Selasa 01 Jul 2014 14:00 WIB
leisure community

leisure community- JP3T Lingkungan tanpa Asap Rokok

Red:

Bahaya merokok telah gencar disosialisasikan. Sayangnya, meski menyebabkan banyak kerugian, aktivitas yang satu ini sangat sulit dihentikan oleh sebagian yang telah kecanduan. Padahal, selama rokok tersulut, bahayanya tidak hanya mengancam si penikmatnya, tetapi juga orang-orang di sekitarnya.

Magdalena selaku koordinator Jaringan Perempuan Peduli Pengendalian Tembakau (JP3T) mengatakan lebih dari 43 juta anak Indonesia terpapar asap rokok alias menjadi perokok pasif karena tinggal serumah dengan perokok aktif. Anak-anak yang terpapar asap rokok akan mengalami infeksi saluran pernapasan, mudah terkena bronkitis, lambat pertumbuhan parunya, serta memiliki sejumlah risiko kesehatan lainnya. Bahaya merokok pada kesehatan sangat banyak. "Pada bungkusnya saja sudah tertera dengan jelas berbagai penyakit berbahaya yang dapat disebabkan oleh sebatang rokok," katanya.

Membiarkan anggota keluarga terpapar asap rokok merupakan salah satu jenis kekerasan dalam rumah tangga. Anak-anak dan perempuan berhak hidup sehat dalam keluarga dan terbebas dari asap rokok. Berdasarkan hasil penelitian dari Universitas California, San Fransisco, Amerika Serikat, disebutkan efek nikotin pada rokok diperkirakan berkaitan dengan sindrom kematian mendadak pada bayi.

Tak hanya itu, asap rokok dapat berpengaruh pada perkembangan otak dan kecerdasan anak. Pasalnya, karbon monoksida pada rokok bisa mengikat hemoglobin yang menyebabkan gangguan pernapasan dan berujung pada kurangnya asupan oksigen ke otak. Mengingat banyaknya kerugian yang timbul akibat asap rokok, Magdalena mengimbau masyarakat Indonesia untuk berhenti merokok secepatnya. "Daripada untuk membeli rokok, lebih baik uangnya dibelikan makanan bergizi," ujarnya.

Komunitas JP3T yang terbentuk pada Agustus 2011 ini berharap jumlah perokok baru tidak terus bertambah. Berbagai upaya telah dilakukan guna mencapai tujuan tersebut, di antaranya giat mengampanyekan pola hidup sehat tanpa rokok melalui beberapa seminar dan mendorong pemerintah membuat regulasi pengendalian tembakau. Dalam setiap kegiatannya, JP3T biasanya mengundang berbagai narasumber kompeten di bidang kesehatan untuk membuka mata masyarakat akan bahaya rokok.

Magdalena melihat industri rokok kini mulai membidik pangsa perempuan. Hal ini dikhawatirkan akan menyebabkan menurunnya kualitas kesehatan perempuan pada masa mendatang. Perempuan yang merokok memiliki risiko 25 persen lebih besar menderita penyakit jantung dibandingkan dengan pria perokok. Perempuan perokok juga akan memiliki risiko dua kali lebih besar mengalami kanker paru-paru.

Pengaruh rokok terhadap sistem reproduksi wanita juga serius. Perempuan perokok memiliki risiko menjadi infertil (mandul) dan kemungkinan menopause lebih awal. Berat badan yang lebih ringan dan pembuluh darah yang lebih sempit menjadi kunci mengapa perempuan lebih berisiko terkena penyakit yang disebabkan oleh rokok.

Selain menimbulkan masalah kesehatan, rokok juga dapat menambah angka kemiskinan. Pada masyarakat miskin, rokok telah menjadi pengeluaran kedua setelah makanan pokok. Alhasil pendapatan yang idealnya ditabung untuk dana darurat tidak dapat dilakukan karena habis untuk membeli rokok.

Pengendalian tembakau merupakan tanggung jawab semua pihak, baik itu individu, masyarakat, hingga pemerintah. Kawasan tanpa rokok pun perlu dikembangkan lagi untuk mempersempit ruang bagi perokok. Mari ciptakan lingkungan sehat tanpa asap rokok.rep:qommarria rostanti ed: reiny dwinanda

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement