Senin 14 Nov 2016 17:00 WIB

Parveen Kathuria, Presiden Direktur Syngenta Indonesia: Tumbuh Bersama-Sama

Red:

Lahan tanaman di Tanah Air semakin tahun kian berkurang. Namun, per mintaan akan pa ngan selalu mengalami peningkatan, apalagi dengan jum lah penduduk yang terus bertam bah. Ini menjadi tantangan besar, tak hanya bagi para petani, tapi juga Pemerintah Indonesia.

Kualitas pangan yang tersedia juga menjadi tuntutan masyarakat Indonesia, yang menginginkan yang terbaik. Salah satu perusahaan yang turut terlibat dalam kegiatan agrobisnis di Indonesia, yaitu PT Syngenta Indonesia.

Kepada wartawan Republika, Rossi Handayani, Presiden Di rek tur Syngenta Indonesia, Par veen Kathuria, bercerita bahwa masalah ini tak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga belahan dunia lain.

Parveen juga menjelaskan, pe ngaruh perusahaan untuk mengem bangkan pertanian di nusantara. Termasuk juga produk-produk dan teknologi yang disediakan untuk mendukung pertanian ataupun per kebunan masyarakat di Tanah Air. Menurut dia, masa depan keta hanan pangan tidak akan datang dari Syngenta sendiri. Tetapi, diper lukan keterlibatan semua pihak, sampai kepada para petani kecil, agar mampu membangun Indone sia yang lebih baik lagi. Berikut wa wancara lengkap dengan Parveen di kantornya di Bogor, belum lama ini.

Bagaimana Anda melihat sek tor pertanian di Indonesia?

Saya datang ke Indonesia baru dua bulan lalu. Saya merasa senang men da patkan kesempatan untuk bisa bekerja di sini. Ini adalah salah satu negara ter besar. Kami memiliki dua juta hektare lahan padi, lebih dari empat juta hektare untuk jagung. Kami juga memiliki salah satu dari segmen perkebunan terbesar di sini. Di Indonesia, kami juga melihat kesempatan besar untuk sayuran dan tanaman kecil, seperti kentang, kacang hijau.

Jadi kita sangat berkomitmen untuk pertanian. Syngenta adalah pemimpin di bidang pertanian, artinya kami me mi liki ambisi, bagaimana kita bisa mem bantu petani kecil, tumbuh lebih dari tanah yang sama, dan ke depan mereka mampu berkembang. Di Indonesia, itu tidak ada pengecualian. Presiden Jokowi memiliki ambisi yang kuat untuk pertanian di sini, begitu juga dengan Syngenta.

Seperti apa pertanian di In donesia dibandingkan negara lain? Saya beruntung untuk bisa melaku kan perjalanan di berbagai belahan dunia. Saya datang dari India, memiliki kesempatan untuk bekerja di Filipina, Thailand, Malaysia, dan Taiwan. Saya juga pernah ke Eropa, AS, dan Amerika latin.

Beberapa perbedaan fundamental antara negara maju, seperti AS atau Eropa, adalah Indonesia terkait lahan. Di negara maju, orang rata-rata me miliki lima hektare tanah. Di Indonesia, dan beberapa negara bagian di Asia, orang hanya memiliki satu atau maksimum dua hektare lahan, sehingga berbeda fundamentalnya.

Kedua, kita masih manual sehingga bertani masih dilakukan sendiri atau keluarganya. Sementara yang lain sudah mengembangkan dan memiliki tekno logi yang lebih, ini dua perbedaan mendasar. Syngenta sendiri turut berkontri busi, tidak hanya untuk mitra besar, dari Amerika dan Eropa, tetapi lebih bagai mana kita dapat membantu petani yang lebih kecil di Asia Pasifik. Jadi kami telah membuat komitmen, dan salah satunya dalam good growth plan.

Kita berbicara mengenai 20 juta petani kecil yang memiliki lahan kurang dari dua hektare tanah. Kami ingin me ningkatkan produktivitas mereka hingga 50 persen, itu akan menjadi pencapaian emas kami dalam lima tahun ke depan. Kami percaya, petani yang lebih kecil akan memiliki investasi yang lebih baik dan memberikan lebih banyak penda patan ke tangan mereka.

Untuk negara seperti Indonesia, atau banyak negara lain di Asia Pasifik, mereka ingin tumbuh secara inklusif. Kami percaya pemerintah juga agresif. Ketika berbicara tentang efisiensi, mere ka juga bersedia untuk memberikan ta naman, pupuk, juga benih. Kami sangat senang, karena jika lebih fokus pada hal yang jauh lebih kecil, kita bisa bersamasama membuat perubahan.

Bagaimana kerja sama Syngen ta dengan pihak lain?

Pada saat ini, kita begitu dekat untuk berkoordinasi dan berbagi program de ngan banyak perusahaan lain. Kami juga menjadi anggota dari Pisagro, yakni per tanian berkelanjutan untuk perbaikan di Indonesia. Kami menjadi anggota yang telah lama ada. Kami memiliki be berapa proyek yang bekerja di beberapa bagian berbeda di Indonesia, untuk proyek jagung, satu proyek beras, satu proyek di sayuran.

Jadi, kami bekerja dengan Pisagro dengan koordinasi yang sangat dekat de ngan orang-orang, seperti Cargill. Orang-orang seperti perusahaan pem biayaan juga menjadi partner. Jadi, kami mencoba dan memberikan solusi pembiayaan mikro untuk petani. Kami menyediakan layanan agronomik de ngan program yang komprehensif. Ka mi bekerja dalam koordinasi yang dekat dengan perusahaan besar di Indonesia.

Beberapa daerah di Indonesia mengalami penurunan jumlah la han untuk pertanian. Bagaimana Syngenta melihat fenomena ini?

Tantangan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Ada dua faktor penyebabnya, salah satu nya yakni jelas, saat ini begitu banyak urbanisasi. Kedua, faktor kesuburan harus benar-benar dijaga, ini sangat kritikal. Sekali lagi, Syngenta memiliki good growth plan, kita dapat berbagi hal mendasar dalam pertumbuhan tanaman yang baik.

Berbicara tentang tanaman adalah bagaimana kita bisa meningkatkan 20 persen produktivitas. Kedua, berbicara mengenai keanekaragaman hayati yang mengalami penurunan, penting bagi kita untuk dapat mempertahankan kesubur an tanah.

Alasannya, ketika tanah semakin ku rang, kesuburan akan menjadi fun da mental. Ini adalah komitmen Syngenta, kami mendorong semua orang dengan istilah biodervisity, perlindungan ta naman.

Bagaimana Anda melihat kesa daran pemerintah dan masyara kat Indonesia mengenai penting nya pangan?

Saya melihat mereka lebih fokus. Pemerintah Indonesia dalam 40 hari sa ya di negara ini terlihat sangat ambisius. Tidak hanya di Jakarta, saya telah berke liling ke beberapa pulau di Indonesia. Saya telah ke Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra, dan besok ke Kalimantan.

Untuk pertanian yang kuat, peme rintah juga terlibat. Tidak hanya kemen terian, masyarakat petani di sekitar Indonesia harus menjalankan program ini. Saya pernah ke banyak tempat di dunia dan mereka juga melakukan keta hanan pangan. Akan tetapi Indonesia, mereka tidak hanya memiliki ambisi, tetapi juga eksekusi dan aksi pada saat yang sama.

Meskipun dikenal sebagai ne ga ra agraria, Indonesia masih men jadi negara impor untuk be be rapa bahan pangan. Apakah hal ini bisa berubah?

Ini merupakan tantangan yang tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di dunia. Ada miliaran orang di planet ini dan pada 2030, mereka akan terus bertambah. Jumlah penduduk saat ini juga menjadi salah satu tantangan.

Yang kedua, karena kita melihat setiap negara penduduknya terus me ningkat, orang akan datang dengan lebih banyak pendapatan di tangan. Mereka menginginkan makanan yang lebih baik, ingin lebih banyak protein, sayuran, dan kualitas yang baik. Sehingga, dengan populasi yang lebih, kualitas makanan akan menjadi tantangan di seluruh dunia.

Indonesia tidak terkecuali, hari ini ada ratusan juta penduduk di sini. Kami percaya bahwa populasi yang meningkat setiap tahun di Indonesia akan lebih bertumbuh. Semua ini akan meminta lebih banyak makanan dan kualitas yang lebih baik, ini adalah komitmen Syn genta. Kita memiliki tujuan yang sama untuk Indonesia melalui program self eficiency. Bermitra dengan Presiden Jokowi, misi kami adalah untuk mem bawa keamanan pangan di sekitar dunia.

Apa yang dibutuhkan agar Indo nesia bisa melakukan swa sem bada?

Dalam pikiran saya, ada tiga hal yang perlu kita lakukan bersama-sama. Misi ini bisa dilakukan dari Jakarta ke setiap petani yang ada di mana pun. Pertama, secara individu, tidak ada yang dapat mencapai ini, tetapi secara ber sama-sama kita bisa mencapai hal ini. Saya melihat banyak kemajuan di sekitar daerah petani, Kementerian Per tanian, setiap stakeholder, mereka sa ngat kritis. Karena jika kita harus tum buh, dengan lebih dari 20 juta petani kecil, kita berharap Indonesia akan tumbuh.

Hal kedua, berkaitan dengan moti vasi dan keterlibatan. Di antaranya pe nge tahuan menanam, kapan waktunya menanam, berapa banyak fertilisasi yang kita perlu berikan, bagaimana me ngendalikan serangga, apa benih ter baik. Saya percaya semua praktisi, per usahaan privat, bisa melakukan kon tribusi yang besar. Kita semua dapat me lakukan jauh lebih baik dalam mem berikan penge tahuan terbaik, dan kesa daran pada praktik agronomi baru ke petani.

Ketiga, harus lebih terbuka untuk teknologi terbaik, yang terbaru. Kita juga meluncurkan teknologi terbaik dan ter baru. Kita harus terbuka, sehingga bisa memiliki teknologi terbaik. Jika kita memiliki produk terbaru dan agronomi terbaik, akan berpengaruh pada setiap bagiannya.

Sejauh ini bagaimana kesa dar an masyarakat bagi teknologi terbaru?

Respons yang fantastis. Saya dapat mengatakan, dengan pengalaman priba di saya bahwa kita meluncurkan banyak produk pengembangan dalam beberapa tahun terakhir. Masyarakat petani mempunyai respons sangat positif. Pengalaman saya melakukan perjalanan di seluruh Indonesia, saya telah melihat petani lebih terbuka, dan bersemangat untuk melihat teknologi baru.

Misalnya, kita meluncurkan virtako dengan teknologi terbaik. Masyarakat benar-benar menerima produk ini. Ka mi meluncurkan Plenum, untuk beras ini benar-benar teknologi yang diterima. Tahun ini kami meluncurkan produk di Sumatra. Responsnya lagi-lagi sangat positif.

Satu-satunya hal yang saya akan katakan, petani sangat menerima pro duk-produk Syngenta. Tapi, untuk bioteknologi merupakan sesuatu yang belum diluncurkan di Indonesia. Tetapi, jika kita melihat di sekitar dunia, seperti AS, telah mengambil manfaat dari bioteknologi sejak 1999-1920. Brasil me nerima, Argentina menerima, Kanada dan Australia menerimanya. Bahkan, negara seperti India telah mengguna kan. Saat ini, Indonesia masih dalam tahap membuat studi.

Bagaimana mempertahankan ketersediaan pangan, khususnya di Tanah Air, di tengah perkem bangan industri yang sangat agresif?

Keterbatasan lahan akan menjadi tantangan yang nyata. Tantangan utama bagi kita, yakni bagaimana kita harus bisa tumbuh lebih banyak meskipun la han berkurang. Itu menjadi tantangan no mor satu. Jujur, saya tidak tahu ja wab annya. Karena peningkatan lahan dengan memotong pohon merupakan tindakan yang tidak berkelanjutan, tidak bermanfaat nyata bagi generasi masa depan.

Saran saya, yaitu bagaimana kita bisa menghasilkan tanaman yang lebih dari lahan yang ada. Itulah yang saya katakan, kita harus mendidik petani dalam budaya agronomi dan teknologi terbaru. Bagaimana kita bisa tumbuh lebih dengan lahan menurun.

Berbicara tentang dua miliar orang di planet ini, dalam 30 tahun ke depan, berarti kita perlu meningkatkan produk. Hal ini sangat menantang. Tapi, Syn genta akan datang, Pemerintah Indone sia juga berkomitmen dalam hal ini. Semua ini bisa dilakukan secara ber sama-sama, sangat mungkin.

Sejauh ini bagaimana dengan peran Syngenta untuk ketersedia an pangan di Indonesia?

Syngenta membuat komitmen global yang kami sebut di bawah payung good growth plan. Syngenta membuat sebuah komitmen untuk tanaman, padi, jagung, sayuran, dan beberapa tanaman penting, seperti kedelai dan kacang hijau. Bagaimana kami dapat mem ban tu petani, dan produktivitasnya. Kemu dian, terkait dengan bagaimana kita bisa mengedukasi petani untuk memiliki biodiversity yang lebih, perlindungan lebih untuk tanaman, mempertahankan kesuburan. Bagaimana kita dapat mem bantu petani kecil yang lebih dari 20 juta, bagaimana kita bisa menggunakan pestisida yang aman.

Itu komitmen kami untuk Indonesia. Sekali lagi tantangannya adalah lebih dari 20 juta petani yang memiliki lahan sekitar dua hektare. Bagaimana kita dapat membantu mereka tumbuh lebih dengan lahan yang kurang. Ini adalah hal yang penting.

Fokus kami di Indonesia adalah beras, jagung, sayuran, perkebunan ke lapa sawit, dengan kedelai, dan kentang, semua tanaman yang sangat kritis. Kami ingin mengambil peran utama di Indo nesia. Kami ingin memberikan teknologi terbaik.

Bagaimana Anda melihat masa depan Syngenta di Indonesia?

Kita melihat masa depan yang sangat cerah, karena masa depan kita panjang. Begitu juga, petani Indonesia. Kita ingin meningkatkan aktivitas perta nian Indonesia. Kami percaya bahwa ini akan terjadi, Indonesia akan mening katkan produktivitasnya dan itu tidak bisa terjadi tanpa teknologi terbaru.

Syngenta adalah perusahaan yang memberikan hal terbaru dan terbaik dengan teknologi kelas dunia. Adanya pertumbuhan petani, jika negara tum buh dan teknologi tumbuh, Syngenta akan juga mengalami pertumbuhan. Itu mengapa kami sangat punya komitmen kuat untuk Indonesia dan pertumbuhan bisnis di sini.      ed: Mansyur Faqih

***

Keluarga akan Selalu Ikut

Pria asal India, Parveen Kathuria telah melakukan perjalanan yang panjang selama bekerja di bidang agrobisnis bersama dengan Syngenta. Tahun ini, ia mendapatkan kesempatan untuk bisa bekerja di Indonesia.

Menurut Parveen, ke negara manapun ia ditugas kan oleh perusahaan tempatnya bekerja, keluarga menjadi bagian yang tidak terlupakan. Keluarga kecilnya selalu ikut ke mana pun ia pergi. Mereka juga tidak pernah berangkat pada hari yang berbeda, tetapi selalu pergi dengan waktu yang bersamaan pula.

"Keluarga menjadi salah satu hal yang paling mendasar, ke negara mana pun saya pergi, keluarga akan selalu ikut, karena kami sangat dekat. Keluarga selalu ikut saya, datang dengan tanggal yang sama, bukan ada yang datang terlebih dahulu," kata Parveen kepada Republika di kantornya di bilangan Bogor, belum lama ini.

Istri Parveen adalah seorang ibu rumah tangga. Ia telah memiliki dua anak, satu perempuan dan laki-laki yang hingga kini masih sibuk dengan sekolahnya masing-masing.

Presiden direktur berusia 45 tahun ini mengaku se nang ditugaskan ke Indonesia. Bagi dia, ini menjadi peng alaman baru meskipun harus jauh dari kampung ha laman. Apalagi, teman-teman di sini, diakuinya sa ngat bersahabat. Mereka begitu baik dan saling mem bantu. Sepanjang kariernya, ia pernah bekerja di bebe rapa negara, seperti Filipina, Thailand, Malaysia, Tai wan, dan lainnya. Banyak pencapaian yang telah diraih Parveen selama tinggal di negara-negara tersebut.

Di Thailand, ia bekerja selama 2009-2011 sebagai managing director dengan beberapa prestasi. Misalnya, mampu mengembangkan segmen jagung dan sayuran, dengan pertumbuhan pangsa pasar enam persen di jagung. Lalu, bisnis jagung manis memiliki pertumbuhan 2,5 kali dalam dua tahun terakhir. Kemudian, selama di India sebagai head of sales dan customer marketing Syngenta, Parveen berhasil memimpin integrasi seluruh komersial tim, bisnis, dan pelanggan. Tak hanya itu, pangsa juga meraih pasar dua persen dalam perlindungan tanaman, serta empat persen di jagung.     Oleh Rossi Handayani, ed: Mansyur Faqih

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement