Selasa 15 May 2012 16:20 WIB

Kisah Relawan Gaza: Siapkah Ketika Allah Mengabulkan Doa Kita?

Relawan Indonesia bersama Relawan Gaza di atas bangunan RS Indonesia
Foto: Foto-foto: Nur Ikhwan Abadi
Relawan Indonesia bersama Relawan Gaza di atas bangunan RS Indonesia

Setelah ujian pertama, yaitu sebelum melaksanakan amal shaleh. Lalu kedua, yaitu ketika melaksanakan amal shaleh. Ujian ketiga, dan ini yang paling berat, yaitu setelah selesai melaksanakan amal shaleh. Paling tidak ada dua ujian yang sangat berat setelah selesai melaksanakan amanah.

Pertama, akan timbul rasa riya’ bangga diri, terhadap apa yang kita lakukan. Banyak orang yang akan menyanjung, membangga-banggakan yang membuat kita sangat berat melawannya. Karena sedikit saja, ada sedikit saja rasa riya' itu muncul, maka sia-sialah amalan kita, di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah: 264 yang terjemahannya, ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti, seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya' kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat lalu menjadilah dia bersih. Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”

Ayat tersebut menegaskan, bahwa amalan orang-orang yang riya’ beramal bukan mengharap ridho Allah, tetapi hanya berharap dapat pujian dan kemasyhuran dari manusia, amalnya musnah. Artinya, Allah tidak akan menerima amal yang bukan karena Allah Subhanahu wwa Ta’ala. Na’udzubillah min dzalik.

 
Teringat pula saya nasihat dr. Joserizal (Presidium MER-C), pada saat ia menanyakan kepada seorang relawan tentang kesiapannya diberangkatkan ke Gaza. Karena sudah sering ditanyakan hal yang sama oleh orang yang sama, sang relawan tersinggung dan saat itu mengatakan, "Kenapa Anda selalu menanyakan hal tersebut kepada saya? Kan saya sudah jawab saya sudah siap, saya sudah siap mati! Sudahlah jangan ditanya lagi, saya tersinggung mendengar pertanyaan itu, seolah-olah anda tidak percaya kepada saya."
 
Dengan tenang dr. Joserizal mendengarkan jawaban relawan tersebut. Setelah menarik nafas panjang, dia berkata kepada  relawan itu, “Ujian menjadi seorang relawan (baca : mujahid) sangat berat. Iblis akan selalu mengganggu seluruh aktivitas jihad kita. Sedikit saja niat kita berubah, sedikit saja kesombongan terselip di dada kita, sedikit saja rasa congkak bersemayam di hati maka akan sia-sialah amalan kita di sisi Allah. Boleh jadi hari ini kita siap, bisa jadi hari ini kita ikhlas, bisa jadi hari ini kita tulus namun belum tentu esok hari kita ikhlas, belum tentu esok hari kesiapan kita tidak terganggu. Makanya pertanyaan tersebut selalu saya tanyakan kepada saudara.”
 
Sifat ini sangat berbahaya bagi manusia, karena timbul kesombongan, bangga diri, merasa diri sudah mampu. Tidak mau menerima nasihat karena telingaya telah ditutup oleh kesombongan dalam dirinya.
 
Kedua, cercaan dan hinaan. Tidak semua orang suka dengan apa yang kita lakukan, walaupun yang kita lakukan merupakan sebuah kebaikan, karena setiap orang memiliki cara pandang berbeda terhadap sesuatu.

Pembangunan RSI Gaza misalnya, tidak semua orang sependapat dengan pembangunan RSI ini. Untuk apa membanguan Rumah Sakit jauh-jauh di negeri orang, sedangkan di negeri kita sendiri saja banyak yang memerlukan?

Bahkan, ada juga yang secara pribadi memberikan komentar miring terhadap para relawan, enak ya para relawan kerja di Gaza, proyek besar, dapat uang banyak, dll. Begitu kira-kira celaan dan pendapat orang mengenai hal ini.

 
Sekali lagi, di sini diperlukan sikap bijaksana. Apa yang kita lakukan, semata-mata hanya mengharap ridho Allah Subhanahu wa Ta’ala.
 
Yaa Allah, ampunkanlah dosa dan segala khilaf kami. Jauhkanlah kami dari segala kemaksiatan yang akan menghapus segala amal ibadah kami. Jangan siksa kami atas setiap kesalahan di kala kami khilaf. Masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang mukhlis, yang senantiasa berbuat dan bertindak hanya karena mengharap ridho-Mu.

Yaa Allah, sungguh kami tidak melakukan apa-apa. Kami manusia yang lemah, manusia yang hina dihadapan-Mu. Banyak dosa yang telah kami perbuat, banyak larangan-Mu yang telah kami langgar. Tidak hanya sekali, bahkan seringkali kami melanggar-Nya.

Dosa kami telah begitu banyaknya, Yaa Allah. Namun, kami yakin ampunan-Mu seluas langit dan bumi. Ampunan-Mu selalu terbuka untuk orang-orang yang senantiasa berserah diri kepada-Mu. Untuk itu Yaa Allah, ampunilah kami karena sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Yaa Ghaffar.

 
Yaa Allah, berikan kami keistiqamahan dari awal hingga akhir kami menjalankan setiap amanah yang kami emban. Jauhkan kami dari setiap godaan syaithan yang hendak mengelincirkan hati kami.
 
Yaa Allah, sungguh kami meninggalkan anak dan istri kami di belakang kami. Sedangkan, mereka merupakan tanggungjawab kami di dunia dan Engkau juga akan memintakan pertanggungjawaban kepada kami di akhirat kelak. Tolonglah kami, ampuni dosa-dosa kami, jagalah anak istri kami, berikan kesabaran kepada kami dan kepada mereka. 
 
Yaa Rabbal ’Alamin, tiada tempat kami memohon ampunan kecuali kepada-Mu. Tiada yang bisa menolong kami kecuali engkau, Yaa Rabbi. Tunjukilah kami Jalan yang lurus.
 
Rabbana, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta jauhkanlah kami dari siksa neraka-Mu.
 
Amiin Yaa Rabbal Alamiin.
 
Gaza, 23 Jumadi Awwal 1433 H

Nur Ikhwan Abadi

Salah satu Relawan Insinyur MER-C yang sedang bertugas mengawasi Pembangunan RS Indonesia di Jalur Gaza - Palestina

Rubrik ini bekerja sama dengan komunitas relawan AlamSemesta.

AlamSemesta Institute didukung oleh Mer-C dan Wanadri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement