Senin 19 Aug 2013 08:47 WIB
Politik Mesir

Kairo Semakin Mencekam

Militer Mesir melakukan pengamanan di sekitar masjid tempat berkumpul massa pendukung Muhammad Mursi
Foto: AP
Militer Mesir melakukan pengamanan di sekitar masjid tempat berkumpul massa pendukung Muhammad Mursi

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Mobilisasi personel dan kendaraan militer makin meningkat di Kairo, Mesir, Ahad (18/8). Anggota polisi juga berjaga di sejumlah sudut kota. Mereka meningkatkan kewaspadaan menyusul seruan aksi besar-besaran dari pendukung presiden Mesir tersingkir, Muhammad Mursi, dan penentang kudeta militer.

Peningkatan aktivitas militer membuat situasi di Kairo semakin mencekam. Warga Kairo menghentikan aktivitas sehari-hari dan memilih untuk tetap berdiam di rumah masing-masing. Militer segera membubarkan warga yang berkumpul dan melakukan aktivitas mencurigakan. Penembak jitu dikabarkan berada di sejumlah titik strategis.

Pusat pengamanan militer dan polisi berada di gedung Mahkamah Konstitusi di selatan Kairo sejak Ahad pagi. Mereka menempatkan kendaraan bersenjata dan personel sejak dini hari. Di saat yang sama, kabinet Mesir membahas nasib Ikhwanul Muslimin (IM). Pemerintah berencana untuk membubarkan kelompok utama penyokong Mursi ini.

Rencana aksi pada Ahad merupakan kelanjutan aksi pendukung Mursi beberapa hari sebelumnya. Sejak Jumat (16/8), pendukung Mursi bertahan di dalam Masjid al-Fatah di Lapangan Ramses, Kairo. Masjid ini merawat puluhan korban korban luka akibat bentrokan dengan petugas keamanan. Polisi dan militer Mesir mengepung masjid ini. Petugas keamanan memaksa mendukung Mursi itu keluar masjid pada Sabtu.

IM, dalam pernyataan di situs resminya, menyerukan unjuk rasa lebih besar untuk mengecam kekerasan pemerintah. Pernyataan atas nama Koalisi Antikudeta itu meminta agar legitimasi Mursi sebagai presiden kembali dipulihkan. “Mursi sudah terpilih secara demokratis lewat pemilu,” tulis pernyataan itu.

Al-Masry Al-Youm melansir pernyataan Grand Syekh al-Azhar, Ahmad al-Tayyib, yang meminta IM untuk menghindari pertumpahan darah dengan aparat keamanan untuk menyelamatkan Mesir. Kekerasan tidak akan menjadi jalan keluar bagi pihak mana pun. “Legitimasi tidak dapat diperoleh lewat pertumpahan darah,” kata Tayyib. Dia meminta semua pihak melindungi Mesir. n ap ed: m ikhsan shiddieqy

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement