Ahad 29 May 2016 11:37 WIB

Pengalaman Mahasiswa Indonesia Berkelana di Pelosok Australia Barat

Mengibarkan bendera Indonesia sambil menikmati pemandangan di pedalaman Australia.
Foto: Ist
Mengibarkan bendera Indonesia sambil menikmati pemandangan di pedalaman Australia.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Akhdian Reppawali *

Sebagai salah satu benua dengan daratan yang begitu luas, Australia sudah lama menjadi tujuan perjalanan bagi banyak orang, entah itu penduduk lokal maupun turis asing. Akdhian Reppawali seorang mahasiswa asal Indonesia di Perth menguraikan pengalamannya berkelana di Australia Barat.

Australia Barat (Western Australia) merupakan negara bagian terluas di Australia. Luasnya tidak kurang dari sepertiga luas benua yang berada di sebelah selatan garis ekuator ini.

Dengan wilayah seluas itu, tidak heran jika perjalanan menjelajahi jengkal demi jengkal negara bagian ini sudah menjadi salah satu gaya hidup warganya, entah sendiri atau bersama keluarga.Perjalanan menembus sampai ke wilayah pedalaman yang jauh dari ibu kota menjadi begitu menantang. 

Sangat jamak menjumpai kendaraan-kendaraan yang menarik caravan dengan berbagai ukuran berseliweran di jalan-jalan mulus dan sepi, jauh dari pusat kota. 

Saat hari libur, bisa dipastikan destinasi untuk kegiatan alam bebas dipenuhi oleh mobil berkapasitas mesin besar. Begitu pula tempat beistirahat di kota-kota kecil dan taman nasional ramai oleh caravan yang diparkir oleh pemiliknya untuk menginap, bahkan bisa sampai berhari-hari.Ini merupakan pola hidup yang sangat menarik sekaligus membuat penasaran. Karenanya tidak salah untuk mencoba mengikuti kebiasaan ini dengan melakukan perjalanan-perjalanan menapaki daerah-daerah yang jauh dari keramaian.

Sayangnya transportasi umum hanya menjangkau jalur-jalur utama, sehingga sulit diandalkan untuk berpetualang menjangkau pelosok. Pilihan biasanya jatuh pada mobil sewaan dengan banyak pilihan provider, model, dan tentu saja harga sewa.

Jika ditanggung beramai-ramai, biaya sewa ini biasanya menjadi tidak begitu terasa, sudah termasuk biaya asuransi. Mengalami sendiri perjalanan seperti ini ternyata membuat ketagihan. Tiap perjalanan memberi kesan dan pengalaman yang berbeda.Bahkan menempuh jalur yang berulang menuju tempat tujuan yang juga berulang belum tentu memberi pengalaman yang sama.

Jalur serupa yang dilewati saat musim dingin akan memberi kesan berbeda saat dilewati pada musim panas misalnya. Entah itu rerumputan yang menjadi berbeda warna, pohon-pohon yang berubah penampilan, dari berdaun lebat di satu musim, lalu meluruh di musim yang lain, atau sungai yang volume aliran airnya berubah drastis.

Di musim gugur, daun-daun berubah warna menjadi kuning, merah atau coklat sebelum luruh. Sangat kontras dengan musim semi, saat wildflower bermekaran dimana-mana. Semuanya menarik dan sangat khas outback.

Awalnya perjalanan seperti ini terasa sederhana, hanya tentang perpindahan dari satu destinasi ke destinasi yang lain, hanya tentang “pernah mengunjungi tempat ini” atau “pernah mendatangi tempat itu.”

Lama kelamanaan menjadi lebih kompleks. Perjalanan menjadi semacam ajang mengasah ilmu pengelolaan-mengelola perjalanan.

Bagaimana mengatur pengggunaan bahan bakar dan perbekalan selama perjalanan, mengingat jarak antarkota biasanya berjauhan, bahkan bisa sampai ratusan kilometer.

Bagaimana mengelola daya tahan fisik dan emosi agar tetap stabil? Perjalanan puluhan sampai ratusan kilometer menempuh jalan yang tidak selalu beraspal mulus memang menuntut kesabaran.

Memahami isyarat tubuh tentang kapan harus berhenti dan kapan harus melanjutkan perjalanan menjadi sangat krusial. Untungnya cukup banyak tempat peristirahatan yang disediakan di kiri kanan jalan bagi pengendara yang kelelahan.

Peta titik-titik peristirahatan semacam ini disediakan di salah satu website pengelola jalan milik pemerintah.

Saat sudah merasa sangat kelelahan, hampir di tiap-tiap kota persinggahan menyediakan caravan park, tempat menginap bagi pejalan yang butuh menyegarkan diri dengan berbagai pilihan harga sesuai dengan isi dompet.

Mulai dari sejenis villa, kabin, sampai dengan yang paling murah, sepetak lahan kosong yang ukurannya pas untuk memarkir kendaraan dan mendirikan tenda.

Pengelola caravan park biasanya juga menyediakan berbagai fasilitas kebutuhan dasar pejalan, mulai dari kamar mandi dan toilet, dapur umum untuk mengolah dan memasak bahan mentah atau sekadar memanaskan makanan, laundry untuk meluruhkan kotoran dan mewangikan pakaian, dan aliran listrik untuk mengisi ulang perangkat elektronik.

Kebiasaan warga negara bagian ini melakukan perjalanan dengan caravan memang berbanding lurus dengan sarana penunjang yang tersedia, saling mendukung. 

Melakukan perjalanan semacam ini juga tentang pengalaman berjumpa dengan orang-orang yang menempuh jalur serupa, yang jalannya kebetulan saling bersilangan.

Pertukaran cerita bisanya tidak dapat dihindarkan, minimal saling menyapa. Perbincangan tentang cuaca, lalu disusul hendak kemana dan darimana biasanya mengawali pertukaran cerita.

Jika memiliki ketertarikan terhadap satu topik yang sama, kadangkala perbincangan menjadi sangat serius. Dari perjumpaan dan perbincangan seperti ini, meski kadang hanya sesaat, dapat terbaca betapa beragamnya pendapat dan pemikiran manusia.

Dari hal-hal yang sederhana, seperti tentang makna nama misalnya, sampai hal yang paling hakiki, tentang tujuan hidup di dunia ini.

Semakin sering melakukan perjalanan sampai jauh ke pelosok negara bagian ini, semakin terasa bahwa perjalanan mengunjungi satu lokasi pada akhirnya bukan hanya tentang destinasi, tetapi tentang proses. Proses untuk sampai ke destinasi-destinasi yang sifatnya abstrak, tentang memahami keanekaragaman, tentang melatih kesabaran dan kemandirian, tentang persahabatan, tentang menyelami kemanusiaan. Proses perjalanan yang banyak saya jumpai dilakukan oleh warga negara bagian ini, bahkan sejak usia belia.

 

* Akhdian Reppawali Mahasiswa Doktoral bidang Akuntansi di Curtin Business School – Curtin University Western Australia. 

 

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/2016-05-25/pengalaman-mahasiswa-indonesia-berkelana-di-pelosok-australia-barat/1583056
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement