Jumat 12 Sep 2014 17:00 WIB

Api Slamet Bakar Savana

Red:

TEGAL — Jarak percikan lava pijar yang dilontarkan Gunung Slamet makin jauh. Dalam aktivitas vulkanik pada Rabu (10/9), lontaran lava pijar dari puncak gunung tersebut mulai menjangkau area padang savana yang ada di perbatasan antara areal vegetasi dan nonvegetasi di puncak Slamet.

Akibatnya, padang savana yang didominasi tanaman perdu, seperti edelwise, menjadi terbakar. Kawasan hutan perdu yang terbakar akibat aktivitas Slamet ini terjadi di area dua km dari puncak pada jalur pendakian dari objek wisata Guci, Bumijawa, Kabupaten Tegal. Humas SAR Kabupaten Tegal Arif menyatakan bahwa area yang terbakar di sekitar Pos V jalur pendakian. "Tanaman perdu yang ada di kawasan ini, ada yang terbakar akibat lontaran lava," ujarnya, Kamis (11/9).

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Idhad Zakaria/ANTARA

Lontaran material pijar terlihat pada kawah Gunung Slamet dari Desa Melung, Baturraden, Banyumas, Jateng, Sabtu (26/4) pagi.

Pada Rabu malam, Arif mengaku sempat melihat ada berapa titik api yang muncul. Bahkan, api sempat meluas ke Pos IV yang berada di areal sekitar tiga hingga empat km dari puncak. Namun menjelang Kamis (11/9) dini hari, api terlihat mulai mengecil. "Mudah-mudahan saja api tidak semakin meluas. Kita tidak bisa melihat kondisinya pada siang hari begini, sementara untuk memanjat, kita tidak mungkin melampaui radius empat km dari puncak," katanya.

Ia menyebutkan, untuk mengatisipasi kejadian-kejadian luar biasa akibat aktivitas Gunung Slamet, Tim SAR Kabupaten Tegal menerjunkan 10 personel yang melakukan patroli bergantian di lereng Slamet wilayah Tegal. "Yang kita pantau saat ini, yaitu lontaran lava pijarnya. Soalnya, lontaran lava ini bisa menyebabkan terjadinya kebakaran hutan," ujarnya.

Selain lontaran lava yang semakin jauh, sepanjang Rabu (10/9) malam, warga yang tinggal di lereng Gunung Slamet juga dicemaskan dengan suara dentuman dan gemuruh yang makin keras. Suara dentuman tersebut terdengar cukup keras hingga radius lebih dari 10 km hingga menggetarkan kaca-kaca rumah warga.

Arbi (38 tahun), seorang warga Desa Pageraji Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, mengaku sepanjang Rabu malam tidak bisa tidur nyenyak karena suara gemuruh dari puncak Slamet. "Selama tinggal di sini sejak kecil, baru sekarang suara dentuman Gunung Slamet terdengar keras sampai rumah," katanya.

Warga-warga desa yang lokasinya lebih dekat dengan puncak Slamet juga lebih banyak yang memilih berkumpul di pinggir jalan-jalan desa. "Suaranya keras sekali. Daripada gelisah tidak bisa tidur, lebih baik berkumpul bersama warga lainnya," kata Margono (52), warga Desa Melung, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas.

Selain itu, dari Desa Limpakuwus, Kecamatan Sumbang, Kepala Dusun 4 Desa Limpakuwus, Wasirun mengatakan, dentuman keras yang terdengar dari Gunung Slamet membuat warga memilih berada di luar rumah. Meski merasa cemas dan khawatir, warga di desa wilayah Banyumas yang paling dekat dengan puncak Slamet ini masih memilih tinggal di desanya.

Suara dentuman Gunung Slamet juga makin sering didengar warga Kota Purwokerto. Rumiarti (45), seorang warga Desa Kedungrandu, Kecamatan Patikraja, mengatakan mendengar suara keras dari Gunung Slamet sedikitnya enam kali.

Hingga Kamis (11/9), status Gunung Slamet masih pada level Siaga (III). Pakar vulkanologi Surono mengatakan bahwa status Gunung Slamet yang meliputi wilayah Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes, Jawa Tengah, tidak perlu dinaikkan ke level yang lebih tinggi. Selama berstatus Siaga, ia mengungkapkan, Gunung Slamet akan terus-menerus mengeluarkan sinar api, material-material atau lava pijar, abu vulkanik, suara dentuman, dan suara gemuruh.strombolian.

Disinggung mengenai suara dentuman dan gemuruh yang terdengar pada siang hari dalam beberapa hari terakhir, ia mengatakan bahwa hal itu menunjukkan jika suara dentuman dan gemuruh Gunung Slamet sangat keras. Kendati demikian, ia menegaskan hal tersebut belum perlu dikhawatirkan. rep:eko widiyatno/antara ed: fitriyan zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement