Ahad 22 Jan 2017 15:33 WIB

Ayah

Ayah dan anak. Ilustrasi
Foto: familycovers.com
Ayah dan anak. Ilustrasi

Tangan mungil Ranu menyambut pahaku, begitu aku membuka pintu. Segera saja kuangkat tubuh bocah lelaki lima tahun itu. Tubuh mungilnya segera terbenam dalam dekapanku, suara tawanya pecah saat seluruh tengkuknya kuhabisi dengan ciuman. Ranu adalah anak pertamaku, adiknya masih dalam tahap usaha, aku dan Mayang, istriku, sudah kepingin lagi memiliki anak kedua, tetapi Tuhan belum memercayai kami.

"Ranu, jangan ganggu ayah, ayah capek!" Suara Mayang tak menghentikan tawa Ranu.

Aku segera membopong bocah yang rambutnya seperti rambut jagung itu ke dalam kamar. Selanjutnya, suara Mayang lebih terdengar seperti air keran.

"Tadi Ranu belajar apa di sekolah, Nak?"

Tahun ini adalah tahun pertama Ranu kumasukkan sekolah TK, baru sebulan, tetapi sudah tidak mau ditunggui oleh ibunya. Sebenarnya, sejak setahun yang lalu, Ranu sudah merengek minta sekolah, apalagi jika melihat anak-anak tetangga berangkat sekolah setiap pagi, pasti ia akan merajuk untuk ikut. Namun, aku dan Mayang bersepakat untuk belum dulu mengirim Ranu ke sekolah.

"Tadi Ranu disuruh cerita tentang ayah. Semua teman Ranu juga."

Kududukkan Ranu di dadaku, aku tidur telentang di atas kasur dengan seprai bermotif kucing, yang baru tadi pagi dipasang oleh Mayang.

"Oya? Terus Ranu cerita apa, sayang?" bukannya menjawab, Ranu malah asyik memainkan daguku yang yang kasar karena tadi pagi tidak sempat bercukur.

"Nak, Sayang, tadi Ranu cerita apa tentang ayah?"

"Ranu cerita, ayah suka ajak Ranu jalan-jalan, sama Bunda juga. Ayah kalau malam tidak mau gosok gigi, kalau pagi suka ajak Ranu pergi buru-buru ke sekolah."

"Terus...Ranu juga cerita kalau ayah Ranu itu paling hebaattttt! Mata Ranu berkedip-kedip,"

rasanya aku melihat ribuan bintang di dalamnya.

"Yah, semua teman Ranu juga cerita ayah-ayahnya, kata Si Raffa, ayahnya suka kentut..."  Aku tergelak mendengar cerita Ranu. Mayang berteriak-teriak dari dapur.

"Eh, Yah, kan semua teman Ranu punya ayah, terus Ayah punya tidak?" Tanya Ranu sambil mencium ujung hidungku. Ayah? Aku?

Tiba-tiba saja aku melenting entah ke alam apa. Yang ada hanya kesunyian. Bukan, ini bukan alam kesunyian, melainkan alam kenangan. Pertanyaan Ranu, membuat kenanganku kembali hidup, kenangan masa kecil, kenangan masa aku berkelana untuk menemukan seseorang. Ayah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement