Rabu 11 Jan 2017 16:00 WIB

Alat Buatan Penolong Pasien Berbicara

Red:

Dalam beberapa kasus kanker tenggorokan, sel ganas menyerang laring, sehingga pasiennya kehilangan bagian tersebut akibat operasi pengangkatan laring (laryngectomy). Padahal, laring menunjang seseorang untuk bisa bernapas dan berbicara normal.

Dalam penelitian terakhir di Prancis, seorang pasien berusia 56 tahun yang kehilangan laringnya dapat bernapas normal dan berbicara melalui bisikan, lewat bantuan laring buatan (voice box). Pasien yang tinggal di Alsace, Prancis, itu menerima implan laring buatan pada 2015. Sudah lebih dari 16 bulan pasien tersebut hidup dengan baik dengan laring buatan.

Kepala peneliti sekaligus vice resident Protip Medical, Engin Vrana mengatakan, implan laring buatan itu adalah yang pertama berhasil berfungsi dalam jangka panjang agar pasien dapat bernapas, bicara, dan kembalinya kemampuan penciumannya lagi. "Implan tersebut meningkatkan kualitas hidup pasien," kata Vrana seperti dilansir MedLine Plus, belum lama ini.

Laring buatan ini terdiri dari silikon atau titanium yang kaku, serta dilengkapi penutup titanium yang menyerupai fungsi epiglotis. Laring buatan pertama kali diimplan pada pasien di tahun 2012. Di antara beberapa pasien yang memiliki laring buatan, pasien dari Alsace ini adalah yang paling berhasil. Pasien tersebut juga menjalani terapi radiasi dan kemoterapi.

Satu masalah dari laring buatan ini adalah penutup titanium yang berfungsi menyerupai epiglotis. Pasien terkadang batuk saat makan, karena makanan naik ke batang tenggorok secara tidak sengaja.

Terlepas dari itu, tidak ada masalah serius yang ditimbulkan laring buatan. Disebutkannya, tidak ada kasus pneumonia infeksi, keluarnya cairan, kesulitan bernapas, hingga penyumbatan yang terjadi pada pasien dari Alsace itu selama 16 bulan terakhir ini.

Kepala tindak operasi kepala dan leher dari University of Texas MD Anderson Cancer Center, Dr Randal Weber menilai, laring buatan ini menjadi peluang untuk mengembangkan prosedur pemulihan kemampuan berbicara pada pasien pengangkatan laring. Hanya Weber dan rekan seprofesinya dari Mount Sinai Health System di Kota New York, Dr Mark Courey, masih sangsi atas efektivitas laring buatan dalam jangka panjang.

"Anda memasukkan tabung kaku dalam tenggorokan seseorang. Apa yang terjadi ketika mereka melenturkan lehernya ke depan atau ke belakang, atau memanjangkan lehernya," kata Weber berkomentar.

Courey juga mengatakan, lendir dan sekresi dari paru dan hidung dapat mengering di bagian penutup titanium yang berpotensi menyebabkan penyumbatan. Ada pula risiko penolakan terhadap laring buatan, khususnya pada pasien terapi radiasi dan kemoterapi.

Menanggapi kekhawatiran tersebut, Vrana dan timnya setuju bahwa laring buatan perlu diuji lebih lanjut dan penyempurnaan setelah keberhasilan pasien dari Alsace tersebut. Pengujian itu dilakukan sebelum laring buatan diterapkan pada pasien-pasien lainnya.        rep: Adysha Citra Ramadani, ed: Dewi Mardiani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement