Rabu 25 Jun 2014 13:00 WIB
ramadhan mancanegara

Nikmatnya Iktikaf di Masjid Fukouka

Red:

Berkumpul bersama dengan Muslim lainnya dari berbagai negara di Masjid Fukouka, Jepang, menjadi hal yang dirindukan Risahmawati. Perempuan yang pernah berdiam di Jepang selama empat tahun ini pernah merasakan nikmatnya Ramadhan di Negeri Matahari Terbit itu.

Persiapan menyambut Ramadhan ternyata tak hanya dilakukan di Indonesia. Umat Muslim yang berada jauh dari negara asalnya pun menyambut Ramadhan dengan gembira. Risahmawati mengatakan, beberapa agenda berbuka puasa bersama, iktikaf, hingga pelaksanaan perayaan hari besar umat Islam sudah jauh-jauh hari dipersiapkan.

Risahmawati datang ke Jepang pada Februari 2008 hingga Maret 2012. Dia berdiam di kota kecil Saga, wilayah Jepang bagian selatan. Ia mengenyam pendidikan S-3 di Universitas SAGA dengan mengambil program Komunitas Kedokteran. ''Biasanya, untuk menyambut Ramadhan, komunitas Muslim Indonesia merencakan beberapa agenda yang akan dilaksanakan saat Ramadhan, seperti pengajian rutin dan buka puasa bersama,'' ujarnya, Senin (23/6).

Beberapa mahasiswi Muslim Indonesia, menurutnya, rutin memprogramkan hatam Alquran setiap Ramadhan. Uniknya, program hatam tersebut tidak dilakukan secara bertatap langsung, tapi memanfaatkan saluran komunikasi Skype.

 

Risah mengatakan, setiap setengah jam sebelum azan Shubuh,  dia dan Muslimah lainnya sudah online dan secara bergantian mengaji satu juz. Kegiatan tersebut rutin dilakukan setiap hari. Sehingga, selama 30 hari berpuasa mereka bisa menghatamkan Alquran bersama-sama.

Suasana iktikaf di Fukuoka pun dirasakannya berbeda dengan di Indonesia. Di sana, Rihsa mengatakan, umat Muslim dari berbagai bangsa dan negara berkumpul menjadi satu di rumah Allah.  Kegiatan iktikaf setiap minggunya selalu dipenuhi saudara Muslim lainnya.

Tak hanya itu, makanan yang dihidangkan untuk berbuka dan sahur pun bervariasi. Setiap pekan, Rihsa mengatakan, ada giliran masing-masing negara yang bertugas menghidangkan makanan. ''Giliran tim Indonesia biasanya pada hari-hari pekan pertama,'' ujar perempuan yang kini tinggal di Cibubur, Bekasi.

Menu berbuka maupun sahur yang sering dihidangkan tim Indonesia tak jarang mendapat pujian dari Muslim asal negara lain. Menu yang dihidangkan seperti kolak, satai, hingga makanan khas Indonesia, yaitu tempe.

Menurutnya, banyak warga Jepang yang suka pada tempe. Bahkan, ada warga asli Indonesia yang membuka toko tempe di Jepang dan tak sedikit peminatnya. Makanan halal juga mudah ditemui. Muslim Indonesia pun dapat memesannya dan langsung dikirimkan ke depan pintu apartemen. Sementara, untuk daging, dia mengatakan, ada beberapa toko di Jepang yang telah menyediakan daging dan bahan-bahan halal lainnya.

Makanan yang dirindukan dari Indonesia terutama adalah makanan khas pembuka puasa. Misalnya, kolak kacang hijau dan makanan manis lainnya. ''Jenis-jenis makanan tersebut sulit ditemui di Jepang, khususnya di Saga,'' katanya.

Ketika Rihsa menjalani Ramadhan di sana, Jepang sedang musim panas. Periode puasa pun menjadi lebih lama dibandingkan di Indonesia. Sekitar 03.00 waktu setempat adalah waktu Subuh. Kemudian, waktu Maghrib pada pukul 20.00 waktu setempat.

Komunitas Muslim di Jepang juga memiliki program safari ustaz Indonesia. Dalam program ini, komunitas Muslim Indonesia mengundang ustaz dari Indonesia untuk mengisi ceramah selama Ramadhan secara bergantian dan berkeling dari satu wilayah ke wilayah lainnya di Jepang. Sering kali, ustaz dari Indonesia hadir di Saga pada pekan terakhir Ramadhan.

Sayangnya, Rihsa mengatakan, di daerah Saga belum ada masjid maupun mushala. Masjid dan mushala hanya terdapat di kota sebelahnya, yaitu Fukuoka. Risah pun mengandalkan reminder  shalat yang diinstal di komputer.

Menjelang Ibadah shalat Id, komunitas Muslim meminta izin untuk menggunakan gedung serbaguna milik pemerintah daerah yang disebut dengan Kouminkang. Gedung tersebut digratiskan untuk ibadah shalat Id. "Kecuali, jika kami ingin menggunakan AC, maka harus memasukkan koin ke dalam lubang koin di AC tersebut," ujarnya. N c64 ed: andi nur aminah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement