Selasa 18 Jul 2017 15:22 WIB

Labu Siam Berpotensi Obati Kanker Kulit

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Esthi Maharani
Periksa tahu lalat untuk hindari risiko kanker kulit
Foto: Healthliving.
Periksa tahu lalat untuk hindari risiko kanker kulit

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sejumlah mahasiswa Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) menemukan alternatif pengobatan kanker kulit Melanoma maligna lewat labu siam. Labu siam dijadikan bahan dasar pembuatan salep sebagai langkah alternatif pengobatan penyakit berbahaya tersebut.

Penelitian dilakukan empat mahasiswi yaitu Dwi Jami Indah Nurhasanah, Bening Larasati, Dea Febiansi dan Dhella Aprillianda ROshitafandi. Penelitian dijalankan di bawah bimbingan Dr Budi Setyadi Daryono melalui program Kreativitas Mahasiswa UGM 2017.

Salah satu peneliti, Indah mengatakan, selain dijadikan bahan makanan bagian lain dari labu siam seperti kulit belum banyak dimanfaatkan. Padahal, di dalam limbah kulit tanaman sayur itu terkandung getah yang memiliki khasiat bagi kesehatan, tidak terkecuali untuk mengobati kanker.

"Dalam labu siam mengandung senyawa flavonoid dan saponin yang merupakan senyawa metabolit sekunder dan mempunyai sifat sebagai anti kanker," kata Dwi, Selasa (18/7).

Untuk mengetahui kandungan senyawa anti kankernya, penelitian lebih lanjut dilakukan dengan uji kualitatif dan kuantitatif, serta uji antiproliferasi memakai sel line yang miliki sifat proliferasi yang sama dengan sel kanker. Sampel yang diuji berupa ekstrak labu siam dalam bentuk pasta.

Uji kualitatif yang dilakukan merupakan uji kromatografi lapis tipis, sedangkan uji kuantitatif yang dilakukan merupakan uji spektrofotometri. Dalam uji itu, labu siam dibagi jadi tiga parameter berdasarkan ukuran buah, dan itu dilakukan dengan asumsi semakin besar ukurab buah umurnya semakin tua.

Hasilnya, lanjut Indah, menunjukkan dari ketiga parameter umur labu siam yang digunakan, semuanya mengandung senyawa saponin dan flavonoid. Penelitian dilanjutkan mengolah labu siam jadi ekstrak, dan ekstrak itu diolah dalam sediaan berbentuk salep yang diketahui hasilnya positif.

"Ekstrak labu siam yang diujikan dapat menghambat pertumbuhan sel," ujar Indah.

Pembuatan produk salep labu siam untuk tahi lalat 'Selasih Lalat' ini merupakan salah satu terobosan unik produk-produk mahasiswa Fakultas Biologi UGM dalam pengobatan kanker kulit Melanoma maligna. Selain itu, sebagai dukungan pemanfaatan bahan alam sebagai alternatif obat yang masih jarang diketahui masyarakat.

Kanker kulit Melanoma malihna sendiri salah satu jenis yang bersifat ganas, cepat menyebat dan menyebabkan kematian. WHO mencatat setidaknya terdapat 3.300 kasus melanoma baru yang terjadi setiap tahun di Indonesia, mengingat ini dapat muncul pada kulit normal atau berawal dari tahi lalat yang kadang tak disadari masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement