Sabtu 14 Jan 2017 14:15 WIB

Jokowi :KUR Harus Lebih Produktif

Red:

JAKARTA --  Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta para pelaku industri jasa keuangan memperbesar penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) untuk ke sektor produktif. KUR yang  merupakan program pemerintah harus bisa dirasakan para petani dan nelayan.

Jokowi menegaskan, penyaluran KUR untuk petani dan nelayan penting dilakukan guna mendongkrak kesejahteraan masyarakat menengah bawah. Tolong arahkan kepada usaha-usaha kecil, usaha-usaha mikro, arahkan pada nelayan, petani agar lebih produktif, kata Jokowi dalam acara pertemuan awal tahun pelaku industri jasa keuangan di Istana Negara, Jakarta, Jumat (13/1).

Jokowi mengatakan, perbankan, termasuk Bank Pembangunan Daerah (BPD), harus memiliki data akurat para pelaku usaha mikro dan UKM, termasuk para petani dan nelayan. Agar penyaluran KUR ataupun kredit reguler lebih produktif, Jokowi berharap, BPD dan juga perbankan nasional dapat meningkatkan sinergi.

Pemerintah daerah juga diharapkan dapat melakukan kebijakan subsidi bunga untuk kredit, seperti yang dilakukan pemerintah pusat dalam program KUR. Saya minta gubernur memberikan subsidi-subsidi, bunga yang kecil-kecil dari APBD. Berikan bantuan kepada masyarakat agar mereka produktif, jelas Jokowi.

 Untuk meningkatkan angka penyaluran kredit ke sektor produktif, Jokowi meminta agar perbankan dan pelaku industri jasa keuangan aktif menjemput bola ke masyarakat kecil. Apalagi, subsidi KUR pada tahun depan akan kembali ditingkatkan. Tapi, jangan diberikan pada sektor yang konsumtif, berikan kepada sektor yang produktif, kata Jokowi.

 Jokowi menargetkan, penyaluran kredit secara umum dapat tumbuh hingga 12 persen tahun ini. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad mengatakan, OJK bersama kementerian terkait masih sedang menyusun skema khusus penyaluran  KUR khusus petani dan nelayan. Skema khusus perlu dibuat agar tidak memberatkan petani dan nelayan dalam membayar cicilan kredit.

"Model bisnis kredit untuk pertanian masih terus disusun," kata Muliaman. Muliaman optimistis penyaluran kredit tahun ini bisa menyentuh angka 13 persen.

Tahun lalu, pertumbuhan kredit sekitar delapan sampai sembilan persen. Saya pikir, potensi untuk tumbuh dua digit tahun ini cukup besar, ucap Muliaman.

Muliaman menjelaskan, masyarakat akan mendapatkan pendampingan saat menerima KUR. Hal ini dimaksudkan agar kredit yang disalurkan digunakan sesuai tujuannya.

Bank Indonesia (BI) memproyeksikan penyaluran kredit tumbuh dua digit. Pertumbuhan akan terdorong dengan adanya penurunan suku bunga kredit perbankan.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, pada akhir tahun pertumbuhan kredit berada di sekitar sembilan persen. "Pada awal tahun ini saja sudah terlihat ada kenaikan," ujar Perry di gedung Bank Indonesia, Jumat (13/1).

Menurut Perry, tren kredit akan menguat karena perbankan selesai melakukan konsolidasi dan restrukturisasi kredit pada 2016. Keberhasilan perbankan melakukan konsolidasi kredit macet tercermin dari rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) yang diperkirakan sudah mencapai puncaknya pada akhir tahun lalu.

Adapun tren penurunan suku bunga khususnya kredit terus berlanjut. Hingga akhir tahun, suku bunga kredit sudah turun sebesar 0,7 persen. Adapun berdasarkan klasifikasi, suku  bunga kredit modal kerja sudah turun hampir satu persen. Sedangkan, yang turunnya agak lambat, yaitu kredit investasi dan kredit konsumsi.

"Untuk kredit produksi dan modal kerja, sudah turun hampir satu persen," tambah Perry. Di sisi lain, ia juga memperkirakan kegiatan ekonomi domestik akan terus naik dan mendorong pertumbuhan kredit.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Nelson Tampubolon mengatakan, kredit ekspor-impor pada tahun ini akan lebih baik. Peningkatan tersebut dipacu oleh harga komoditas  yang mulai membaik.

"Pada akhir tahun lalu kelihatan perdagangan ekspor impor sudah positif," ujar Nelson di Kantor OJK, Jumat (13/11).

Berdasarkan data OJK hingga Oktober 2016 lalu, kredit ekspor naik sebesar 4,47 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya (yoy) menjadi Rp 90,69 triliun. Sedangkan  kredit impor turun 20,87 persen yoy menjadi Rp 48,9 triliun.        rep: Dessy Suciati Saputri, Idealisa Masyrafina, ed: Satria Kartika Yudha

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement