Rabu 11 Jan 2017 16:00 WIB

Membaca Arah Teknologi AS di Tangan Trump

Red:

Selama ini, Amerika Serikat (AS) menjadi rumah bagi Sillicon Valley yang merupakan salah satu pusat teknologi dunia. Pada 20 Januari mendatang, Donald Trump akan memulai hari pertamanya memimpin negara ini.

Menyongsong era yang baru ini, firma komunikasi internasional Burston Marsteller dan Penn Schoen Berland (PSB) melakukan riset mengenai kepemimpinan Donald Trump terhadap elite teknologi di AS.

Penelitian yang dilakukan sejak 6 hingga 13 Desember 2016 ini melibatkan 1.000 peserta dari masyarakat awam di AS. Di luar itu, ada pula 500 elite teknologi besar yang juga ikut menjadi responden terpisah.

Para elite teknologi ini terdiri atas pekerja di perusahaan teknologi atau berinvestasi dalam bidang tersebut. Penelitian bertajuk "Burston Marsteller Age of Trump Technology Survey" tersebut mendapatkan hasil cukup mengejutkan.

Sekitar 75 persen elite teknologi AS berpendapat masa depan industri teknologi akan menjadi cerah, sementara 59 persen masyarakat mengatakan sebaliknya. Di bawah kepemimpinan Trump, 59 persen elite teknologi berpendapat, kepemimpinan Trump akan membawa ekonomi semakin membaik.

Namun, hanya 46 persen masyarakat yang menyatakan demikian. Di balik pendapat yang saling bertolak belakang, ada pula pandangan sama yang dimiliki para elite teknologi dan masyarakat.

Sebanyak 73 persen elite teknologi dan 63 persen masyarakat awam mengatakan, teknologi mampu berkontribusi membuka lapangan pekerjaan. "Penelitian ini memberikan pandangan menarik antara individual yang terlibat di industri teknologi dan masyarakat awam," kata Worldwide Chair dan Chief Executive Officer (CEO) Burston Marsteller Don Baer.

Menariknya, lanjut dia, temuan-temuan tersebut mengindikasikan optimisme terhadap industri teknologi. Hal tersebut diberikan dalam waktu empat hingga lima tahun ke depan.

Dalam penelitian tersebut, PSB melakukan studi kuantitatif secara daring. Semua elite teknologi berusia di atas 25 tahun dan minimal mengantongi gelar dari perguruan tinggi.

Sementara, responden masyarakat awam diambil berdasarkan hasil sensus penduduk AS sehingga bisa dipastikan mewakili penduduk setempat. Margin kesalahan untuk elite teknologi sampel kategori, yakni +/- 4,3 persen dan lebih besar dari subkategori. Sementara untuk masyarakat awam +/- 3,00 persen.

Membandingkan dengan Indonesia

Di Tanah Air, ternyata masyarakat awam memiliki persepsi positif yang kuat terhadap perusahaan-perusahaan teknologi. Penelitian yang dilakukan pada pertengahan 2014 dan melibatkan 1.000 responden dari masyarakat awam dan 75 eksekutif di Indonesia ini menunjukkan hasil sekitar 97 persen masyarakat awam memiliki persepsi positif terhadap perusahaan teknologi.

Selain itu, 59 persen responden menganggap perusahaan teknologi sebagai yang paling dihormati. Pemerintah Indonesia juga semakin menaruh penekanan terhadap teknologi.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) berjanji meningkatkan pertumbuhan rata-rata tahunan pada angka tujuh persen dan melihat industri teknologi sebagai salah satu sektor pendorong dalam tahun-tahun mendatang. "Ini merupakan fondasi bagi Indonesia untuk menjadi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara," ujar Jokowi, September lalu.

Saat ini, sebagian besar kemajuan teknologi pun telah dilakukan melalui kerja sama dengan perusahaan-perusahaan dan mendorong kota di seluruh nusantara bersiap menuju konsep kota cerdas. Setelah Jakarta, kota-kota lain, seperti Yogyakarta, Bandung, Buleleng (Bali), dan Bekasi telah menggulirkan layanan, seperti e-government, pelaporan dan observasi pelayanan masyarakat secara daring, dan aplikasi informasi perkotaan yang terintegrasi.

Pembangunan kota cerdas di Indonesia juga mencakup pengembangan ekonomi kreatif, UKM, pengembangan sumber daya manusia, perencanaan daerah, kebudayaan dan pariwisata, promosi industri, perdagangan, lingkungan, dan taman kota serta sanitasi.       rep: Nora Azizah, ed: Setyanavidita Livikacansera 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement