Rabu 02 Apr 2014 17:04 WIB

Waktu Belajar yang Terlalu Panjang Sebabkan Stress di Anak

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Pastikan anak selalu mendapat waktu untuk bermain.
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Pastikan anak selalu mendapat waktu untuk bermain.

REPUBLIKA.CO.ID, Menurut psikolog anak dan keluarga Roslina Verauli MPsi, orang tua berperan penting dalam perkembangan anak. Merekalah yang paling bertanggung jawab dalam mendukung agar anak tumbuh cerdas, kreatif, dan mandiri. Harapannya, kelak anak mampu menghadapi berbagai tantangan kehidupan.

Hanya saja, waktu anak-anak masa kini justru masih tersita untuk kepentingan akademik. Selain memiliki kegiatan jam sekolah yang cukup panjang, yakni sekitar tiga sampai empat jam untuk anak prasekolah dan sekitar tujuh jam untuk anak usia sekolah, mereka masih mengikuti beragam les pelajaran. Kegiatan tersebut menjadi aktivitas rutin anak setiap hari.

Saat berpraktik di Rumah Sakit Pondok Indah Vera terkejut menemukan kasus rujukan dari seorang dokter. Pasien cilik tersebut mengeluh sakit kepala dan sakit perut. “Setelah dicari penyebabnya, ternyata anak ini terlalu sering belajar.”

Keterangan dari US Department of Education pada 2010 menjawab kasus yang Vera temukan tersebut. Dalam durasi panjang, anak-anak akan mengalami stres jika belajar terus tanpa jeda bermain. Sebab, kegiatan belajar akademis, seperti itu membutuhkan tuntutan kognitif tingkat tinggi yang berlebihan.

Selain stres, anak juga berpotensi terkena gangguan konsentrasi dalam belajar, kelelahan, serta meningkatkan keluhan masalah-masalah fisik, seperti sakit perut dan sakit kepala. Anak juga cenderung menjadi agresif.

Padahal, mereka membutuhkan keterampilan sosial, kemampuan bekerja sama, kepemimpinan, maupun menjadi pengikut yang baik.

Anak membutuhkan kegiatan seimbang. Selain belajar, anak juga perlu bermain. Anak usia dua sampai enam tahun setidaknya membutuhkan sekitar lima jam bermain, baik bermain aktif dan dilakukan di luar ruangan maupun bermain pasif.

Selebihnya, empat sampai lima jam waktunya sekolah, dua jam untuk makan, dan tidur 11 sampai 12 jam.

Orang tua harus memahami anak justru paling banyak belajar melalui kegiatan bermain. Dengan bermain, anak belajar tentang diri dan lingkungannya, mencoba berbagai keterampilan baru dengan risiko paling minimal untuk gagal dan dikritik, serta terlibat secara sosial dalam kerja sama dengan anak lain.

Di usia dua sampai enam tahun, mereka mengalami masa “the play years”. Disebut demikian karena kegiatan bermain berkembang pesat di usia tersebut. Bermain mendukung berbagai aspek tumbuh kembang, fisik, dan senso-motori, kognitif, serta perkembangan psikososial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement