Senin 27 May 2013 08:33 WIB
Masyarakat Ekonomi ASEAN

Indonesia Masih Tertinggal di ASEAN

Masyarakat Ekonomi ASEAN
Foto: blogspot.com
Masyarakat Ekonomi ASEAN

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Indonesia harus bekerja keras untuk meningkatkan daya saing dalam menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Bila gagal melakukannya, Indonesia hanya akan menjadi penonton di tengah pasar yang semakin bergairah. Ketua pembina ASEAN Competitiveness Institute Soy Pardede menjelaskan, terdapat sejumlah hal yang mampu mengganjal Indonesia dalam menyongsong MEA yang mulai berlaku akhir 2015 mendatang.

Beberapa permasalahan tersebut adalah infrastruktur yang jauh dari memadai dan fundamental industri yang rapuh. “Kebijakan yang berbeda-beda di negara ASEAN juga menimbulkan ketidakseimbangan untuk bersaing,” katanya akhir pekan lalu. Di samping itu, menurut Soy, kondisi pasar domestik Indonesia tidak kompetitif karena sejumlah kebijakan dan pengaturan yang membuat orang sulit masuk ke pasar.

Contohnya, monopolisasi asuransi tenaga kerja. Kondisi sosial-politik dan birokrasi serta korupsi juga menjadi kendala. Berkaca pada data yang dipaparkan World Economic Forum 2011, daya saing Indonesia di dunia berada di posisi ke-46. Indonesia jauh tertinggal dibandingkan Singapura yang berada di urutan kedua, Malaysia urutan ke-21, dan Thailand di urutan ke-39.

Untuk memperbaiki posisi tersebut, Indonesia perlu meningkatkan daya saing melalui pemanfaatan sumber daya alam (SDA) dan manusia (SDM) yang dimiliki Indonesia. Menurutnya, dengan jumlah penduduk yang besar dan SDA yang melimpah serta letak geografis Indonesia yang strategis, Indonesia berpeluang untuk memimpin pasar Asia Tenggara.

Selain itu, diperlukan koordinasi komprehensif antara seluruh elemen dalam meningkatkan daya saing.Ekonom Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Djisman Simanjuntak mengatakan, MEA 2015 sama pentingnya dengan masyarakat politik dan keamanan serta masyarakat sosial dan budaya. “Jadi, jangan dipisah,” ujarnya.

Menurut Djisman, MEA terdiri atas tiga blok besar. Blok pertama adalah integrasi perdagangan yang ditargetkan rampung 2015 mendatang. Dengan harapan, ASEAN nantinya akan menjadi pangkalan produksi terpadu atau single production base. Sampai saat ini, kata Djisman, proses integrasi tersebut baru mencapai 70 persen.

Blok kedua terkait dengan pelayanan yang perwujudannya masih jauh. “Jadi, masing-masing negara hanya membuka apa yang dia mau buka. Seperti, di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO),” kata Djisman. Blok ketiga adalah ASEAN sebagai wilayah investasi dan ini masih jauh di belakang negara Barat. Menurutnya, keterbukaan adalah kunci keberhasilan pelaksanaan MEA 2015. Keterbukan itu inheren dengan sejarah manusia.

Menurut Djisman, daya yang paling kuat dalam aspek keterbukaan adalah teknologi. Kunci selanjutnya adalah naluri manusia untuk selalu bepergian berbekal kompetensinya. “Kita harus menyiapkan diri. Tapi, sejauh mana kita siap?” ujarnya.

Sedangkan, untuk menghadapi tantangan tersebut, penting bagi Indonesia memperkuat SDM melalui pendidikan yang memadai. Djisman mencontohkan, sebanyak 87 persen angkatan kerja di Korea Selatan adalah lulusan perguruan tinggi. Berbeda dengan Indonesia yang hanya 12 persen. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah Indonesia. n muhammad iqbal ed: fitria andayani

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement