Jumat 08 Jan 2016 13:00 WIB

Cara Makassar Tekan Kekerasan Anak

Red:

Kota Makassar masih memiliki sejumlah permasalahan anak-anak yang harus diselesaikan. Salah satunya adalah pembinaan anak guna mengurangi kekerasan yang meraka lakukan terhadap masyarakat. Sebab, sejauh ini banyak anak-anak di bawah umur kerap melakukan aksi pencurian, kekerasan, hingga bentrok dengan sesamanya.

Menghadapi polemik ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar menyiapkan berbagai program dengan melibatkan sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), salah satunya melalui Badan Pemberdayaan Perempuan dan Anak (BPPA). Kepala BPPA Kota Makassar Tenri Palallo mengatakan, kekerasan yang dilakukan oleh anak di bawah umur memang tidak bisa dihilangkan dalam waktu singkat. Fenomena ini pun harus diatasi dengan melibatkan semua pihak, mulai dari pemerintah daerah hingga keluarga yang menjadi orang terdekat.

BPPA Makassar sendiri sedikitnya memiliki tiga program dalam mengentaskan kekerasan oleh anak di bawah umur. Program unggulan yang digenjot Pemkot Makassar adalah mengembangkan forum anak sebagai jembatan pemerintah kepada setiap anak di semua pelosok daerah. "Dengan pengembangan forum anak, mereka diharap bisa mengajak semua anak dari berbagai kalangan untuk menjauhi aksi kekerasan dan berpaling mengerjakan program yang bermanfaat bagi mereka," ujar Tenri Palallo, Selasa (5/1).

Dia juga menjelaskan, masih ramainya kekerasan oleh anak di bawah umur karena keluarga mereka belum bisa memberi penghidupan yang layak. Ketika seroang anak memiliki keinginan, kebutuhannya itu tidak bisa terpenuhi oleh keluarganya. Hal itu membuat anak tersebut rela melakukan kekerasan dan pencurian untuk menutupi kebutuhan finansial mereka sendiri.

Untuk menanggulangi masalah perekonomian ini, Pemkot Makassar membuat program Perempuan Penggerak Lorong. Dengan kegiatan ini, para ibu rumah tangga khususnya yang berada di permukiman padat penduduk dan terkesan kumuh bisa meningkatkan pendapatan keluarga yang dipastikan berpengaruh pada sikap anak-anak mereka maupun lingkungan sekitarnya.

Sementara, untuk memberi pendidikan yang lebih baik, BPPA Makassar juga sudah membuat program Pojok Baca. Dengan menggunakan mobil keliling, setiap anak yang berada di jalan maupun di lorong-lorong perumahan bisa mendapatkan ilmu dan pendidikan lebih baik, bukan hanya pendidikan di dalam sekolah.

Sosiolog dari Universitas Hasanuddin, M Darwis, menjelaskan, maraknya kembali aksi begal yang terjadi di masyarakat, khususnya oleh anak di bawah umur karena aparat penegak hukum berhenti bertindak tegas. Padahal, aparat kepolisian sebelumnya telah mampu menjaga suasana kondusif. Iklim tersebut seharusnya jangan dikendurkan karena aksi begal selanjutnya akan semakin menjadi-jadi.

"Saya melihat belum ada begal yang ditangkap, diproses secara hukum. Yang begal-begal itu kasusnya jarang masuk ke pengadilan dan divonis. Hanya sampai pada tataran kepolisian," ungkapnya.

Namun, lanjut Darwis, aparat memang memiliki kesulitan untuk memberi hukuman seberat mungkin karena terhalang oleh Undang-Undang Perlindungan Anak. Hal ini kerap membuat pihak kepolisian tidak maksimal dalam memberi hukuman. Akibatnya, para begal yang masuk kategori anak di bawah umur sering melakukan kekerasan di jalanan secara berulang. ed: muhammad hafil

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement