Senin 19 Dec 2016 16:00 WIB

Catatan untuk Toilet di Tempat Pariwisata

Red:

Air keran tidak mengalir. Tisu beserakan. Jejak kaki penuh tanah di lantai selalu terlihat. Bahkan, lampu toilet tidak menyala. Bau pesing tersebar. Ini adalah sederet gambaran kondisi toilet di berbagai tujuan wisata di Tanah Air saat liburan.

Tengok saja keadaan WC di lokasi tujuan wisata di mana pun, apalagi di daerah. WC jorok seakan telah begitu melekat dengan gambaran pariwisata di Indonesia selama puluhan tahun ini. Banyak pihak geram, karena menilai tak ada upaya serius dari pemerintah untuk menghapuskan noda kotor di wajah pariwisata Indonesia.

Keluhan WC jorok akhirnya sampai ke telinga Presiden Jokowi yang kemudian menjadi perhatian industri pariwisata belakangan ini. Presiden meminta Menteri Pariwisata Arief Yahya untuk memperbaiki kebersihan WC di destinasi wisata. Hasil survei internasional memperkuat posisi Indonesia sebagai negara dengan sanitasi yang rendah.

Jokowi mengatakan, dibanding dengan negara tetangga, seperti Thailand dan Malaysia, Indonesia sangat ketinggalan dalam hal perolehan wisatawan ke negaranya. Thailand misalnya, sudah mampu menarik 29 juta wisatawan dan Malaysia sudah mencapai 24 juta.

"Padahal destinasi, lokasi tujuan wisata kita lebih baik dan banyak, tetapi hanya 9 juta saja. Target Kemenpar pada tahun 2019 kunjungan turis asing sebesar 20 juta orang. Kalau enggak ketemu 20 juta, ya dicopot," ujar Jokowi, pekan lalu.

Menteri Pariwisata bukan tak menyadari kondisi ini. Dalam berbagai kesempatan, Arief Yahya mengatakan, kondisi WC di berbagai objek wisata di Indonesia sudah berada pada level sangat buruk dan memalukan.

Salah satu penyebab buruknya sanitasi dan kebersihan adalah kurangnya fasilitas toilet bersih di berbagai objek wisata, khususnya di pegunungan dan pantai. Pihaknya bergegas mengambil langkah dengan mencanangkan pembangunan 50 ribu toilet.

Rencana ini didukung oleh salah satu bank yang siap memberi akses pembiayaan. Rencana ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pariwisata Indonesia.    antara, ed: Erdy Nasrul

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement