Ahad 13 Mar 2016 14:28 WIB

pembaca menulis

Red: operator

Hilangkan Keraguan terhadap Alquran 

 

Alquran adalah kitab suci umat Islam.

Pedoman kehidupan dan sumber ilmu sepanjang masa untuk mengarungi beratnya tantangan hidup. Di dalamnya terda- pat perintah dan larangan, tapi waktu yang terus berputar manusia kini seakan jauh dari harapan Alquran, begitu banyak manusia kini bimbang tanpa haluan, skeptis, atau ragu akan apa yang ia lakukan, keraguan inilah yang menjadi bumerang. 

Keautentikan Alquran begitu terjaga hingga akhir zaman, secara teoritis tidak ada seorang Muslim pun yang menafikkan Alquran, kitab yang tiada keraguan di dalamnya, tapi tampaknya sekadar teori tanpa aplikasi. 

Ketika kita tertimpa musibah, justru mengeluh, bingung, bimbang, padahal semua jawaban dari masalah itu ada dalam Alquran.

Bukankah Allah menjelaskan dalam ayat-Nya, "Kitab ini tidak ada keraguan padanya menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa."(QS al-Baqarah [2]: 2). 

Al-Biqa'i dalam kitab tafsirnya Nudzmu ad- Durarmenjelaskan dalam konteks kalimat, ayat di atas menggunakan kata-kata isyarat dzalika al-Kitabubukan hadza Al-Kitabuyang dipakai sebagai penghormatan karena tingginya derajat Alquran sebagai penuntun bagi orang-orang yang berusaha dalam ketaqwaan kepada-Nya. Bukankah Allah menurunkan Alquran tidak lain sebagai obat, penawar dari segala permasalahan dan persoalan dalam kehidupan, sekaligus rahmat bagi orang-orang yang beriman?

"Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang- orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian." (QS al-Isra' [17]: 82).

Jelas sudah, jawaban atas semua pertanyaan-pertanyaan, solusi dari segala permasalahan dalam kehidupan semuanya ada dalam Alquran. Akan tetapi, kita yang tidak mau, bahkan enggan membuka lembaran- lembaran yang berisikan semua jawaban itu dari Sang Maha Pengasih. 

Ummu salamah Alumnus program studi tafsir Alquran Universitas Darussalam Gontor 

 

 

 

Dakwah dengan Pena 

 

Arus sejarah manusia telah memunculkan gagasan-gagasan fenomenal yang mencerahkan hidup. Tampak akselerasi peradaban saat kebudayaan berganti dari lisan menjadi tulisan. Supremasi Islam atas Jazirah Arabia dan sepertiga dunia terjadi tatkala transfer ilmu pengetahuan dan kesusastraan berganti dari tradisi lisan berupa syair menjadi tulisan berupa buku dan lembaran ilmu. 

Rasulullah SAW bersama shahabat mengawalinya dengan penulisan ilmu pengetahuan berupa wahyu di berbagai media yang dapat ditemui, seperti kulit binatang, pelepah kurma, atau serpihan kayu. Transformasi ini dilanjutkan oleh para khalifah, terutama saat Utsman bin Affan mengodifikasikan Alquran.

Ilmu pengetahuan pun berkembang dengan metode tulisan ke seluruh penjuru dunia. 

Peristiwa turunnya kalam Allah yang pertama di Gua Hira menjadi awal revolusi pengetahuan dan kebudayaan yang mengubah dunia. Surah al-'Alaq 1-5 memiliki perintah yang paling esensial bagi keberadaan manusia dan peradaban. Bukan mengenai shalat ataupun zakat, namun membaca. Membaca dengan napas ketauhidan yang mafhum bahwa Allah mengajar manusia atas apa yang tidak diketahuinya dengan pena. 

Allah menekankan pentingnya kegiatan memupuk ilmu pengetahuan sebagai fondasi kehidupan beragama dan berbangsa karena ibadah shalat dan zakat tak akan berjalan tanpa pengetahuan. Akidah tidak akan tumbuh dan berkembang tanpa kesadaran berupa keren- dahan diri sebagai makhluk ciptaan-Nya. 

Selain bertujuan kebaikan, tulisan pun dapat digunakan sebagai proganda kejahatan dan pemikiran yang bebas. Banyak buku yang menarasikan gagasan lepas dari norma Islam dan kebudayaan masyarakat yang luhur. 

Lihatlah novel atau komik berisikan konten dewasa yang vulgar atau opini yang bertema liberal, media massa yang menjadi propaganda paham perilaku seksual menyimpang, serta bentuk kesusateraan lain yang mencerminkan kebebasan tanpa batas. Lebih parahnya, mereka menjadi best-seller dan terus meracuni pemikiran masyarakat mengenai hal yang baik dan buruk, benar dan salah. 

Saat ini, tampak nyata urgensi penguasaan opini publik dan kesusasteraan dengan nilai- nilai Islam. Kemungkaran bertambah kuat dan semakin menjerat melalui medium yang sangat strategis, yakni pemikiran. Bila umat Muslim tetap bertindak acuh tak acuh, niscaya laknat Allah berupa keruntuhan peradaban akan terbit. 

Pada akhirnya, pertarungan antara makruf dan munkar akan menjadi seimbang bila pen- dukung kebenaran aktif melawan. Salah satunya adalah Buya Hamka dengan karyanya asawuf Modernatau enggelamnya Kapal van Der Wijckyang menuntun masyarakat menuju bahagia melalui penghambaan total kepada Allah. 

Pada akhirnya kini sudah tiba waktunya bagi kita untuk memperluas ranah perjuangan, yaitu dakwah melalui tulisan.

Hamzah Muhammad Hafiq Peserta Rumah Kepemimpinan PPSDMS Regional 3 Yogyakarta, Mahasiswa S-1 Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada.

 

 

 

TULISKAN KOMENTAR ANDA 

Redaksi menanti komentar, usulan, saran, atau usulan mengenai "Islam Digest" termasuk usulan tema utama dengan mengirimkan lewat e-mailke [email protected] lupa sertakan foto diri anda

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement