Selasa 10 Jan 2017 15:00 WIB

Degenerasi Mata pada Usia Muda

Red:

Penglihatan berperan besar dalam kehidupan manusia. Gangguan pada penglihatan tentunya menjadi masalah besar pula. Contohnya, gangguan penglihatan yang dialami seseorang seperti melihat objek-objek melayang dalam lapang pandangnya. Gangguan seperti itu disebut floaters.

Pada sebagian kasus, floaters mengganggu penglihatan pasien, tetapi tidak berbahaya. Di sisi lain, keberadaan floaters juga tidak boleh diremehkan karena gangguan ini bisa sebagai awal dari satu masalah penglihatan yang lebih serius dan berbahaya.

Spesialis mata dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Kirana dr Mutmainah SpM, mengatakan, dalam bola mata terdapat gel bening bernama vitreous. Gel ini mengisi sebagian besar bola mata, yaitu mengisi ruang di antara lensa mata dan retina.

Seperti halnya anggota tubuh lain, vitreous juga mengalami perubahan seiring dengan bertambahnya usia. Proses degenerasi ini membuat vitreous yang semula memiliki konsistensi seperti gel, mulai mencair. Tetapi, pencairan akibat degenerasi ini kadang-kadang tidak terjadi secara merata sehingga ada bagian-bagian vitreous yang tersisa seperti gumpalan.

"Inilah yang kelihatan seperti benda-benda beterbangan dalam pandangan (floaters). Karena ini ada di depan retina," jelas Mutmainah saat dihubungi Republika, beberapa waktu lalu.

Proses degenerasi ini tidak hanya dipengaruhi oleh usia yang menua. Dia mengatakan, orang-orang yang memiliki kelainan mata rabun jauh dengan minus tinggi juga berisiko mengalami floaters, terlepas dari usianya.

Apa kaitannya minus tinggi dengan floaters? Dia menjelaskan, minus tinggi yang dialami seseorang memicu proses degenerasi terjadi lebih cepat pada mata. Jika dalam kondisi normal, proses degenerasi baru terjadi ketika memasuki usia 35 tahun. Tetapi, proses degenerasi pada orang-orang dengan minus tinggi bisa terjadi jauh sebelum orang tersebut menginjak usia 35 tahun.

Menurutnya, tidak ada obat ataupun tindakan yang bisa benar-benar menghilangkan gejala floaters akibat degenerasi pada vitreous ini. Meski begitu, floaters akibat proses degenerasi tidak akan sampai menurunkan fungsi penglihatan dan membuat penglihatan pasien terus terganggu.

Karena itu, lanjut Mutmainah, pasien perlu beradaptasi dengan keberadaan floaters dalam lapang pandang mereka. "Floaters karena degenerasi tidak akan sampai membuat buram," kata Mutmainah.

Robeknya retina

Meski tidak mengkhawatirkan, lanjut Mutmainah, floaters tidak boleh diremehkan. Alasannya, floaters juga bisa menjadi pertanda akan adanya robekan pada retina. Jika kondisi ini dibiarkan, robekan pada retina ini bisa terus memburuk dan berujung pada lepasnya retina dan hilangnya penglihatan.

Hal senada juga diungkapkan Kepala Divisi Vitreo Retina FKUI/RSCM Kirana dr Elvioza SpM. Dia mengatakan, floaters yang disebabkan oleh pencairan vitreous akibat proses degenerasi bisa dikategorikan sebagai floaters tidak berbahaya. Tetapi, floaters yang timbul akibat adanya robekan retina dikategorikan sebagai floaters yang berbahaya.

Alasannya, kata ketua Retina Service Jakarta Eye Center (JEC) ini, floaters merupakan salah satu gejala yang timbul jika retina robek. Robekan pada retina ini bisa terus memburuk dan menyebabkan lepasnya retina (ablasio retina).

Orang-orang yang berisiko mengalami ablasio retina ialah mereka dengan gangguan penglihatan minus yang tinggi, orang yang keluarganya memiliki riwayat ablasio retina, dan orang yang matanya pernah mengalami benturan.

Pada pasien floaters, baik yang tergolong jenis yang berbahaya maupun tidak, kata Elvioza, umumnya sedikit merasakan perbedaan gejala. Floaters yang tidak berbahaya, munculnya secara perlahan-lahan atau bertahap, tidak bertambah ataupun berkurang, dan jumlah cairannya tidak begitu banyak. Namun, jenis yang berbahaya akibat retina robek munculnya secara mendadak dan cairannya banyak.

Floaters dari jenis berbahaya ini juga bisa didahului dengan munculnya kilatan-kilatan sinar yang dialami oleh pasien. "Kilatan sinarnya hilang, kemudian timbul floaters. Itu kemungkinan robekan," ujar Elvioza.

Meski gejalanya sedikit berbeda, pasien tetap saja harus memeriksakan diri ke dokter. Sebab, pasien perlu menjalani pemeriksaan retina guna memastikan robekan retina yang mengiringi kemunculan floaters. Dari pemeriksaan retina ini, baru bisa ditentukan apakah floaters yang dialami pasien adalah akibat degenerasi vitreous atau karena robekan retina.

Sementara, dalam kasus floaters akibat robekan retina, baik Elvioza maupun Mutmainah mengatakan, perlu penanganan lebih lanjut agar kondisinya tidak berlanjut menjadi ablasio retina. Elvioza mengatakan, robekan retina ini bisa ditangani dengan menutup robekan dengan bantuan laser atau melalui operasi.

Semakin dini pemeriksaan dan tindakan dilakukan, maka akan semakin baik pula hasil pengobatan yang didapatkan pasien. "Oleh karena itu, pada orang yang berisiko ablasio, perlu pemeriksaan retina rutin ke dokter mata ahli retina setiap enam bulan," kata dia.

Robekan retina bisa diiringi dengan menurunnya tajam penglihatan yang cukup progresif. Karena itu, Mutmainah menyarankan agar pasien floaters segera ditangani sejak dini. "Ablasio itu betul-betul kedaruratan dalam mata yang harus cepat kita tangani," ujarnya.      rep: Adysha Citra Ramadani, ed: Dewi Mardiani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement