Ahad 10 Aug 2014 13:00 WIB
refleksi

Dakwah Persuasif dan Edukatif

Red: operator

Oleh :Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MS -- Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah SWT karena baru saja menyelesaikan ibadah shaum pada bulan suci Ramadhan 1435 H yang penuh dengan keagungan, kemuliaan, dan keberkahan. Kita berdoa kepada Allah SWT, mudah- mudahan kita semua termasuk ke kelompok orang terpilih yang mendapatkan rah mat-Nya pada 10 hari pertama, mendapat ampunan dan maghfirah- Nya pada 10 hari kedua, dan dibebaskan dari azab- Nya pada 10 hari terakhir, serta dipilih-Nya mendapatkan Lailatul Qadar.

Sehingga pada bulan Syawal dan bulan-bulan berikutnya, kita termasuk ke kelompok orang yang kembali kepada fitrah dan kesucian (minal `aidin) dan karenanya akan mendapatkan kebahagiaan, kemenangan, dan kesuksesan (wal faizin).

Dan dalam sepekan terakhir ini, kita melihat juga suasana halal bihalal, silaturahim Idul Fitri yang dilakukan oleh berbagai kalangan dan komunitas, dengan harapan adanya kesediaan untuk saling memaafkan antara yang satu dan yang lainnya.

Meskipun sesungguhnya dalam pandangan ajaran Islam, saling memaafkan antara sesama bukanlah amalan tahunan, tetapi setiap saat apabila dirasakan adanya kekeliruan dan kesalahan. Saling memaafkan merupakan salah satu perilaku utama orang-orang yang bertakwa.

"Dan orang-orang bertakwa itu adalah orang-orang yang suka berinfak, baik pada waktu lapang maupun pada waktu sempit, dan orang-orang yang mampu menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS Ali Imran [3]:134).

Di tengah-tengah suasana kita sedang merayakan hari kemenangan tersebut, umat Islam (khususnya umat Islam Indonesia) dikejutkan dengan fenomena munculnya Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) yang dipastikan memiliki imbas ter- hadap kegiatan dakwah yang sedang berlangsung di negara kita. Apalagi, ISIS ini dikabarkan sedang berupaya untuk merekrut sebanyak-banyaknya umat Islam Indonesia, terutama gen- erasi mudanya, untuk bergabung bersamanya.

Tentang keberadaan ISIS yang dipimpin oleh Abu Bakar al- Baghdadi ini sudah banyak anal- isis yang disampaikan, termasuk yang dikemukakan oleh mantan pegawai Badan Ke aman an Nasional (NSA) Amerika Serikat Edward Snowden, sebagaimana dikutip oleh Republika Online (www.republika.co.id). Demikian pula, sikap penolakan umat Islam Indonesia terhadap ISIS ini sudah disampaikan oleh MUI dan ormas-ormas Islam lainnya, termasuk oleh Menteri Agama.

Tentu kita menghormati, meng- hargai, sekaligus meng ikuti seruan-seruan tersebut.Tulisan singkat dalam refleksi ini tidak bermaksud mengupas tuntas keberadaan ISIS karena sudah banyak disampaikan oleh berbagai media, da lam maupun luar negeri. Tulisan ini hanya ingin mengulas dak wah yang persuasif dan edukatif yang harus terus-menerus kita lakukan dan bukannya dakwah dengan cara berperang.

Esensi dari dakwah, yakni melakukan perubahan dan perbaikan kehidupan masyarakat agar sesuai dengan ketentuan ajaran Islam, sebagaimana ter- maktub dalam Alquran dan hadis. Agar umat manusia sema kin menyadari keberadaan- nya sebagai hamba Allah dan sekaligus sebagai khalifah-Nya (perhatikan QS al-An'am [6]: 165 dan surat adz-Dzariyat [51]: 56).

Kegiatan dakwah ini, berdasarkan contoh Rasulullah SAW dan para sahabatnya, dilakukan melalui upaya pencerahan dan penyadaran, menyentuh semua aspek yang ada pada manusia, pikiran, perasaan, emosi, dan ting kah laku. Dakwah dengan cara inilah yang disebut "Bashirah" dengan sepenuh keyakinan, sebagaimana termaktub dalam Alquran surah Yusuf [12]:108.

"Katakanlah (Muhammad), inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kamu kepada Allah dengan yakin. Mahasuci Allah dan aku tidak termasuk orang orang yang musyrik."

Sasaran dakwah (mad'u) diajak untuk berpikir, bertadabur, menghayati keberadaan dirinya dan pencipta-Nya se hingga melahirkan kesadaran keimanan yang kuat dan akidah yang lurus yang kemudian tecermin pada perilaku keseharian- nya, baik dalam hubungan dengan Allah maupun dengan sesamanya.

Dakwah semacam inilah yang insya Allah akan melahirkan umat bertakwa yang siap melaksanakan segala perintah- Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Dakwah pun harus dilakukan pada semua bidang kehidupan, seperti penguatan ekonomi syariah, pendidikan Islami yang akan melahirkan kader-kader umat terbaik dan bertanggung jawab.

Dakwah dalam bidang politik akan melahirkan politisi yang memiliki keberanian menyampaikan ajaran Islam sekaligus yang jujur, amanah, dan berpihak pada kepentingan umat serta dakwah dalam bidang- bidang lainnya.

Dakwah bilhal dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pengentasan kemiskinan harus terus-menerus kita lakukan secara lebih terorganisasi dan terintegrasi sebab menurut data BPS (2014), jumlah penduduk miskin masih 28,55 juta atau 11,47 persen dari total penduduk Indonesia.

Satu angka yang masih sangat tinggi yang perlu mendapatkan perhatian kita semua, baik pemerintah maupun organisasi-organisasi keumatan yang dimiliki masyarakat Muslim Indonesia.

Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) pusat mau pun daerah harus terus-menerus melakukan koordinasi dan sinergi, baik dengan lembaga amil zakat (LAZ) maupun dengan pihakpihak lainnya.

Jika dakwah dilakukan dengan pendekatan tersebut, akan terlihat keindahan ajaran Islam yang rahmatan lil `alamin dan yang sejalan dengan kehidupan manusia. Wallahu a'lam bish shawab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement