Rabu , 11 Nov 2015, 19:17 WIB

Agenda Diversifikasi Pangan Berlanjut 2016

Rep: sonia fitri/ Red: Taufik Rachman
Singkong
Singkong

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Setahun pemerintahan Kabinet Kerja Jokowi-JK, pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) terus menggenjot produksi beras, sembari terus menegaskan langkah diversifikasi pangan. Tujuannya agar masyarakat tak melulu bergantung pada beras, tapi juga mengonsumsi pangan pokok lokal untuk memenuhi asupan karbohidrat bagi tubuh. 

 '' Kita mengembangkan Kawasan Rumah Tangga Lestari, itu mengembangkan tanaman yang bisa menghasilkan pangan di pekarangan," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Gardjita Budi, Rabu (11/11). Dilakukan pula pengembangan sumber-sumber karbohidrat di luar beras yang berasal dari pangan lokal. Pengembangan tersebut dalam bentuk makanan olahan atau substitusi bahan baku olahan tertentu. 

Jenis tanaman yang ia maksud yakni umbi-umbian, sagu, sukun dan yang lainnya. Anggaran yang disefiakan untuk diversifikasi pangan yakni seperlima dari pagu anggaran untuk BKP. Namun untuk wilayah prioritas dan detail alokasinya, ia tidak menyebutkan karena data-data ersebut ada di kantor. Sedangkan ia tengah melalu rapat soal pangan di luar kantor. 

Target selama setahun, ia menyebut patokannya yakni erjadi penurunan konsumsi beras di masyarakat. Utamanya di kalangan menengah ke atas. "Beberapa tahun lalu angka konsumsi beras 139 kilo per orang per tahun, tapi sejak empat tahun yang lalu angkanya 124 kilo per orang per tahun," kata dia. Data konsumsi beras masih menggunakan angka empat tahun lalu. Target pemerintah terus menekan konsumsi hingga 100 kilo per tahun.

Diversifikasi konsumsi pangan, lanjut dia, merupakan salah satu cara efektif mengurangi kegagalan produksi padi akibat perubahan iklim. Dari sisi agroekologi, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan pangan pokok selain beras, baik dari kelompok padi-padian, umbi-umbian maupun sagu.

Ditanya soal meningkatnya konsumsi gandum, ia melihat hal tersebut sebagai salah satu tantangan. Namun dalam kaitannya dengan penurunan konsumsi beras, ia tidak melihatnya disebabkan meningginya konsumsi gandum. 

Sebab ada peningkatan konsumsi buah dan sayur lokal ketika terjadi penurunan konsumsi beras. Terlebih, ada mokaf yang merupakan tepung serupa terigu namun terbuat dari singkong, yang bisa mensubstitusi pembuatan roti dan kue.  

Dukungan produksi mokaf terus ia galakan, di antaranya dengan melakukan penguatan produksi di pabrik mokaf kawasan Jawa Tengah, Gunung Kidul, Trenggalek dan Alimantan Barat. "Harganya pun lebih murah dari pada terigu, kita terus sosialisasikan agar makin populer dan terjangkau di masyarakat luas," katanya. 

Sejumlah program tersebut akan terus dilanjutkan di 2016. Sebab agenda dibersifikasi pangan tidak bisa berlangsung dalam hitungan tahun saja. Tapi harus berkelanjutan karena berkaitan dengan mengubah budaya dan pola makan masyarakat.

Video

Setjen DPR RI Komit Berdayakan Perempuan