Ahad 29 Jan 2017 08:46 WIB

Waktu Pun Berhenti

Wisatawan menikmati senja di Pantai Patuno, Wangi-Wangi, Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Foto:

Sudah tigapuluh lima tahun berlalu. Kini, saat ini, gelora itu kembali. Ketika Iwan mendapat tugas dari kantornya untuk menyelesaikan urusan di Padang. Tadi siang dia sempatkan berkunjung ke kampung halamannya, Pariaman.

Dan, menjelang matahari tergelincir ke peraduannya, seorang perempuan berkerudung mukena melewati jalan tanah pinggir rumahnya. Dari balik jendela kamarnya dulu itu, bersilang tatap dengan perempuan itu. Mata bundar perempuan itu masih memancarkan cahaya bening.

"Tisna," sapa Iwan dengan suara gemetar.

Perempuan itu tersenyum.

"Jangan sampai Magrib terlewat. Waktunya singkat," ujar Tisna, masih dalam nada bergetar.

"Ya, aku segera ke surau. Aku mandi dulu," jawab Iwan.

Tisna pun melangkah. Mata Iwan masih seperti dulu. Dia menatap tiap langkah Tisna. Hanya pada setiap langkah itu, kembali kenangan masa lalu bangkit.

Selepas SMA, Iwan meneruskan ke perguruan tinggi di Jawa. Dan, sejak itu Iwan jarang pulang kampung, sibuk urusan kuliah dan kegiatan ekstra kampus. Hingga tiba suatu masa, menjelang akhir studinya, Iwan mendapat kabar tentang pernikahan Tisna.

Hatinya benar-benar remuk.

Walaupun dua tahun berselang, Iwan menikahi Utami, koleganya di kancah ekstra universitas, hingga dianugerahi satu puteri dan dua putera; namun perasaan terdalamnya pada Tisna tak pernah hilang. Bahkan kekandasan cintanya membekas dalam. Boleh dibilang Utami hanya pelariannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement