Senin 28 Nov 2011 17:18 WIB

Hijrah Pertama ke Habasyah

Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Rombongan muhajir ke Habasyah membawa 11 orang wanita. Ini berarti bahwa wanita Muslim adalah bagian dari dakwah dan jihad di jalan Allah SWT. Mereka tinggalkan kesenangan hidup yang hanya sebentar, berupa harta, anak dan keluarga serta negeri demi Allah.

Mereka tinggalkan tanah airnya yang mahal dan berangkat menuju Habasyah, sebuah negeri yang jauh dengan penduduk yang berlainan bangsa, warna dan suku, demi membela akidah yang diimaninya.

Tatkala fajar dakwah memancar dari Makkah, maka muhajir pertama bukanlah dua orang laki-laki, tetapi seorang laki-laki dan seorang wanita. Kedua muhajir ini adalah Utsman bin Affan dan istrinya, Ruqayyah binti Muhammad SAW. Ruqayyah lahir sesudah kakaknya, Zainab. Sesudah kedua orang itu, muncullah Ummu Kultsum yang menemani dalam hidup Rasulullah setelah Zainab menikah.

Ketika keduanya mendekati usia perkawinan, Abu Thalib meminang mereka berdua untuk kedua putera Abu Lahab. Allah SWT menghendaki perkawinan ini tidak berlangsung lama, karena melihat sikap Abu Lahab terhadap Islam. Akan tetapi Allah SWT menampilkan Utsman bin Affan kepada kedua puteri itu. Maka dia pun menikah dengan Ruqayyah dan hijrah bersamanya ke Habasyah. Ummu Kultsum tetap tinggal bersama ayah dan ibunya menunggu sesuatu yang ditakdirkan baginya.

Imam Adz-Dzahabi berkata, "Ruqayyah hijrah ke Habasyah bersama Utsman dua kali. Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya kedua orang itu (Utsman dan Ruqayyah) adalah orang-orang yang pertama hijrah kepada Allah sesudah Luth."

Anas bin Malik ra berkata, "Utsman bin Affan keluar bersama istrinya, Ruqayyah, puteri Rasulullah SAW menuju negeri Habasyah. Lama Rasulullah SAW tidak mendengar kabar kedua orang itu. Kemudian datang seorang wanita Quraisy berkata, "Wahai Muhammad, aku telah melihat menantumu bersama istrinya."

Nabi SAW bertanya, "Bagaimanakah keadaan mereka ketika kau lihat?"

Wanita itu menjawab, "Dia telah membawa istrinya ke atas seekor keledai yang berjalan pelahan, sementara ia memegang kendalinya."

Maka Rasulullah SAW bersabda, "Allah menemani keduanya. Sesungguhnya Utsman adalah laki-laki pertama yang hijrah membawa istrinya, sesudah Luth as."

Ruqayyah kembali bersama Utsman ke Makkah dan mendapati ibunya telah berpulang kepada Ar-Rafiiqil A'laa. Kemudian kaum Muslimin pindah dari Makkah ke Madinah semuanya. Ruqayyah juga ikut hijrah bersama suaminya, Utsman, sehingga dia menjadi wanita yang hijrah dua kali.

Penyebab hijrah ke Habasyah adalah takut fitnah dan menyelamatkan agama mereka menuju Allah. Bukan menyebarkan agama Islam, karena negeri Habasyah pada waktu itu menganut agama Masehi dan agama Masehi di sana tidak akan menerima agama baru yang menyainginya, meskipun Habasyah diperintah oleh raja yang tidak menganiaya seseorang.

Hijrah ke Habasyah merupakan bagian dari peralihan dan kelanjutan perjuangan, karena hasil yang diharapkan oleh kaum muhajirin dari hijrah mereka ke Habasyah adalah menyelamatkan agamanya ke negeri yang memberi ketenangan bagi mereka di sana. Di negeri itu mereka tidak mengalami kekerasan dan gangguan, sampai ketika saudara-saudara mereka di Makkah ditakdirkan binasa hingga orang terakhir, membawa panji dakwah sebagai penerus.

Adapun hijrah ke Madinah, maka penyelamatan agama adalah salah satu sebabnya, tetapi bukan penyebab utama. Penyebab utamanya adalah perubahan dan kelanjutan perjuangan di mana para muhajirin dapat mendirikan sebuah tanah air tempat hijrah mereka. Selama 13 tahun Islam merupakan agama tanpa tanah air dan rakyat tanpa negara. Hijrah yang merupakan tahap kedua di antara tahap-tahap dakwah adalah tahap perjuangan yang paling rumit.

Apabila tahap perjuangan ini telah memiliki sifat petualangan, maka sesungguhnya petualangan itu hanyalah semacam perjuangan, bahkan macam perjuangan heroik tertinggi. Tahap perjuangan ini berhasil mendapat kemenangan. Iman mengalahkan kekuatan, roh mengalahkan materi dan kebenaran mengalahkan kebathilan. Sesungguhnya kebesaran dari kemenangan itu sulit digambarkan dan dinilai.

Kebebasan dari ketakutan dan perjuangan menuju keamanan. Kebebasan dari perbudakan dan perjuangan menuju kemerdekaan. Kebebasan dari kehinaan dan perjuangan menuju kemuliaan. Kebebasan dari kesempitan dan perjuangan menuju kelapangan. Kebebasan dari kelumpuhan dan perjuangan menuju keaktifan. Kebebasan dari kelemahan dan perjuangan menuju kekuatan. Dan kebebasan dari ikatan-ikatan bicara dan perjuangan menujukebebasan berbicara.

sumber : Tokoh-tokoh Wanita di Sekitar Rasulullah SAW karya Muhammad Ibrahim Salim.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement