Selasa 01 Jul 2014 14:00 WIB
parenting

parenting- Hadiah Kenaikan Kelas

Red:

Kenaikan kelas merupakan momen yang membanggakan bagi tiap orang tua. Sebagai bentuk apresiasi terhadap ketekunan anandanya sepanjang tahun akademik, ayah dan bunda biasanya menyiapkan hadiah yang diberikan setelah pembagian rapor. "Orang tua berhak menentukan akan memberikan hadiah atau tidak," kata psikolog anak Nadya Pramudita.

Ketika menyiapkan hadiah, tetapkan tujuannya. Apakah dampak jangka pendek dan jangka panjangnya dari kado tersebut. Berdasarkan sejumlah penelitian, terungkap ada beberapa hal yang dapat membantu anak berprestasi di sekolah. Salah satu aspeknya, yakni peran orang tua.

Kemungkinan anak untuk sukses secara akademik menjadi lebih besar ketika orang tuanya memiliki perhatian terhadap studi anak. Salah satu cara ayah dan ibu menunjukkan pentingnya sekolah, yaitu dengan memberikan apresiasi kepada anak terkait dengan kinerja akademisnya. Secara umum, pemberian reward (dan juga punishment) bertujuan untuk mengajarkan perilaku dan keterampilan kepada anak. Pengasuhan seperti ini dapat diterapkan untuk membangun perilaku baru yang sebelumnya tidak dimiliki, memperkuat perilaku yang sudah dimiliki, atau meniadakan perilaku yang tidak sesuai harapan.

Tujuan utama dari memberikan hadiah kepada anak seharusnya termasuk apresiasi kepada anak. Hadiah bisa berupa barang yang murah, barang bernilai tinggi, liburan, atau yang tidak mengeluarkan biaya sama sekali, seperti pujian. Sebaiknya hadiah diberikan dengan kesadaran mengenai tujuannya. "Hati-hati memberikannya karena juga bisa berdampak negatif," ujar Nadya.

Keterlibatan orang tua dalam proses belajar anak di sekolah sangat bermanfaat agar anak memiliki kebiasaan belajar yang baik. Dengan sendirinya, proses belajar akan membuahkan prestasi seperti yang diharapkan. Kalau memang kebiasaan belajar yang baik yang diharapkan maka pemberian hadiah bukanlah saat anak naik kelas. Tapi berikan hadiah ketika anak menunjukkan usaha untuk mencapai sesuatu atau ketika nilainya membaik setelah ia berusaha mengubah cara belajarnya.

Nilai yang baik akan menjadi hadiah tersendiri bagi anak yang telah berupaya. Akan tetapi, reward atas pencapaian tersebut sifatnya lebih jangka panjang. Anak belajar bahwa usaha yang keras akan membuahkan hasil yang baik. "Anak akan membangun motivasi dari dalam diri sendiri untuk mencapai sesuatu," kata Nadya.

Dampak jangka pendek dari pemberian hadiah, yaitu anak termotivasi untuk mencapai target yang ditetapkan. Jika orang tua berjanji akan memberikan hadiah bila anak mendapat nilai 80 untuk pelajaran matematika, anak akan berusaha mendapatkan hadiah tersebut dengan belajar matematika lebih sering dan lebih serius mengerjakan soal-soal matematika saat ulangan. "Sementara, kalau orang tua menjanjikan hadiah jika anak naik kelas atau prestasi tertentu, sama saja membiasakan anak untuk mencapai sesuatu jika ada imbalannya," ujar Nadya.

Anak akan malas berusaha kalau ia tidak dijanjikan hadiah yang diinginkan. Bayangkan, jika anak sudah terbiasa untuk belajar demi hadiah kemudian suatu waktu orang tua tidak bisa memberikan hadiah yang diinginkan. Hampir dapat dipastikan anak yang demikian tidak termotivasi untuk belajar. Inilah salah satu dampak jangka panjang dari pemberian hadiah. "Hadiah tidak lagi dilihat sebagai apresiasi atau penghargaan orang tua kepada anak atas kerja kerasnya, tetapi sebagai syarat," kata Nadya mengingatkan.

Pemberian hadiah terkait dengan performa akademis anak perlu memperhatikan kemampuan anak. Orang tua sebaiknya tidak menjanjikan hadiah jika anak mendapat nilai tertentu yang sebenarnya tidak mampu dicapai ananda. "Anak akan frustasi karena seberapa pun kerasnya ia berusaha, ia tidak akan mencapai nilai yang disyaratkan oleh orang tuanya," ujar Nadya.

Sebaliknya, untuk anak yang pintar, jika orang tua selalu memberikan hadiah jika anak mendapat nilai bagus, sedangkan nilai tersebut bisa dicapainya tanpa usaha, anak akan mengecilkan makna kerja keras. Lalu, apakah pemberian hadiah ini bisa dilakukan rutin setiap tahunnya? Perlu diingat, reward yang terlalu rutin dampaknya akan menurun. Terutama, untuk anak yang berpotensi dan dengan mudah bisa mendapatkan nilai baik di sekolah. Hadiah kenaikan kelas tidaklah dilihat sebagai apresiasi dari orang tua atas kerja kerasnya, tetapi sekadar formalitas. ed: reiny dwinanda

Janji vs Spontanitas

Apakah hadiah kenaikan kelas harus dijanjikan sebelumnya ataukah bisa diberikan mendadak saja setelah pengambilan rapor? Pertama, lihat dulu kemampuan anak. Untuk anak yang berpotensi tetapi nilainya belum maksimal, boleh saja dijanjikan hadiah. Memberikan hadiah secara spontan juga dapat dilakukan dan menjadi kejutan bagi anak. "Yang penting orang tua konsisten dengan ucapan," ujar Nadya menyarankan.

Hadiah yang diberikan orang tua dengan syarat anak naik kelas atau nilai bagus akan membuat anak termotivasi untuk mendapatkan hadiah tersebut, bukan pada proses belajar itu sendiri. Orang tua jangan sampai kurang memikirkan konsekuensi dari janjinya memberikan hadiah. Misalnya, ketika menjanjikan hadiah yang mahal namun saat anak naik kelas, ternyata keuangan keluarga sedang tidak memungkinkan untuk mewujudkan janji tersebut. Sebaliknya, jangan pula memberikan hadiah berlebihan karena keadaan keuangan keluarga sedang baik.

Berikan Sesuai Usia

Anak mulai dapat mengerti konsep pemberian reward sejak sekitar usia tiga tahun. Memberikan reward untuk kinerja akademis anak bukan hanya sebagai reinforcement (apresiasi, pujian, penghargaan, atau penguat agar perilaku berulang), melainkan juga salah satu cara menunjukkan orang tua memiliki harapan terhadap anak. Dengan begitu, anak menyadari kesuksesan di sekolah merupakan sesuatu yang membanggakan. Lebih jauh, pemberian hadiah dapat memotivasi anak untuk mencapai prestasi yang lebih baik lagi.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan hadiah, yakni jangka waktu. Anak yang kecil perlu diberikan apresiasi segera. Berikan pujian atau pelukan segera setelah ia berhasil mencapai hasil tertentu. Selain itu, anak yang lebih besar lebih dapat memahami dan mengarahkan dirinya sendiri untuk mencapai reward dalam jangka waktu yang lebih panjang.

Selain hadiah kenaikan kelas, hal penting yang harus orang tua lakukan ketika anak naik kelas, yaitu liburan. Ini tidak berarti keluarga harus pergi ke suatu tempat, yang penting meninggalkan rutinitas sekolah yang sudah dijalani selama setahun. "Misalnya, dengan mengikuti kursus singkat balet, membuat proyek menyusun lego di rumah, dan lainnya," kata Nadya memaparkan. rep:desy susilawati  ed: reiny dwinanda

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement