Kamis 07 Jan 2016 14:00 WIB

Air Mata Buaya dan Barack Obama

Red:

Untuk ke sekian kali, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama berlinang air mata di depan publik. Kali ini, air mata itu menitik pada Selasa (5/1) siang saat ia mengumumkan  langkah eksekutif terkait aturan pemakaian senjata di kalangan warga sipil Amerika.  Bagaimanakah reaksi warga Amerika?

Laman BBC mencatat, sejumlah pemilik akun di Twitter menyebutkan momen tersebut sebagai saat yang sarat pesan kuat. Sedangkan, akun lain menyebutnya "tidak dibuat-buat dan tulus".

Pemilik akun berbeda juga memuji Obama. Menurutnya, "Presiden Obama adalah yang terbaik, bertindak dengan hati dan perasaan."

Suara-suara pujian itu ternyata senada dengan pendapat kolumnis New York  Times, Nicholas Kristof. Ia pun mengicaukan kata-katanya, "Kita semua seharusnya menangisi sekitar 32 ribu warga Amerika yang tewas akibat senjata setiap tahunnya."

Suara berbeda tentu saja datang dari National Rifle Association. Mereka malah mengeluarkan pernyataan mengencam proposal pengaturan senjata yang diajukan Obama. Mereka pun menuding pidato Obama sebagai "ceramah yang emosional, menggurui".

Para pendukung hak menggunakan senjata pun tentu saja sepakat dengan National Rifle Association. Sejumlah orang tersebut bahkan menyebut air mata Obama adalah "air mata buaya", kemudian ini karakter yang populer di media sosial.

"Dasar badut, menunjukkan kegagalannya kepada semua warga Amerika," tulis seorang pemilik akun di Facebook.

Kritik lain bahkan lebih keras lagi. Pelontar kritik menggambarkan sikap emosional Obama sebagai sikap "mengiba, lemah, dan tidak jujur". 

Sementara, orang lain berpendapat bahwa reaksi warga Amerika terhadap air mata Obama malah mengabaikan isu yang sesungguhnya, yaitu tindakan Obama dalam mengatur soal senjata.

"Banyak teman-teman saya yang berhaluan kanan akan menyebut air mata Obama sebagai air mata buaya, saat ini. Namun, masalahnya bukan terletak pada ketulusan tapi pada poin bahwa ia (Obama-Red) salah," ujar dia.

Menangis

Pada Selasa siang, Obama memerintahkan pengetatan aturan soal penggunaan senjata. Ia kerap mengatakan bahwa salah satu saat tersulit selama menjadi presiden adalah ketika terjadi pembunuhan 20 murid dan enam orang dewasa di sekolah dasar di Newton, Connecticut, pada Desember 2012.

"Setiap saat, saya mengenang anak-anak tersebut. Saya menjadi amat marah," ujar Obama, sambil menyeka pipinya yang basah.

Menurut Obama, ia bisa saja memberlakukan aturan baru tanpa harus melalui persetujuan Kongres. Ia pun mendesak warga Amerika untuk tidak memilih kandidat presiden yang prosenjata.

Langkah yang diambil Obama ini meliputi pemeriksaan latar belakang pada senjata yang dipajang di toko, pasar gelap, dan penjualan secara online. Ia juga menambah 230 orang pemeriksa dan staf untuk membantu proses tersebut. Lebih  jauh, Obama menyerukan negara-negara bagian untuk menyerahkan serta memperbarui data sejarah kejahatan di wilayah masing-masing.

Langkah tersebut dinilai penting untuk menekan aksi bunuh diri dengan senjata yang menjadi penyebab dari dua per tiga kematian akibat senjata. Alasannya, langkah itu mampu menghalangi akses kepada senjata.

Namun, langkah tersebut dinilai belum membawa dampak bagi senjata yang berada di tangan para tersangka pelaku pembunuhan massal. Hal ini pun diakui Obama.

"Kita memang tidak bisa menyelamatkan semua orang. Namun, setidaknya ada yang bisa kita selamatkan," ujar Obama. n reuters/ap ed: yeyen rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement