Ahad 17 Jan 2016 13:00 WIB

Assassin, Teror Mengerikan di Dunia Islam

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,

Di dunia Islam, kelompok ini menghadirkan teror dengan menyerang para pemimpin politik. 

Dunia Islam pun tak luput dari serangan teror. Salah satu aksi terorisme paling terkenal yang pernah melanda dunia Islam adalah Assassin atau Hashashin. 

Dalam The Secret Order of Assassins: The Struggle of the Early Nizari Ismai\'lis Against the Islamic World, Marshall GS Hodgson menuturkan kecemasan yang melanda dunia Islam dan Barat akibat aksi teror Assassin. 

Assassin adalah kelompok yang sangat diperhitungkan di dunia Islam, bahkan di kalangan tentara Salib. Mereka mampu bertahan hingga dua abad sebelum takluk di bawah kekuasaan pasukan Mongol pada 1273, tak lama setelah kejatuhan Baghdad.

Bernard Lewis dalam Assassin, Kaum Pembunuh dari Lembah Alamut, menambahkan, kata Assassin, dengan beraneka ragam bentuknya, lazim digunakan di Eropa pada abad ke-13 untuk menyebut sekelompok pembunuh bayaran. 

Sejarawan kuno Fiorentina dari abad ke- 14, Giovanni Villani, mengabarkan bagaimana Pangeran Lucca mengirim Assassin ke Pisa guna membunuh seorang musuh yang merepotkan. 

Hal itu menunjukkan dampak psikologis teror Assassin di tengah masyarakat Eropa.

Menurut Hodgson, istilah Assassin yang berasal dari bentuk korup kata bahasa Arab, hashish (ganja). Catatan perjalanan Marcopolo menuliskan, kelompok ini mengisap sejenis ganja untuk menghadirkan efek tertentu yang membuat mereka berani melakukan aksi teror. 

Di telinga Barat, Assassin familiar sebagai kultus mistik pembunuh yang acap kali menyerang Tentara Salib. Di dunia Islam, kelompok ini menghadirkan teror dengan menyerang para pemimpin politik Saljuk dan Abbasiyah.

Kelompok Assassin adalah sebuah sekte pecahan Syiah Ismailiyah. Ia didirikan oleh Hasan al-Sabbah yang kemudian dikenal dengan nama the Old Man of the Mountain. Alwi Alatas dalam \"Pemburu Maut dari Lembah Alamut\" menulis, Hassan Sabbah lahir pada pertengahan abad 11 di Qum, Iran. 

Hassan mulai membentuk basis massa dari sebuah benteng bernama Alamut di pegunungan utara Iran. Secara bertahap, ia menyusupkan pengikutnya ke dalam Benteng Alamut untuk menguasai benteng tersebut. 

Penguasa Seljuk berusaha merebut kembali, tetapi tidak berhasil. 

Setelah menguasai Alamut, satu per satu Hasan merebut benteng-benteng strategis lain di kawasan utara Iran. Ia menjangkau benteng-benteng di pegunungan yang jauh dari pusat pemerintahan. Hassan juga membangun otoritas kuat di kalangan pengikutnya sehingga mereka memiliki ketaatan tanpa syarat. Para pengikutnya dididik untuk siap mati melaksanakan perintah Hassan. Konon, perekrutan dilakukan dengan mengambil anak- anak dari wilayah di sekitar benteng. Mereka diasuh sedari kecil dengan doktrin-doktrin kaum Assassin.

Sebagian lagi mengatakan, para pengikut kelompok ini mengonsumsi sejenis ganja untuk menimbulkan efek halusinasi sehingga berani melakukan aksi bunuh diri. Para anggota kelompok yakin mereka akan langsung naik ke surga setelah mati. Mereka dilatih melakukan penyamaran, penyusupan, dan pembunuhan tokoh-tokoh penting. Lewat aksi teror, para pengikutnya menargetkan kekuatan Kristen, tentara Salib, dan kelompok Suni.

Nizam al-Mulk menjadi korban pertama dalam daftar panjang korban-korban kaum Assassin. Nizam adalah wazir terpenting dari Dinasti Saljuk sekaligus tokoh utama kebangkitan kaum Suni. Ia dibunuh pada 1092. Seorang pemuda Dailam menyusup ke rombongan, kemudian mengeluarkan belati yang ditikamkan tepat di jantung sang wazir. 

Metode itu digunakan berulang kali dalam berbagai kasus pembunuhan. Kaum Assassin menjalankan misi dengan cara menyamar dan menyusup ke lingkaran terdekat sasaran. Ketika tiba saatnya, mereka melakukan serangan tak terduga. Assassin adalah kelompok teroris yang terorganisasi, terlatih, dan memiliki kemampuan membunuh dengan cepat. Mereka bisa jadi menyamar menjadi pengemis, sufi, atau rakyat biasa.

Kendati persiapan dijalankan dengan tingkat kerahasiaan tinggi, eksekusi biasanya dilakukan di tempat terbuka, bahkan di depan kerumunan besar. Masjid biasa dipilih sebagai lokasi pembunuhan. Tujuannya tak lain untuk menciptakan teror di tengah masyarakat. 

Para pemimpin Suni dan kaum Salib menjadi ketakutan dengan serangan mendadak yang tak terduga di tengan kerumunan pasar. Sampai- sampai, \"Beberapa pejabat memakai baju pengaman dari besi yang dipasang di balik baju,\" kata Imam as-Suyuthi dalam Tarikh Khulafa\'.

Aksi teror mereka sangat banyak memakan korban. Tidak hanya dari kalangan pemimpin semisal Khalifah Abbasiyah al-Mustarsyid (1135), tapi juga ulama. Raja Yerussalem Conrat Montferrat merupakan salah satu korban Assassin dari kalangan Kristen. Kendati menimbul kan ketakutan parah, sebagian kalangan jus tru memanfaatkan kaum Assassin untuk mewu judkan tujuan mereka. Assassin pun selanjutnya dikenal pula sebagai pembunuh bayaran.

Setelah kematian Nizam al-Mulk, pengaruh Dinasti Saljuk mulai melemah. Kaum Assassin lebih leluasa melancarkan misi. Pada saat yang sama, Perang Salib I dikobarkan. Orang-orang Frank melakukan serangan ke Asia kecil dan Suriah. Kendati banyak tentara Salib yang menjadi sasaran Assassin, kelompok ini kemudian juga ditengarai menjalin kerja sama dengan pasukan Salib. Sejumlah rencana penyerangan terhadap pasukan Salib berhasil digagalkan oleh Assassin lewat pembunuhan tokoh-tokoh kunci. Pasalnya, musuh utama mereka sama. Kedua kelompok tersebut sama- sama menyerang kaum Suni yang mayoritas.

 
Pada abad berikutnya, aksi teror juga pernah muncul ketika Dinasti Ottoman berkuasa. Sejumlah kelompok nasionalis melakukan aksi teror untuk melepaskan diri dari wilayah kekhalifahan tersebut. Aksi-aksi teror ini dipicu oleh motif politik. Salah satunya, Federasi Revolusi Armenia, sebuah kelompok pergerakan revolusioner yang didirikan di Tiflis pada 1890 oleh Cristapor Mikaelian.

Banyak anggota kelompok ini telah menjadi bagian dari Narodnaya Volya atau Hunchakian Revolutionary Party. Mereka menerbitkan publikasi-publikasi dan menyelundupkan senjata untuk mendatangkan intervensi Eropa supaya memaksa Kekaisaran Ottoman menyerahkan kontrol atas wilayah Armenia.

Juga terinspirasi oleh Narodnaya Volya, kelompok lain yang melakukan aksi teror pada masa-masa kejatuhan Ottoman adalah Inter national Macedonian Revolutionary Or ga nization (IMRO). IMRO merupakan sebuah gerakan revolusioner yang didirikan pada 1893 oleh Hristo Tatarchev di wilayah Makedonia yang dikuasai Ottoman. Lewat aksi pembunuhan dan provokasi, kelompok ini berusaha untuk memaksa Pemerintah Ottoman melepaskan wilayah Makedonia.

Pada 20 Juli 1903, kelompok ini menghasut pemberontakan Ilinden di Monastir. IMRO menyatakan kemerdekaan kota tersebut serta mengirim tuntutan kepada Eropa un tuk membantu membebaskan seluruh wila yah Makedonia. Namun, tuntutan itu diabai kan. 

Pasukan Turki mengalahkan 27 ribu pem- berontak di kota, dua bulan kemudian. 

(c38, ed: nashih nashrullah)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement