Kamis 10 Oct 2013 07:10 WIB
Industri Nasional

Memacu Industri Nasional yang Tangguh (1)

Sekjen Kemenperin Anshari Bukhari mencoba gitar Secco di Pameran Produk Indonesia (PPI), di Bandung, Ahad (29/9).
Sekjen Kemenperin Anshari Bukhari mencoba gitar Secco di Pameran Produk Indonesia (PPI), di Bandung, Ahad (29/9).

REPUBLIKA.CO.ID, Gitar buatan luthier asal Bandung ini justru dipesan musisi di belasan negara.

Wajah luthier atau pembuat gitar, Yosefat Wenardi Wigono, mirip orang Jepang. Namun, pria kelahiran 50 tahun silam ini justru kelahiran Kota Purwokerto, Jawa Tengah. Sejak merintis usaha pembuatan gitar tahun 1999, Yosefat menetap di Bandung, Jawa Barat (Jabar). Sejumlah jenis gitar karya Yosefat dengan brand 'Secco Guitar' disukai musisi dan konsumen di Jepang. Hal itu tak lepas keseriusan dan ketekunan Yosefat dalam membuat gitar akustik. Untuk mengasah kemampuannya, Yosefat berguru dengan Ki Anong Naeni, guitar luthier kawakan terkenal di Bandung.

Awalnya, gitar produksi buatan Secco diproduksi secara massal, namun akhirnya diproduksi sesuai pesanan dengan kualitas lebih baik dan kelas wahid. Pada 2011, sejumlah jenis gitar produk Secco mulai dipamerkan di Singapura dan Malaysia. Di dua negara ini, pesanan muncul dari Turki dan Selandia Baru. Kualitas produk gitar Secco semakin dikenal para pemusik nasional maupun internasional.

Hingga akhir September 2013, sejumlah jenis gitar Secco dikoleksi sekitar 250 pemusik (baik gitaris maupun musisi). Salah satunya penyanyi kawakan Iwan Fals dan Sawung Jabo.  "Iwan Fals sudah memiliki tiga gitar akustik produksi Secco. Gitar tersebut dibelinya dengan harga 2.500 sampai 4.000 dolar AS per unit. Iwan Fals memang suka dengan produk-produk buatan Indonesia," kata Yosefat Wenardi kepada wartawan Republika, Zaky Al Hamzah, saat mengikuti Pameran Produksi Indonesia (PPI) 2013 di Bandung, Jawa Barat, akhir September kemarin.

Pada 2004, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang menyenangi musik dan mencipta lagu, juga menjadi salah satu kolektor gitar merek Secco. Tipe gitar yang dimiliki SBY adalah Steal Dreadnought. "Pak SBY  membeli gitar produk saya tahun 2004 lalu, waktu itu harganya masih 1.500 dollar AS," ujar luthier penyuka jalan-jalan ini. Apresiasi yang diberikan kepala negara dan penyanyi terkenal itu sangat membanggakan dirinya sekaligus tantangan untuk menghasilkan karya yang lebih baik.

Kini, sejumlah gitar Secco sudah dipesan sejumlah musisi dan konsumen berbagai negara, di antaranya Jepang, Malaysia, Jerman, AS, Selandia Baru, Jerman, Singapura, Kanada dan Prancis. Keikutsertaan dalam Pameran Produk Indonesia (PPI) sebagai upaya mempromosikan gitar lokal berstandar dunia. Wen bangga produk gitarnya asal Bandung semakin dikenal di pasar internasional.

Selain produk gitar Secco, pameran tersebut menghadirkan sejumlah merek-merek lokal, seperti kendaraan bermotor Viar, industri animasi, produsen gitar yang mampu menembus pasar ekspor seperti Secco dan Genta, produk fesyen seperti Kloom, kosmetik Wardah, Cimory dan lain-lain. Untuk produk ekspor seperti sepatu merek 'Parker'.

Lina Marlina, staf produk sepatu merek Parker, mengaku bahwa PPI kali ini ikut menaikkan merek produknya. Sepatu buatan Parker, katanya, merupakan sepatu untuk komoditas ekspor, khususnya di Italia. “Konsumen di pasar domestik adalah kalangan menengah ke atas,” ujarnya. Dalam tiga hari pameran, total omzet penjualan mencapai Rp 20 juta. Harga termurah produk sepatu merek Parker sekitar Rp 400 ribu per unit dan termahal Rp 3,5 juta per unit. Melalui pameran ini, Lina berharap konsumen Indonesia, khususnya di Bandung, semakin mencintai dan membeli produk-produk buatan lokal.

Kepala Pusat Komunikasi (Kapuskom) Publik Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Hartono mengatakan, selama tiga hari pameran jumlah pengunjung terus meningkat. Pada hari pertama (26/9) jumlah kunjungan mencapai 1.029 orang, naik menjadi 1.732 orang pada hari kedua (27/9), dan menjadi 2.735 orang pada Sabtu (28/9). PPI kali ini diikuti sebanyak 114 peserta terdiri dari empat unit Kemenperin, tiga BUMN industri strategis, dan 107 peserta dari Surabaya, Yogyakarta, Medan, Semarang, Kudus, Cirebon, Jakarta, serta Bandung dan sekitarnya.

Untuk pengunjungnya, selain dari Bandung dan kota sekitarnya, mereka tiba dari Jakarta, Cirebon, Semarang, Kudus, Surabaya, dan Malang. Bahkan ada pengunjung dari Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Australia yang sedang berburu barang bagus dari Indonesia. Hartono menekankan target utama PPI ini bukan pada penjualan, namun pengenalan produk berkualitas dari dalam negeri. "PPI lebih ditujukan untuk peningkatan kecintaan masyarakat dalam menggunakan produk nasional," katanya. Meski tak menargetkan penjualan, namun selama tiga hari pameran, hasil penjualan dari 114 peserta sekitar Rp 426 juta.

Peserta pameran yang memajang produk pakaian wanita, Yuni Triwahyuni Ediawati berharap dari PPI ini, pihaknya mendapat pesanan dalam jumlah besar dari pembeli lokal dan luar negeri. "Saya berharap dari ajang ini memperluas pasar produk kami dan mendapat order besar. Sasaran kami bukan menjual ritel (eceran)," kata pemilik butik dengan merek Yuni Collection ini.

Sekjen Kemenperin, Anshari Bukhari menjelaskan, PPI kali ketujuh ini menjadi ikon unjuk kemampuan industri nasional dalam lima tahun terakhir agar industri dalam negeri semakin tangguh. Dalam ajang yang berlangsung empat hari itu, menurut dia, Kemenperin ingin menunjukkan produk-produk inovasi berbasis kreativitas dengan mutu yang tinggi, yang bisa diproduksi di dalam negeri.

Maka, melalui PPI yang berlokasi di arena Trans Studio, Bandung ini, Kemenperin menggandeng para produsen produk kreatif berkualitas tinggi baik di bidang garmen, sepatu, aksesoris, kosmetik, kendaraan bermotor, serta alat musik dan animasi, serta makanan dan minuman olahan. "Produk berbasis kreativitas didorong bisa bersaing lagi dengan produk murah impor yang kualitasnya tidak bagus, karena merugikan konsumen," ujar Anshari.

Peran industri kreatif

Kemenperin menyatakan industri kreatif termasuk dalam industri kecil dan menengah (IKM) yang memiliki peran strategis. Pasalnya, sektor ini mampu memberikan sumbangan yang cukup besar bagi perekonomian nasional dan menghadapi krisis keuangan global saat ini.

Dirjen IKM Kemenperin, Euis Saedah mengatakan, jumlah IKM pada 2013 sebanyak 3,9 juta unit. Jumlah IKM itu mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 10,3 juta orang dan memberikan kontribusi terhadap nilai ekspor 19,579 miliar dolar AS.

Nilai produksi IKM mencapai Rp 753 triliun atau berkontribusi 10 persen dalam pembentukan pendapatan domestik bruto (PDB) sektor industri terhadap PDB nasional. Kenaikan harga BBM diakui memengaruhi ongkos produksi sekitar satu persen terhadap nilai produksi IKM. “Untuk itu, kami mengharapkan kepada seluruh IKM untuk selalu melakukan inovasi dan kreativitas agar pengaruh dari kenaikan BBM tidak terlalu besar terhadap pengembangan IKM,” katanya saat pembukaan pameran industri kreatif Yogyakarta di gedung Kemenperin, Jakarta, Selasa (17/9).

Meski kualitas produk industri IKM berbasis inovasi dan kreativitas tidak kalah bersaing dengan produk impor, namun kemampuan persaingan antarnegara dalam mengisi pasar domestik maupun ekspor, perlu terus diupayakan.

Pasalnya, pada awal 2015 nanti, negara-negara di ASEAN menyepakati pembentukan liberalisasi perdagangan dan investasi atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC). “Pemberlakuan AEC tersebut dapat menjadi tantangan sekaligus menjadi peluang bagi IKM untuk memasarkan produknya pada pasar ASEAN tanpa adanya hambatan tarif bea masuk maupun hambatan nontarif barrier lainnya,” kata Euis.

Dalam upaya meningkatkan kualitas produk IKM yang sesuai standar dan mutu serta kemampuan memenuhi pesanan yang besar dalam waktu singkat, pihaknya terus berupaya melakukan peningkatan kemampuan SDM IKM melalui berbagai macam pelatihan serta memberikan fasilitasi bantuan mesin peralatan, baik program revitalisasi maupun program restrukturisasi untuk dapat meningkatkan produktivitas IKM.

“Kami juga telah banyak membantu para IKM untuk melakukan promosi dengan memfasilitasi keikutsertaan pada pameran, baik di dalam negeri maupun di luar negeri,” papar dia. Salah satunya PPI di atas dan pameran industri kreatif Yogyakarta di gedung Kemenperin, 17-21 September 2013. Pameran ini diikuti 63 perajin IKM seperti batik, tenun, kulit, kayu, rajut, perak, tembaga, kerajinan wayang, herbal, aneka makanan, dan lainnya. n

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement