekalahan PDIP Ini tak bisa dilepaskan dari faktor ketua umumnya, Megawati Soekarnoputri.

Menurutnya, jika saja Megawati mau sedikit melunak terhadap Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), jalan ceritanya akan lain. Yakni, PDIP mau mengikuti keinginan Partai Demokrat."Masalahnya, Mega itu terlalu gengsi terlihat tunduk dari SBY," katanya.

Hal itu berpengaruh terhadap bawahannya, yakni kader PDIP tunduk kepada pengaruh Megawati dengan tidak mau mengikuti keinginan Partai Demokrat. Padahal, sebenarnya SBY dan Partai Demokrat telah beberapa kali menunjukkan keinginannya untuk mendukung pemerintah. "Tapi, ini yang tidak direspons oleh Mega," ujar Pangi.  rep:Ira Sasmita/c73, ed:muhammad hafil

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement