Jumat 10 Oct 2014 12:00 WIB

Tatar Sunda- Festival Seni dan Budaya Pesisiran Pantura Jawa: Kembangkan Tradisi & Zona Kreatif

Red:

Pesisir utara Jawa memiliki peran penting sebagai jalur perdagangan nusantara di masa lalu. Pembauran masyarakatnya dengan masyarakat daerah lain, termasuk dari mancanegara, juga sudah terjadi sejak dulu. Tak hanya sekedar menghidupkan perekonomian masyarakatnya, namun posisi strategis itu juga mampu menciptakan ruang-ruang kreativitas.

Selain itu, pesisir utara Jawa juga memiliki warisan kebudayaan yang beragam. Sebagai daerah pesisir yang ber sifat terbuka, kebudayaan lo kal yang dimiliki masyara katnya kemudian mendapat pe ngaruh dari kebudayaan luar, terutama Islam.

Namun, seiring perkembangan zaman, warisan kebudayaan yang telah menjadi tradisi turun temurun tersebut perlahan-lahan mulai memudar. Ajang kreativitas masyarakatnya pun tak jarang meng alami hambatan akibat ketiadaan ruang-ruang kreasi.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:antara

Untuk mengangkat kembali tradisi dan zona kreasi pesisir itu, Keraton Kasepuhan Cirebon bekerja sama de ngan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggelar Festival Seni dan Budaya Pesisiran, 7 – 10 Oktober 2014. Kegiatan itu diikuti lima provinsi di pesisir utara Jawa, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah , Jawa Timur, Banten dan DKI Jakarta. Cirebon dipilih sebagai tuan rumah karena memiliki keraton.

Pembukaan festival digelar di Bangsal Pagelaran Keraton Kasepuhan Cirebon, Rabu (8/10). Pembukaan secara simbolis dilakukan oleh Dirjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Ahmad Sya, Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat, dan Wali Kota Cirebon, Ano Sutrisno. Ke tiganya membuka festival dengan menabuh beduk secara bersamaan.

"Selamat datang (di Keraton Kasepuhan dan Cirebon)," ujar Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat.

Sultan mengungkapkan, Keraton Kasepuhan merupakan cikal bakal Kasultanan Cirebon yang dibangun Sunan Gunung Jati ratusan tahun lalu. Secara geografis, Keraton Kasepuhan Cirebon merupakan bagian dari masyarakat pesisir Jawa.

Sultan berharap, festival tersebut akan dapat meng ang kat tradisi pesisir utara Jawa dan mendorong masya ra kat untuk menjadi pelaku industri kreatif. Dia pun menilai, kegiatan itu bisa membuat Cirebon dikenal sebagai tujuan wisata, baik nasional maupun internasional. "Saya berharap, kegiatan ini menjadi agenda tahunan di Cirebon," kata Sultan.

Serangkaian acara pun digelar selama pelaksanaan festival. Rangkaian acara itu di awali dengan haul Sunan Gunung Jati ke-461, pada 7 Oktober 2014. Selain itu, festival juga diisi seminar sejarah dan budaya keraton dan pesisir utara Jawa, pemutaran film Sunan Gunung Jati, seni pertunjukan dari kelima provin si, pameran produk kreatif dan kuliner khas pesisir, permain an dan lomba alimpaido, mau pun beragam perlombaan. Sebagai tuan rumah, salah satu pertunjukkan yang ditampilkan Keraton Kasepuhan adalah gembyung.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Ari Mendrofa/Antarafoto

Masyarakat melihat salah satu karya foto bertema dangdut tarling yang dipasang di Desa Klampok, Kecamatan Wanasari, Brebes, Jawa Tengah, beberapa bulan lau.

Seni gembyung merupakan salah satu kesenian peninggalan para wali di Cirebon. Seni itu merupakan pengembangan dari kesenian ‘terbang’ yang hidup di lingkungan pesantren. Konon, gembyung digunakan oleh para wali, terutama Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga, sebagai media untuk menyebarkan agama Islam di Cirebon.

Selain itu, adapula rudat genjring kuda kecil. Rudat adalah tradisi peninggalan Sunan Kalijaga, yang diguna kan untuk syiar Islam. Kini, tarian rudat dimodifikasi dengan gerakan lentik jemari, goyangan bahu, dan hentakan langkah kaki sebagai pembuka atraksi genjring akrobat dari grup kesenian Genjring Kuda Kecil.

Seusai penampilan tari rudat oleh rombongan anak perempuan, barulah atraksi sirkus genjring akrobat dimulai. Seiring dengan perkembangan zaman, kesenian yang awalnya hanya diramaikan dengan alat musik rebana atau disebut genjring itu, kini di kreasikan dengan gong, melodi, dung-dung, organ tunggal, jaipong, hingga aksi akrobat.

Tak hanya kedua kesenian itu, Keraton Kasepuhan juga menampilkan kesenian brai, tarling, tari topeng, angklung bungko dan wayang kulit.

Dirjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, Ahmad Sya langsung menyetujui usulan Sultan untuk menjadikan festival seni dan budaya pesisiran sebagai agenda tahunan. "Festival Seni dan Budaya Pesisiran akan jadi agenda tahunan," kata dia.

Hal ini, kata dia. bukan karena berteman baik dengan Sultan Sepuh. Namun, karena Cirebon punya keraton yang merupakan peninggalan wa risan budaya yang dapat dijadikan ruang kreatif.

Ahmad menilai, selain me miliki keraton dan beragam seni pertunjukkan, Cirebon juga merupakan salah satu dae rah yang memiliki eko nomi kreatif yang beragam. Seperti, kerajinan (batik dan rotan), kuliner dan seni lukis kaca.

Tak hanya itu, tambah Ahmad, Keraton Kesepuhan juga menjadi persinggahan kapal-kapal pesiar mancanegara. Dengan adanya festival itu, diharapkan bisa menambah daya tarik pariwisata.

Ahmad pun mengaku sa ngat mengapresiasi kegiatan Festival Seni dan Budaya Pesisiran di Keraton Kase puh an. Apalagi, dalam kegiatan festival itu terlihat partisipasi yang besar dari pemerintah, kesultanan dan masyarakat. Menurutnya, hal itu sesuai dengan empat unsur dalam pembangunan kebudayaan yang meliputi pemerintah, du nia usaha, komunitas dan intelektual. rep:lilis sri handayani ed: agus yulianto

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement