Senin 18 Apr 2016 14:00 WIB

Sulitnya Mengajak Guru untuk Menulis

Red:

Kepala Perpustakaan SMA Negeri 36 Jakarta Olo Tahe Sinaga mengungkapkan pengalaman mengajak teman gurunya untuk aktif menulis. Ia mengaku merasa kesulitan untuk mengajak temannya dalam kegiatan ini.

Pria yang biasa dipanggil Ote ini menceritakan saat dirinya memiliki program membuat buku dari hasil tulisan para guru di sekolahnya. "Saya ingin terbitkan tulisan teman yang jumlahnya hampir 60 orang, tapi ternyata yang menulis cuma lima atau enam orang," kata Olo kepada wartawan seusai acara Gerakan 1.000 Guru Menulis di Gedung F, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Sabtu (16/4). Karena kondisi tersebut, ia pun gagal menerbitkan buku karya para guru tersebut.

Atas kondisi tersebut, Ote menilai, kurangnya minat baca menjadi faktor 'mandeknya' kegiatan menulis pada guru. Hal ini karena kemampuan membaca berkaitan erat dengan menulis.

Menurut Ote, terdapat perbedaan yang siginifikan antara orang yang suka membaca dan menulis dengan yang tidak. Cara pemikiran, bertutur, dan bersikap sangat jelas berbeda. Orang yang memiliki kemampuan literasi lebih tampak berbobot dari isi pembicaraan yang diungkapkannya. Karena itu, guru bahasa Indonesia ini menegaskan pentingnya kegiatan membaca dan menulis bagi siapa pun, terutama guru dan siswa.

Untuk bisa meningkatkan minat literasi anak, Ote menyatakan, selalu menekankan siswanya untuk membaca buku minimal 15 menit per hari. Selain itu, dia juga sempat mengadakan lomba menulis bagi para siswanya. Dia menekankan para siswanya untuk ikut karena dirinya akan memberikan nilai plus pada mata pelajaran bahasa Indonesia yang diampunya.

Sementara, pada aspek pengembangan minat literasi pada guru, Ote memandang, kegiatan seperti workshop memang harus diperluas dan diperbanyak. "Pemerintah memang harus memfasilitasi kegiatan seperti ini jika gerakan literasinya benar-benar ingin tercapai," ujar Ote.

Meski terdapat beberapa kegiatan seperti itu, Ote mengatakan, kesadaran guru untuk ikut berlatih dan meningkatkan kemampuan literasinya masih belum terlalu baik. "Contohnya, kegiatan Gerakan 1.000 Guru Menulis ini, sebenarnya banyak guru yang sudah mengajak temannya, tapi banyak yang tidak bisa dengan berbagai alasan," kata dia.

Menurut dia, hal ini tampaknya terjadi karena kurangnya rasa percaya diri para guru pada kemampuan literasinya. Padahal, dia melanjutkan, mencoba dan berlatih meningkatkan literasi lebih baik dibandingkan tidak melakukan sama sekali. Tidak menjadi masalah besar jika merasa kemampuan menulisnya masih belum terlalu baik.

 Saat ini, pemerintah tengah menggenjot minat literasi, baik dari sisi membaca maupun menulisnya. Untuk mencapai itu, guru dianggap menjadi aspek penting dalam menumbuhkan dan menularkan minat tersebut.

Sementara, Direktur Pembinaan SMA Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Purwadi Sutanto mengatakan, Gerakan 1.000 Guru Menulis dinilai menjadi cara yang cukup baik dalam mencapai tujuan pemerintah tersebut. Kegiatan atas inisiasi Ikatan Guru Indonesia (IGI) diharapkan bisa menularkan kecintaan siswa terhadap dunia literasi, khususnya membaca nantinya. "Dan, hal ini dimulai dari gurunya terlebih dahulu," ujar Purwadi.

Purwadi menjelaskan, acara yang diselenggarakan IGI ini merupakan lanjutan dari literasi yang diadakan Kemendikbud, beberapa waktu lalu. Dengan adanya kegiatan ini, ia berharap bisa dilakukan dan bergulir ke provinsi lainnya. Hal ini berarti tidak hanya berfokus dan dilaksanakan di Jakarta.

Menurut Purwadi, karya tulis para guru ini nantinya akan dibukukan. Kemudian, diberikan ke sekolah-sekolah dengan harapan mampu menumbuhkan kegemaran anak-anak dalam membaca. Dalam hal ini, terutama membaca karya tulis para gurunya tersebut.

Sampai saat ini, Purwadi mengklaim pemerintah sudah melakukan berbagai cara untuk meningkatkan literasi. Hal ini diterapkan dengan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti yang salah satu isinya membiasakan anak untuk membaca 15 menit sebelum memulai belajar. Tujuannya agar mendorong peserta didik dalam menguatkan kebiasaan membacanya.   Oleh Wilda Fizriyani, ed: Muhammad Hafil

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement