Rabu 19 Jun 2013 07:30 WIB
SNMPTN

SNMPTN Jangan Diskriminatif Terhadap Siswa Madrasah

Seorang guru sedang mengajar di madrasah (ilustrasi)
Foto: Damanhuri Zuhri
Seorang guru sedang mengajar di madrasah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kabar siswa lulusan madrasah aliyah (MA) di Yogyakarta yang tidak lolos satu pun dalam seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) di Universitas Gadjah Mada (UGM) memunculkan keprihatinan, termasuk dari Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama (Kemenag) Nur Syam.

Dirjen Pendis meminta agar UGM lebih transparan dan terbuka terhadap mekanisme dan hasil nilai rekrutmen siswa yang lolos SNMPTN agar tidak ada anggapan diskriminasi. “Sistem rekrutmen dan hasilnya harus terbuka agar adil dan tidak memunculkan diskriminasi,” kata Nur Syam kepada Republika, Selasa (18/6).

Keterbukaan mekanisme dan hasil ini, tambah dia, penting supaya tidak memunculkan tuduhan dalam proses SNMPTN. Walau demikian, ia yakin UGM dan mungkin perguruan tinggi negeri (PTN) lain tidak ada niat untuk mengesampingkan siswa lulusan MA atau mungkin pesantren.

Tapi, alangkah baiknya transparansi mekanisme dan hasil angka lulusan SNMPTN ini tetap disampaikan. Terkait apakah ini berarti kualitas lulusan MA yang masih belum memenuhi standar masuk PTN.

Nur Syam mengatakan, saat ini sudah banyak siswa lulusan MA yang berhasil masuk PTN dengan berbagai seleksi masuk, apakah SNMPTN, beasiswa unggulan, atau tes khusus. Selain itu, beberapa madrasah unggulan binaan Kemenag pun sudah menjadi idola orang tua siswa karena hampir sebagian besar lulusan dapat melanjutkan ke PTN.

“Contoh Madrasah Insan Cendikia. Madrasah ini banyak menghasilkan kualitas siswa MA yang memenuhi syarat PTN, bahkan sampai standar sekolah internasional,” ujarnya.

Jadi, Nur Syam melanjutkan, tidak ada alasan bila MA dianggap masih belum memenuhi kualitas dan standar kelulusan untuk masuk ke PTN. Ia juga tidak terlalu setuju bila siswa lulusan madrasah mendapatkan porsi khusus untuk masuk ke PTN.

Menurut dia, biarkan siswa lulusan MA masuk PTN dengan mekanisme yang ada tanpa perlu porsi khusus atau seleksi yang berbeda. Dengan tidak adanya keistimewaan siswa lulusan MA ini membuat lulusan MA pun memiliki daya saing dengan siswa lulusan sekolah menengah atas (SMA). Asalkan, PTN juga tetap menyeleksi dengan transparan sesuai dengan aturan yang berlaku.

Sebelumnya, hasil dari SNMPTN siswa yang masuk ke UGM pada tahun ini menunjukkan tidak satu pun lulusan dari MA. Bahkan, beberapa MA unggulan di Yogyakarta, seperti MAN 1 Yogyakarta yang setiap tahunnya memiliki banyak lulusan yang masuk UGM, juga tidak ada satu pun siswa mereka yang masuk. Ini membuat kekecewaan para pimpinan MA di Yogyakarta.

Kepala MAN I Yogyakarta Imam Sujangi bahkan menilai adanya diskriminasi lulusan MA terkait tidak adanya siswa lulusan MA yang masuk UGM ini. Padahal, kata Imam, hampir setiap tahun setidaknya ada 20 lulusan madrasah tersebut yang diterima di UGM. Bahkan, pada 2012, 25 lulusan madrasah itu diterima di kampus tersebut. Tapi, sayang, tahun ini tidak satu pun lulusannya yang diterima di sana.

Pihak UGM menampik bila mereka melakukan diskriminasi terhadap siswa lulusan madrasah. Kepala Humas UGM Wijayanti mengatakan, pihaknya memberikan kesempatan yang sama antara lulusan SMA dan MA untuk masuk ke UGM. “Mekanismenya sama untuk semua lulusan SMA atau MA dan tidak ada diskriminasi. Ini semua hanya masalah nilai,” kata dia.

Namun demikian, ia mengakui akan melakukan transparansi terkait hasil nilai lulusan yang telah berhasil masuk dengan cara SNMPTN sebagai bahan evaluasi penerimaan mahasiswa baru.

Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Djoko Santoso menyatakan tidak pernah ada sikap diskriminasi terhadap siswa lulusan MA. Semua diberlakukan sama dengan standar masuk nilai lulusan yang sama pula.

Permasalahan tidak adanya siswa lulusan MA Yogyakarta yang masuk ke UGM, menurut Djoko, lebih pada standar nilai, bukan karena masalah dikriminasi. Ia pun mengimbau agar pihak madrasah memahami hal tersebut. Namun, pihaknya berjanji akan tetap transparan terkait seleksi yang dilakukan di setiap PTN agar tidak memunculkan kesalahpahaman antarlulusan SMA dan MA. n amri amrullah ed: chairul akhmad

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement