Selasa 11 Jun 2013 08:47 WIB
Kinerja Pertamina

Produksi Minyak Pertamina Tembus 200 Ribu Barel

  Kilang minyak Pertamina Unit Pengolahan IV di Cilacap, Jawa Tengah.
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Kilang minyak Pertamina Unit Pengolahan IV di Cilacap, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — PT Pertamina (Persero) menggebrak. Di tengah pesimisme dan penurunan produksi minyak mentah nasional, Pertamina untuk pertama kali sepanjang sejarah menembus produksi minyak mentah 200 ribu barel per hari.

“Sejak April lalu, produksi rata-rata mencapai 204.649 barel per hari (bph) untuk gas sebesar 1.565 mmscfd. Lonjakan itu disokong peningkatan produksi pada blok-blok yang diakuisisi perusahaan,” kata Direktur Hulu Pertamina Muhamad Husen pada Konferensi Pers Pencapaian Produksi Minyak Pertamina Di Atas 200 Ribu BPH di Hotel Four Season di Jakarta, Senin (10/6) siang.

Husen mengatakan, angka produksi itu merupakan rata-rata produksi bulanan tertinggi sepanjang sejarah. Dia optimistis angka itu akan terus bertambah seiring terus meningkatnya produksi dari blok-blok akuisisi Pertamina.

Produksi Blok Off Shore North West Java (ONWJ), kata Husen, pada 2012 telah mencapai 33 ribu bph atau meningkat 10 ribu bph dibandingkan dengan masa awal pengambilalihan dari BP. Blok ONWJ pada 2013 terus mengalami tren positif dengan produksi di atas level 40 ribu bph pada Mei 2013 dengan rata-rata produksi YTD 38.700 bph.

Selain itu, Husen melanjutkan, produksi Blok West Madura Offshore (WMO) juga mengalami tren positif. Pada Mei produksi meningkat dari bulan sebelumnya, 15.668 bph menjadi 19.510 bph. “Untuk terus tingkatkan produksi, Pertamina agresif lakukan eksplorasi,” kata Husein.

Dia mengatakan, target jangka pendek Pertamina adalah bisa menjadi pemain bisnis eksplorasi dan produksi migas tertinggi di Indonesia. Target tersebut akan dicapai dengan jalan mendorong penguatan dan pengembangan E&P inti melalui kegiatan organik serta merger dan akuisisi.

Produksi Natuna

Dalam kesempatan tersebut Husen mengatakan, Pertamina menargetkan produksi gas Blok East Natuna, Kepulauan Riau, mencapai 1.000 juta kaki kubik per hari mulai 2023. Tingkat produksi itu sesuai rencana pengembangan (plan of development/POD) yang diajukan ke pemerintah sejak empat bulan lalu.

“Sesuai POD yang kami ajukan, produksi gas East Natuna ditargetkan satu bcfd (miliar kaki kubik per hari atau setara 1.000 mmscfd)," katanya.

Dia mengatakan, saat ini pihaknya masih menunggu persetujuan POD tersebut. “Kalau POD disetujui tahun ini maka produksi bisa dicapai 10 tahun kemudian atau 2023,” ujarnya. Setelah 1.000 mmscfd, produksi bisa mencapai puncaknya sebesar 4.000 mmscfd.

Husen menambahkan, dengan produksi sebesar 1.000 mmscfd maka pihaknya mesti menginjeksikan gas CO2 ke dalam bumi sebesar 3.000 mmscfd.

“Kalau produksi 4.000 mmscfd maka injeksinya 12.000 mmscfd,” ujarnya. Dia juga mengatakan, sesuai skenario, maka penyaluran gas akan memakai pipa ke dalam dan luar negeri. “Sepertiga gas akan didistribusikan ke dalam negeri dan dua pertiganya ke negara tetangga,” ujarnya.

Proyek gas Blok East Natuna dikembangkan konsorsium empat perusahaan, yakni PT Pertamina, ExxonMobil, Total EP, dan PTT Thailand. Pertamina selaku operator menguasai 35 persen hak partisipasi (participating interest/PI), lalu Exxon juga 35 persen, dan Total serta PTT masing-masing 15 persen. n aldian wahyu ramadhan/antara ed: irwan kelana

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement