Ahad 17 Sep 2017 21:52 WIB

Harus Berapa Korban Lagi yang Jatuh

Pria Rohingya Abdul Kareem berjalan menuju kamp pengungsi menggendong ibunya Alima Khatoon setelah menyeberang dari Myanmar menuju Bangladesh, di Teknaf, Bangladesh, (16/9).
Foto: AP
Pria Rohingya Abdul Kareem berjalan menuju kamp pengungsi menggendong ibunya Alima Khatoon setelah menyeberang dari Myanmar menuju Bangladesh, di Teknaf, Bangladesh, (16/9).

REPUBLIKA.CO.ID, Beberapa pekan ini, media dipenuhi berita terkait pembantian Rohingya yang semakin tidak manusiawi dan telah terjadi begitu lama. Dan dapat kita temukan, masyarakat dunia dan umat Muslim dari berbagai penjuru dunia menyatakan keprihatinan dan perlawanan melalui aksi-aksi suara dan sosial.

Sebuah aksi yang menyatukan Muslim di dunia, pembelaan terhadap entitas masyarakat dan saudara seakidah yang melintasi semua border nasionalisme.

"Satu nyawa lebih berharga dibandingkan musnahnya dunia ini," kutipan sebuah hadis riwayat Ibnu Majah.

Maka sesungguhnya tidak butuh sampai ada pembantaian dahulu baru umat Muslim di dunia bergerak. Satu saja nyawa terancama maka dunia haruslah mencegah dan bergerak saat itu juga.

Namun, yang terjadi pada dunia saat ini, sungguh jauh panggang dari api. Bukan hanya Rohignya, melainkan Palestina, Afghanistan, Suriah, Xinjiang, dan berbagai negeri Muslim lainnya. Bukan hanya satu atau dua nyawa, melainkan ratusan ribu bahkan jutaaan. Juga bukan hanya berselang satu atau dua hari, tetapi berpluh-puluh tahun.

Akankah kepemimpinan umat Muslim akan kembali melindungi dan membela?

Difira

Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, DI Yogyakarta

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement